Wahabi Syiah Liberal

Dalam sebuah diskusi ada pertanyaan yang diajukan kepada kami
Apa beda antara kaum Wahabi/Salafi, syiah dan Liberal??
manakah yg benar / bisa diikuti??
Jawaban kami adalah
Mengapa harus menjadi kaum Wahabi/Salafi, kaum Syiah atau Kaum Liberal ?
Setiap kaum tersebut mempunyai “ciri khas” sehingga mereka berbeda dengan umat muslim pada umumnya.
Bagi kami jadilah seorang muslim, mukmin dan yang terbaik adalah muhsin (muslim yang ihsan) atau muslim yang sholeh atau ‘ibaadillaahish shoolihiin
Jika kita bisa mencapai muslim yang terbaik atau muhsin atau muslim yang sholeh maka kita akan didoakan / disholawatkan oleh umat muslim sampai akhir zaman.
Assalaamu’alaina wa’alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin,
“Semoga keselamatan bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh”.
Muslim yang sholeh dijamin masuk surga tanpa di hisab.
Berikut uraian singkat kami mengenai ketiga kaum tersebut,
Kaum Liberalisme, Pluralisme, sekularisme, sudah ada fatwanya dari MUI
Kaum Syiah.
Imam ‘Ali رضي الله عنه berkata: aku bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah ciri-ciri mereka? Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم bersabda: “Mereka menyanjungimu dengan sesuatu yang tidak ada padamu”.
Kaum Wahabi/Salafi
Kaum yang dicetuskan oleh Syaikh Ibnu Abdul Wahab yang berguru secara tidak langsung dengan Syaikh Ibnu Taimiyah. Berguru tidak langsung artinya mereka tidak pernah bertemu karena zaman kehidupannya berbeda ratusan tahun. Pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah yang menisbatkan kepada pemahaman Salafush Sholeh. Perhatikan menisbatkan bukan berarti apa yang dipahami oleh Syaikh Ibnu Taimiyah adalah serupa apa yang dipahami oleh Salafush Sholeh. Lalu kemudian dalam perjalanannya apa yang dipahami oleh kaum Wahabi pada masa sekarangpun belum tentu serupa dengan yang dimaksud Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau Syaikh Ibnu Taimiyah
Berikut cuplikan tanggapan  Abuya Prof. DR. Assayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasan terhadap kaum Wahabi/Salafi masa sekarang.
Banyak kita lihat di dunia Islam para pemuda yang mengaku salafiyah (pengikut jejak para ulama terdahulu).
Sungguh, pengakuan itu sangat mulia apabila pengakuan itu mereka realisasikan.
Beberapa golongan lainnya mengaku ahli hadits (berpegang teguh kepada hadits).
Pengakuan ini pun sangat mulia.
Sebagian yang lain mengatakan tidak perlunya bermadhzab dan hanya berpegang teguh dengan al Qur’an dan as Sunnah saja karena al Qur’an dan as Sunnah adalah pilar-pilar agung berdirinya agama Islam sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam. إِنِّى قَدْ خَلَفْتُ فِيْكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا مَا أَخَذْ تُمْ بِهِمَا أَوْ عَمِلْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ الله وَسُنَّتِى وَلَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَي الْحَوْضِ (رواه البيهقى في السنن
“Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka. Kalian tidak akan tersesat selagi berpegang teguh atau mengamalkan keduanya, yaitu al Qur’an dan Sunnahku. Keduanya tidak terpisahkan sampai mengantarkan aku ke al-haudl/telaga.”(H.R. al Baihaqy).
Pengakuan ini pada hakikatnya sangat terpuji.
Namun, pengakuan-pengakuan ini hanya pengakuan dari orang-orang yang bukan ahlinya. Pengakuan dari orang-orang yang berfatwa secara individual tanpa ada dasar ataupun sandaran dari para ulama yang terpercaya. Pendapat dan fatwa-fatwa mereka terlontar begitu saja tanpa adanya batasan, keterikatan kaidah-kaidah, bahkan asal-usulnya.
Oleh karena itu, mereka mengingkari dan menyanggah keyakinan orang-orang selain mereka.
Mereka beranggapan, “hanya merekalah yang berada dalam jalan kebenaran dan selain mereka telah terjerumus dalam kesesatan.”
Hal ini adalah salah satu pijakan atas apa-apa yang kita dengar dari mereka dalam mengafirkan, memusyrikkan, dan menuduhkan hukum-hukum dengan memberikan julukan-julukan dan sifat-sifat yang tidak pantas bagi seorang muslim yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang hak disembah selain Allah ta’ala dan bahwa Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam adalah utusan Allah ta’ala.
Misalnya, tuduhan mereka dengan mengatakan kepada orang-orang yang tidak sependapat dengan mereka dengan sebutan ”perusak! dajjal! ahli bid’ah! Bahkan, pada akhirnya mereka mengatakan “musyrik, kafir, dan lainnya. Sungguh, sangat sering kita dengar dari orang-orang yang mengaku berakidah, mereka membabi buta mengucapkan kata-kata keji di atas.
Bahkan, sebagian dari mereka menuduh orang-orang yang tidak sependapat dengan mereka dengan berkata,
”Wahai orang yang mengajak kepada kemusyrikan dan kesesatan di zaman ini”.
“Wahai pembaharu agama, Amr bin Luhai!”
Begitulah, sering kita dengar mereka melontarkan hinaan dan ejekan yang tidak sepantasnya terlontar dari mulut seorang pelajar apalagi dari mulut seorang ahli ilmu yang seyogyanya memilih cara-cara terbaik dalam berdakwah dan bersopan santun dalam berdiskusi.
Kemudian setelah itu, mereka mengaku pengikut Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab. Mereka menjadikan beliau sebagai pintu atas segala perilaku mereka, sandaran hukum bagi pendapat mereka, dan mengajak manusia seraya menakut-nakuti mereka dengan berlindung pada nama besar beliau.
Dalam kesempatan ini akan saya paparkan perkataan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab yang membebaskan dirinya dari orang-orang yang mengaku sebagai pengikutnya. Mereka melakukan segala kehendak mereka dengan berlindung kepada beliau. Mereka membunuh siapa saja yang mereka kehendaki dengan menggunakan tajamnya pedang beliau.
Mereka mengafirkan siapa saja yang mereka kehendaki dengan bersandar pada fatwa beliau. Mereka membagi segolongan manusia di surga dan sebagian yang lain di neraka hanya menurut pendapat mereka.
Al Imam Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata dalam suratnya yang dikirim kepada orang-orang al Qashim: ”Telah kalian ketahui bahwasanya aku mendengar Sulaiman bin Suhaim telah mengirim surat kepada kalian. Bahkan, kalangan orang-orang berilmu di daerah kalian menerima dan membenarkan isi surat itu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui bahwasannya orang itu (Sulaiman bin Suhaim) telah berbohong mengatasnamakan aku dalam beberapa perkara yang aku tidak pernah mengucapkannya. Bahkan, tidak pernah terlintas dalam hatiku.
Di antara isi surat itu yang dia tulis bahwa aku mengingkari kitab-kitab empat madzhab yang ada dan aku berkata, ‘sesungguhnya manusia selama 600 tahun telah hidup dalam keadaan sia-sia dan bahwa aku mengaku sebagai mujtahid, aku tidak bertaqlid, dan aku berkata bahwa perbedaan pendapat di antara para ulama adalah bencana dan bahwa aku mengafirkan orang-orang yang bertawasul dengan orang sholeh, dan bahwa aku mengafirkan al Bushiri karena dia berkata, ‘Wahai makhluk termulia!’ Dan bahwa aku berkata, ‘andai aku mampu menghancurkan kubah Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam, niscaya akan aku hancurkan dan andai aku mampu, aku akan mengambil talang emas ka’bah dan aku ganti dengan talang kayu, dan aku mengharamkan ziarah ke makam Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam dan aku mengingkari ziarah kepada kedua orang tua dan lainnya, dan aku bersumpah dengan selain nama Allah ta’ala dan aku mengafirkan Ibnu al Faridl dan Ibnu ‘Arobiy, dan aku membakar kitab Dalailul Khoirot dan kitab Roudur Royyahin dan menamainya Roudus Syaithan. “
Aku jawab semua masalah ini seraya aku katakan, ”Maha Suci Engkau ya Allah, ini adalah kedustaan yang besar dan sebelumnya telah ada orang yang mendustakan Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam, juga ada orang yang telah menghina Isa bin Maryam dan orang-orang sholeh sehingga hati mereka menjadi serupa dalam kedustaan dan kebohongan.
Allah ta’ala berfirman:
إِِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ بِآيَاتِ اللهِ
”Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.”(Q.S. An Nahl:105)
Mereka semua telah mendustakan Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam bahwa para malaikat, Isa, dan Uzair akan masuk neraka.
Maka Allah swt menjawab perkataan mereka dengan firman-Nya:
إِنَّ الَّذِيْنَ سَبَقَتْ لَهُمُ ِّمنَّا الْحُسْنَى أُولئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُوْنَ
”Sesungguhnya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari kami, mereka itu dijauhkan dari neraka.” (Q.S. Al Anbiya’: 101)
Surat Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab lainnya:
Surat ini dikirim oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab kepada as Suwaidi, seorang ulama di Iraq, sebagai jawaban dari surat as Suwaidi kepadanya.
Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam suratnya berkata: “Sungguh, menyebarkan kebohongan adalah hal yang memalukan bagi orang yang berakal apalagi mengadakan kebohongan. Adapun yang Anda katakan bahwasanya aku mengafirkan segenap manusia kecuali pengikutku sungguh mengherankan. Bagaimana hal ini bisa terpikirkan oleh orang yang berakal? Apakah pantas seorang muslim berkata demikian?
Adapun yang Anda katakan bahwa aku berkata, ’Andai aku mampu menghancurkan kubah Nabi Shollallahu Alaihi Wasallam, niscaya akan aku hancurkan. Juga tentang Kitab Dalailul Khairot, bahwa aku melarang untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam. Hal itu semua adalah dusta belaka dan seorang muslim tidak akan berkeyakinan adanya hal yang lebih mulia dari pada kitab Allah (al Qur’an). ”
Lalu mereka bertanya,
Apakah penjelasan anda itu dapat disimpulkan bahwa Wahabi,Syiah dan Liberal itu sudah menyimpang dari ajaran Islam??
mohon tdk terprovokasi dgn pertanyaan saya…
Jawaban kami,
Kalau kaum Liberalisme kita sudah sepakat dengan apa yang telah difatwakan oleh MUI
Sedangkan untuk kaum Wahabi/Salafi dan kaum Syiah sejauh ini MUI belum ada keterangan atau bahkan fatwa bahwa mereka menyimpang dari ajaran Islam.
Namun yang kita perlu cermati adalah sikap ghuluw atau fanatik dengan pemahaman kaum sendiri sehingga beranggap bahwa hamba Allah lainnya yang tidak sesuai pemahaman dengan kaumnya adalah tidak pada jalan yang lurus atau jauh dari kebenaran.
Sayyid Muhammad Alwi alMaliki mengatakan:
“Perlu adanya kesadaran bahwa semua pintu di medan ini (medan pemikiran, aliran, pemahaman dan pendapat ) tidak bisa terlepas dari kritik, sanggahan, dan garis bawah (dari pihak lain).
Sebab, terjaga dari kesalahan (ishmah) hanya berlaku bagi Kitab Allah yang tidak bisa didatangi kebatilan dari depan maupun belakang, dan berlaku bagi Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam yang tidak berkata atas dasar keinginan, melainkan wahyu yang diwahyukan.
Dalam masalah ini, Imam Daarul Hijroh (Malik bin Anas) telah menggariskan satu standar ideal dan ungkapan yang tepat yang bisa dijadikan ukuran keadilan. Beliau mengatakan, “Setiap dari kita diambil dan ditolak darinya kecuali pemilik kubur ini,” seraya menunjuk kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam. “
Kalau hanya pengertian Syiah Ali hanyalah pengikut Imam Sayyidina Ali ra, maka kami pun Syiah Ali namun tidak dalam pengertian kaum Syiah dengan segenap ciri khasnya termasuk 12 Imam ataupun kepercayaan bahwa Sayyidina Abu Bakar ra dan Sayyidina Umar ra dan Sayyidina Ustman ra telah berkhianat kepada Rasulullah karena menyalahi ketetapan Rasululullah di Ghaidir khum.
Begitu pula jika pengertiaan Salafiyyah adalah menisbatkan pada Salafush Sholeh, maka kamipun Salafiyyah namun tidak dalam pegertian/pemahaman secara dzahir kaum Wahabi/Salafi atau sifat/karakter kaum Wahabi/Salafi yang mereka perlihatkan bahwa hanya manhaj. mereka yang benar.
Apakah pasti masuk neraka bagi muslim yang tidak kenal dengan 12 imam di kaum Syiah atau tidak kenal Syaikh Muhammad ibnu Abdul Wahab di kaum Wahabi/Salafi atau tidak kenal syaikh-syaikh di Wahabi/Salafi yang mengatakan hanya manhaj kami yang benar ?
Pertanyaan ini membuktikan bahwa memang ada pemahaman/ijtihad terhadap Al-Qur’an dan Hadits selain kaum mereka.
Contoh kaum muslim yang bermadzhab Syafi’i mereka tidak pernah mengklaim bahwa hanya mereka yang benar dan madzhab yang lain seperti madzhab Maliki adalah sesat karena kaum muslim pada umumnya menyadari bahwa memang ada perbedaan pemahaam/ijtihad namun ijtihad/pemahaman hanya dilakukan oleh Imam Mujtahid dengan berbagai syarat untuk menjadi Imam Mujtahid.
Hal inilah yang mendorong saya untuk menuliskan tulisan ini, dengan diawali bentuk pertanyaan, mengapa harus menjadi kaum Syiah atau mengapa harus menjadi kaum Wahabi/Salafi.
Realitanya kita diantara kaum muslim bersyahadat menjadi berbeda dalam beberapa kaum, terjadi perbedaan/perselisihan/perdebatan maka kita diminta untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits dimana di dalamnya ada petunjuk jadilah muslim sholeh, musim yang baik dan terbaik (ihsan), muhsin/muhsinin.
Oleh karenanya, bagi kami (admin blog) cara menguji sebuah pemahaman/ijtihad adalah memeriksa apakah benar akan menghantarkan kita menuju kepada tujuan yakni menjadi muslim yang terbaik (ihsan).
Muslim yang terbaik atau muslim yang ihsan atau muhsin/muhsinin adalah minimal mereka yang selalu yakin bahwa Allah ta’ala melihat perbuatan kita dan yang terbaik adalah mereka yang seolah-olah melihat Allah ta’ala.
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“…. hendaknya kamu menyembah Allah seakan–akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu .…” (H.R. Muslim)
Contoh, mereka yang mengaku beriman, menjalankan seluruh rukun Islam sampai dengan menunaikan ibadah haji namun mereka korupsi, memimpin dengan tidak adil dan perbuatan-perbuatan lain yang telah dilarang oleh Allah ta’ala, hal ini sesungguhnya terjadi karena mereka tidak mencapai tingkatan muslim yang Ihsan. Mereka seperti tidak yakin bahwa Allah ta’ala melihat segala perbuatan mereka atau dengan kata lain mereka sebagai hamba Allah yang berakhlak tidak baik terhadap Allah yang menciptakan mereka. Ihsan adalah bagaimana kita berakhlak baik terhadap Allah ta’ala dan berakhlak baik kepada ciptaan Allah ta’ala lainnya termasuk kepada sesama manusia. Inilah yang disebut akhlakul karimah atau juga disebut menuju muslim yang sholeh sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dan Salafush Sholeh.
“Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).
Sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswah hasanah (suri tauladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzab : 21)
Wassalam

12 Tanggapan
pada 9 Januari 2011 pada 2:48 pm | Balassofyan samaun
Mutiara Zuhud mengutip hadis :
إِنِّى قَدْ خَلَفْتُ فِيْكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا مَا أَخَذْ تُمْ بِهِمَا أَوْ عَمِلْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ الله وَسُنَّتِى وَلَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَي الْحَوْضِ (رواه البيهقى في السنن
“Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka. Kalian tidak akan tersesat selagi berpegang teguh atau mengamalkan keduanya, yaitu al Qur’an dan Sunnahku. Keduanya tidak terpisahkan sampai mengantarkan aku ke al-haudl/telaga.”(H.R. al Baihaqy).
Hadis Nabi SAW ini terdapat di dalam riwayat Al Baihaqi dalam Sunan Kubra juz 10 halaman 114.
Hadis ini adalah hadis yang lemah.
Mari kita lihat jalur periwayatannya
Dari Abu Al Husain bin Bisyam Al Adl, dari Abu Ahmad Hamzah bin Muhammad bin Abbas, dari Abu Karim bin Haitsam, dari Abbas bin Haitsam, dari Shaleh bin Musa Ath Thalhi, dari Abdul Aziz bin Rafi, dari Abu Shaleh, dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : ……
Riwayat dari Abu Hurairah ini memiliki banyak perawi yang lemah, salah satunya adalah Shalih bin Musa Ath Thalhi Al Kufi. Di bawah ini saya sebutkan komentar para ulama yang disebutkan oleh Ibnu Hajar, di dalam Kitab Tadzib At Tahdzib, juz 4 halaman 354, sebagai berikut :
Ibnu Ma’in berkata : “Ia tidak berharga sedikitpun dan hadisnya tidak pantas ditulis”
Hasyim bin Martsad menukil Ibnu Ma’in sebagai mengatakan : “Ia bukan seorang tsiqah”
Ibnu Al Jauzajani berkata : “Ia orang yang lemah dalam periwayatan hadis”.
Ibnu Abi Hatim menukil ayahnya sebagai berkata : “Ia sangat lemah dalam periwayatan hadis, banyak meriwayatkan hadis – hadis munkar” dari orang – orang tsiqah. Ketika ditanya, apakah hadis riwayatnya boleh ( pantas ) ditulis, ia menjawab : “Hadis riwayatnya tidak kusukai”
Imam Bukhari berkomentar : “Ia adalah orang yang banyak membawa hadis munkar dari Suhail bin Abi Shaleh”
An Nasa’i berkata : “Ia orang yang lemah dan hadisnya tidak perlu ditulis”
Dalam kesempatan lain ia berkata : “Hadis riwayatnya harus dibuang”
At Turmudzi berkata : “Banyak tokoh ulama yang membicarakan kelemahan – kelemahannya”
Abu Nu’aim berkata juga : “Hadisnya harus dibuang dan ia meriwayatkan hadis – hadis munkar.
Masih banyak lagi komentar dari para tokoh Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang men’cacat’ / memberatkan terhadap Shalih bin Musa Ath Thalhi Al Kufi


sesungguhnya anda telah memfitnah dengan kata kata yg keji
ternyata ana salah masuk situs..
Assalamu Alaikum


pada 10 Maret 2011 pada 10:30 am | Balasmutiarazuhud
Walaikumsalam
Bagian mana yang menurut pemahaman antum sebagai fitnah ?
Mungkin kami yang lupa, insyaallah akan kami perbaiki setelah ada pemberitahuan berikut penjelasan kenapa termasuk fitnah menurut pemahaman antum
Terima kasih


coba antum cek di blog UMMATI, ada beberapa ikhwah ay’ariyun yang diindikasi mempunyai pemahaman tasyayu’. indikator itu adalah celaan mereka kepada sahabat mulia Mu’awiyah bin Abi Sufyan (dan derivatnya seperti Abu Sufyan, Yazid bin Abi Sufyan, Yazid bin Mu’awiyah dan lainnya).
karena ana tidak bisa mengirim komentar dalam blog tersebut, bahkan komentar ana yang sebelumnya sudah dipublikasi telah dihapus, jadi ana berkomentar lewat blog antum saja.


pada 14 Mei 2011 pada 5:31 am | Balasmutiarazuhud
Mas Ajam, ~ kesejukan rahmatNya semoga menaungi hari-hari antum.
Jikalau ada yang salah kita dudukan itu salah. Namun jangan mengeneralisir dengan citra buruk untuk saudara-saudara muslim kita yang jelas telah bersyahadat. Pekerjaan mengeneralisir seperti itu serupad dengan kesenangan kaum non muslim, mereka temukan seorang atau beberapa muslim melakukan tindak teroris, mereka mengeneralisir bahwa Islam adalah teroris.
Sungguh kita harus berwaspada adanya bahaya yang secara halus berupaya mengadu domba kita kaum muslim. Mereka adalah zionis Yahudi ini beberapa statement/rencana/target kerja mereka
…Kita akan mengepung pemerintahan yang ada dengan para ekonom kita. Karena alasan inilah ilmu ekonomi menjadi mata pelajaran utama yang dituntut dan diajarkan oleh kaum Yahudi. Kita akan dikelilingi oleh galaksi yang terdiri dari para banker, industrialis, kapitalis, dan terutama kaum milyuner, karena sebenarnya segala sesuatu akan ditentukan oleh daya tarik kepada angka-angka…
…Dibawah pengaruh kita, pelaksanaan hukum kaum non_yahudi harus dapat diredusir seminim mungkin. Penghormatan kepada hukum harus dirongrong dengan cara interpretasi sebebas mungkin sesuai dengan apa yang telah kita perkenalkan pada bidang ini. Pengadilan akan memutuskan apa yang kita dikte, bahkan dalam kasus-kasus yang mungkin mencakup prinsip-prinsip dasar atau isu-isu politik melalui jalur pendapat surat kabar dan jalur lainnya..
…Kita telah lama menjaga dengan hati-hati upaya mendiskreditkan para rohaniawan non-Yahudi dalam rangka menghancurkan misi mereka, yang pada saat ini dapat secara serius menghalangi misi kita. Pengaruh mereka atas masyarakat mereka berkurang dari hari ke hari. Kebebasan hati nurani yang bebas dari faham agama telah dikumandangkan diaman-mana. Tinggal masalah waktu maka agama-agama itu akan bertumbangan..
Statement statement/rencana/target kerja mereka yang berhubungan dengan dunia Islam. Yang mereka katakan mendiskreditkan para rohaniawan non-Yahudi adalah mendiskreditkan ulama-ulama muslim termasuk para Imam Mazhab. Hal yang perlu antum ketahui pengaruh ghazwul fikri telah terjadi pada ulama di Jazirah Arab. Mereka menerima nasihat dari kalangan non muslim untuk menyusun kurikulum pendidikan agama dan penguasa dinasti Saud telah terkena pengaruh pluralisme. Silahkan antum baca tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/
Wassalam


pada 14 Mei 2011 pada 6:54 am | Balasmamo cemani gombong
alhamdulillah @Ajam hadir juga nt apakabar mas ……..silahkan lanjut ana ikut menyimak aja ………salam .


lho lho lho, ko antum ngelantur berbicara tentang yahudi. yang ana tanyakan adalah tentang sahabat mulia Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
ana tidak memukul rata semua asy’ariyun berpemahaman tasyayu’. ana hanya mengindikasi beberapa orang saja, di antaranya Abah Asra, Mbah Redhy dan Joyo Marto. dan ana tidak melihat ada teguran atau kritik dari ikhwah asy’ariyun yang lain kepada mereka, jika memang ikhwah yang lain itu mengingkari mereka.
karena ana tidak bisa mengirim komentar disana karena mungkin ada kendala teknis dari admin, mohon antum menyampaikan teguran ini pada mereka dan luruskanlah kesalahan mereka. mencela seorang sahabat Nabi itu bukan perkara ringan dan antum pasti tidak ingin sodara seaqidah antum menerima konsekuensi yang berat dari Alloh.
oiya, sekalian ana tanya masalah lain, bagaiamna pendapat antum tentang Prof. Quroish Shihab, penulis kitab tafsir Al Misbah yang terkenal itu?
jazakalloh khoir


BENARKAH Muhammad Alwi Al Maliki SEORANG MUHADDITSUL HARAMAIN ?
[Majalah Al-Furqon Gresik, Edisi 5 Thn. III hal. 2]
Pengagum Alwi Al Maliki memprotes :…Untuk masalah ini silahkan
ustadz baca kitab XXX oleh Muhadditsul Haramain Sayyid Muhammad Alwi
Al Maliki, ana tunggu jawaban Ustadz Aunur Rofiq. (0815 4803 0XXX )
Redaksi Al Furqon Menjawab :
Kami tidak memiliki kitab yang disarankan tersebut. Sejauh ini kami
belum mengetahui ada yang menggelari Muhammad Alwi Al Maliki dengan
Muhadditsul Haramain kecuali orang-orang yang fanatik kepadanya atau
semadzab. Simak perkataan Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Mufti Arab
Saudi terdahulu ketika memberi muqoddimah kitab hiwar ma’a Maliki fi
Raddi Mungkaraatihi (Dialog dengan Al Maliki, Bantahan Kemungkaran dan
kesesatannya) karya Syaikh Abdullah bin Mani’, anggota Kibar
Ulama Saudi, kata beliau: “…saya telah mencermati kemungkaran-
kemungkaran di kitab karangan Muhammad Alwi maliki dan dalam
muqodimah kitabnya yang tercela yang dinamakan Ad Dzakho’ir Al
Muhammadiyyah. Dalam buku itu dia menisbatkan sifat-sifat ilahiyyah
kepada Rasulullah, semisal: “Rasulullah memegang kunci-kunci langit
dan bumi, beliau berhak membagi tanah di surga, mengetahui perkara
ghaib, ruh, dan lima perkara yang hanya diketahui Allah, makhluk
diciptakan karena beliau, malam kelahirannya lebih agung ketimbang
lailatul qadar, dan tidak ada sesuatu yang terjadi kecuali karena
beliau”. Contohnya dia mengakui qosidah-qosidah yang dia nukil dari
kitab Ad Dzakho’ir yang berisi istighotsah dan meminta perlindungan
kepada nabi, sebab beliau adalah tempat berlindung ketika terjadi
musibah. Karena kemana lagi berlindung kalau bukan kepadanya, dan
masih banyak lagi…Dan sungguh menggelisahkan saya munculnya
kemungkaran yang jelek ini, bahkan sebagiannya jelas-jelas bentuk
kekufuran nyata dari Muhammad Alwi Al Maliki.
Sebagaimana banyak ulama merasa sesak dengan banyaknya kesesatan dan
kesyirikan yang dia tulis dibukunya, terutama Lembaga Ulama-Ulama
Besar. Oleh karena itu Lembaga tersebut menerbitkan keputusan no. 86
tgl 11/11/1401 H, berupa pengingkaran kepada dakwah Al Maliki yang
mengajak kepada syirik, bid’ah, kemungkaran, kesesatan dan
menjauhkan dari petunjuk salaf umat ini berupa akidah yang selamat
dan peribadatan yang benar kepada allah dalam uluhiyyah dan
rububiyyah-Nya”.(lihat Muqoddimah kitab Syaikh Abdullah bin Mani’
ini).
Al Maliki juga menulis juga menulis kitab lain yaitu Mafahim Labudda
An Tushohhah (Namun patut disayangkan kitab ini telah telah
diterjemahkan oleh penerbit berinisial PZZ,dengan judul yang kami
singkat PYHD, Namun Al Alhamdulillah Majalah Al Furqon edisi
8/tahun III/Rabiul Awwal 1425 hal 19 telah memberikan bantahan
singkatnya yang diterjemahkan dari kitab Syaikh Shalih bin Abdul
Azis Alu Syaikh ). Kitab ini tidak jauh beda dengan kitab yang
pertama tadi. Oleh karena itu dibantah oleh Syaikh Shalih bin Abdul
Azis alu Syaikh ( MenAg Saudi Arabia sekarang ) dalam kitab Hadzihi
Mafahimuna. Dalam kitab tersebut Syaikh Shalih membongkar kedok Al
Maliki yang katanya ahli hadits itu. Ternyata dia bukan ahli hadits.
Dengan indikasi ini, kami yakin kitab yang disarankan untuk dibaca
isinya kurang lebih sama. Maka silahkan membaca dua kitab tersebut
agar memahami kebenaran yang sesungguhnya. Semoga Allah menunjuki
kita semua ke jalan kebenaran. (Majalah Al Furqon Gresik, Edisi 5
Thn. III hal. 2, dengan judul asli “Tuduhan tak Berdasar” )
::: KESIMPULAN :::
Kitab penuh penyimpangan aqidah karya Muhammad alwi al maliki :
1.Ad Dzakho’ir Al Muhammadiyyah
2.Mafahim Labudda An Tushohhah
Kitab bantahan atas kesesatan Muhammad alwi al maliki
1. Hiwar ma’a Maliki fi Raddi Mungkaraatihi wa Dholalatihi
( Membantah kitab Ad Dzakho’ir…)
Karya Syaikh Abdullah al mani’
Anggota Kibar Ulama Saudi
2. Hadzihi Mafahimuna
(Membantah kitab Mafahim Labudda …)
Karya Syaikh Shalih bin Abdul Azis Alu Syaikh
Menag Arab Saudi sekarang
Mengenal lebih dekat dengan “Syaikh”nya Nahdatul Ulama
Pertanyaan : “Didaerah Jawa Timur banyak saudara-saudara yang kita
belajar di pondok pesantren salafiyyah (Ustadz Ali Saman berkomentar:
Masya Allah…Salafiyyah NU, Nahdatul Ulama ?!?!?! ) sangat
mengagungkan sosok Kyai Sayyid Muhammad Alwi Al Maliki, Siapakah
sosok syaikh tersebut ? Apakah benar dia seorang Muhaddits Ahlus
Sunnah? Apakah sekarang masih hidup ? Apakah sumbangsih Syaikh
Sayyid Muhammad Alwi Al Maliki terhadap perkembangan dakwah
salafiyyah di Saudi pada umumnya dan para alumninya di Indonesia
pada khususnya ?
Ustadz Ali Saman menjawab :
Ikhwanifillah A’azakumullah…saya kemaren membaca di majalah Al
Furqon ( Al Furqon Gresik, Edisi 5 Thn. III hal. 2) perdebatan
antara Ustadz Aunur Rofiq dengan salah satu pengagum Syaikh Muhammad
Alwi Al Maliki, pengagum Alwi Al Maliki tersebut mengatakan bahwa
syaikhnya adalah Muhadditsul Ahlus Sunnah. Syaikh Muhammad Alwi Al
Maliki duhulunya adalah pernah ngajar di haram (tanah suci), dan
orang salafy. Kemudian setelah itu banyak penyimpangan-penyimpangan.
Salah satunya buku yang menunjukkan penyimpangannya adalah dia
menulis buku yang berisi pengkultusan Nabi Shalllallahu ‘Alaihi
Wassalam dan mengarang tentang sunnahnya maulid nabi
Shalllallahu ‘Alaihi Wassalam.
Kemudian habis itu, ia dikeluarkan atau dipecat dari mengajar di
halaqah di masjidil haram oleh kepemimpinan tinggi masjid al
haramain. Bahkan terjadilah hiwar (debat/dialog) yang sangat kuat
sekali antara syaikh Sulaiman Ibnu Mani’ (Anggota Kibar Ulama
Saudi) dengan Syaikh alwi almaliki di Mekkah, dan hiwar/dialog itu
direkomendasikan oleh Syaikh AbdulAzis bin Baz ( Mufti Kerajaan Arab
Saudi waktu itu ) dan terbitlah bukunya dan sudah
diterjemahkan “Dialog dengan Alwi Al Maliki”,
Silahkan baca bukunya…..Syaikh Sulaiman Ibnu Mani’ membantah dengan
nash Al Quran, Sunnah Nabi Shalllallahu ‘Alaihi Wassalam, dan akal
terhadap pendapat alwi al maliki yang membolehkan Maulid Nabi.
Ikhwanifillah A’azakumullah….Syaikh Alwi Al Maliki sebenarnya
memiliki manhaj yang baik sebelum ia dikeluarkan dari mengajar di
masjidil haram.
TETAPI sekarang manhajnya sudah rusak, akidahnya sudah rusak, dan
banyak disana ia menghalalkan tawassul yang diharamkan oleh Allah
dan RasulNya, bahkan mengagungkan Rasulullah sampai-sampai
menjadikan Rasulullah Shalllallahu ‘Alaihi Wassalam seolah-olah
sebagai ilah atau sebagai Tuhan, dan hal ini adalah sumber dari
kesesatan agama Syi’ah, yang mereka mengagungkan Rasulullah
Shalllallahu ‘Alaihi Wassalam melebihi derajat yang Allah turunkan
kepada dia (Rasulullah Shalllallahu ‘Alaihi Wassalam). Syaikh Alwi
Al Maliki setelah disuruh taubat oleh para ulama disana ( Saudi
maksudnya ). Ia tidak mau taubat dari perbuatan dosanya, Akhirnya
pemerintah setempat memutuskan menghukum Syaikh Sayyid Alwi AlMaliki
sebagai tahanan rumah. Dan menurut cerita teman saya, suatu ketika
ia pernah nekad untuk keluar untuk sholat ied di masjidil haram,dan
ketika keluar dari masjidil haram dan para syabab tahu bahwa orang
tersebut adalah syaikh yang memiliki dan mendakwahkan aqidah tauhid
yang rusak, akhirnya para syabab langsung mengerubungi dia untuk
berusaha memukulinya, akhirnya mulai saat itu, pemerintah setempat
melarang ia dari sholat id (ditempat umum). Syaikh alwi al maliki
menyebarkan kesesatan ajarannya melalui pembangunan ma’had
diberbagai tempat dengan nama ma’had “Ar ribath”, dia membungkus
kesesatan ajarannya dengan slogan ajaran cinta kepada ahlul bait
(allawiyyin) , yang sebenarnya adalah mencela kepada ahlul bait itu
sendiri !!!. Ma’had Ar ribath di Mekkah didirikan oleh dia di tempat
yang sangat tersembunyi sekali, “laa ya’rifuha illa ahluha” / “tidak
ada orang yang tahu kecuali orang – orang yang menginduk kepada
ma’had ini”. Sampai saya sendiri pernah mencoba mencari tahu ma’had
ar ribath kayak apa ???, tapi tidak ketemu…karena mereka tahu
bahwa saya dari jam’iyyah islamiyyah dari penampilan saya. Di
Maroko dan Madinah didirikan ma’had ar ribath juga.
Santrinya memiliki ciri khas yang sangat unik sekali diantaranya
memakai gamis seperti yang saya pakai TETAPI gamis mereka nyapu
masjid/lantai (isbal maksudnya ) dan memakai selendang hijau (coba
antum teliti, penampilan kyai-kyai NU…niscaya antum akan tahu
dengan siapa dia belajar). Sampai-sampai ketika mereka keluar masuk
di perkemahan dan hotel-hotel jama’ah haji mereka mengatakan “Kita
ini dari Islamic University menawarkan kambing kurban 200 riyal ?”
padahal kambing yang kita beli itu harganya 350 riyal. “Sisanya dari
mana ? “Sisanya ? Wallahu a’lam bish showab”, Mengapa mereka berani
menjual kambing dengan 200 riyal ?, karena mereka menyembelih
kambing sebelum hari id dengan dalil bahwa (kata mereka) madzab
Syafi’iyyah membolehkannya. Padahal tidak ada madzab syafi’i yang
membolehkannya !!!. Kemudian habis itu ya ikhwan…ciri-cirinya
mereka itu, Masya Allah…kelihatannya mereka iltizam kepada sunnah,
padahal mereka itu menindas-nindas dan menguburkan sunnah itu
sendiri. Sunnahnya bagaimana? Sunnah yang mereka sering tampakkan
adalah hadits yang berbunyi (yang artinya) “Sholat menggunakan siwak
itu pahalanya lebih dari 70 kali sholat”, padahal hadits ini adalah
hadits yang dho’if !!! Kalaupun seandainya hadits ini adalah hadits
yang shohih, maka derajatnya hasanun lighoirihi. Ketika mau sholat,
mereka langsung ambil siwak, meskipun imam sudah takbir, mereka
tetap sibuk siwak-an, padahal Rasulullah Shalllallahu ‘Alaihi
Wassalam mengatakan “fa idzaa kabbara fakkabaruu..”Apabila ia (imam)
bertakbir, bertakbirlah kalian..”. ngga’ usah pakai ushalli…ngga’
usah pakai siwak. Adapun mengenai murid-muridnya …Murid-muridnya
banyak sekali bertebaran di Indonesia, bahkan sekarang ini banyak
dan lebih banyak lagi, mereka membuat jam’iyyah lanjutan setelah
Ma’had Ar Ribath…yaitu Jam’iyyah Al Ahqaf. Apel siaganya tiap pagi
adalah…keliling kuburan syaikh mereka. Oleh karena tidak pantas
mereka menisbatkan pesantrennya kepada salafiyyah, karena salafiyyah
adalah ..salafy adalah ashhabunnabi Shalllallahu ‘Alaihi Wassalam wa
ashhabul kiram, itu yang kita nama salafiyah.dan kita tidak menyebut
pesantren mereka dengan pesantren salafiyyah !!! Salafiyyah yang
mereka (murid Alwi Al Maliki di Indonesia dan Nahdatul ‘Ulama)
maksudkan adalah pesantren tradisional, ngajinya pake kitab kuning,
mandinya dengan 2 qullah meskipun sudah kotor/butek/keruh airnya
sampai-sampai membuat kulit gatal. ( maksudnya orang -
orang “salafiyyah” NU mengganggap bahwa air yang telah mencapai 2
qullah tidak dapat ternajisi oleh apapun…padahal pemahaman yang
benar tidaklah demikian, baca keterangan Ustadz. Abdulhakim bin Amir
Abdat mengenai hadits masalah ini pada AsSunnah edisi 06/tahun
VII/1424 H/2003 M hal. 11 )
Nah oleh sebab itu, Ikhwanifillah A’azzakumullah….dikatakan pula
Syaikh Alwi Al Maliki ini memiliki ziarah (kunjungan) ke Indonesia
setiap satu tahun sekali, ziarahnya langsung ke Jawa Timur, ke
tempat para fans nya ( maksudnya bekas muridnya ), Saya orang jawa
timur…dan banyak bertemu dengan pengikut-pengikut mereka ini.
Bahkan satu cerita mengatakan, Wallahu a’lam cerita ini betul atau
tidak…bahkan diantara orang-orang yang diziarahi terutama orang-
orang madura… arek-arek situbondo itu…mereka rela menikahkan
anaknya dengan syaikh ini, dalam rangka mengambil keturunan habaib.
Perlu kita ketahui keturunan habaib tidak ada fungsinya disisi Allah
swt kecuali dengan taqwa !!!. Habaib banyak…habaib banyak di
Indonesia…yang ngaku habaib …habib…habib…habib, tapi
perbuatannya…adalah menyalahi Sunnah Rasulullah
Shalllallahu ‘Alaihi Wassalam, bukan pencinta Rasulullah
Shalllallahu ‘Alaihi Wassalam. Katanya habaib juga masih main
perempuan… Katanya habaib juga masih jualan tanah surga,
katanya…perbuatan macam apa yang dilakukan para habaib seperti ini ???
Ikhwanifillah… antum coba sekarang lihat di Bogor, kebetulan saya
waktu itu tinggal di Jakarta dan saya suka ke Bogor…disana ada
kuburan yang dikeramatkan milik habib fulan… omzetnya setiap hari
atau setiap minggu, melebihi 30 Juta, oleh karena itu mereka tidak
mau meninggalkan kerjaan seperti ini…bayangkan 1 minggu dapat 30
juta…bandingkan dengan gaji pegawai negeri…satu minggu dapat
berapa ??? belum potongan-potongan yang lain…, yang datang disana
juga para pejabat – pejabat, seperti inilah kondisi umat kita, yang
mau dibohongi oleh pemuja-pemuja kuburan habaib. Dan parahnya…para
prajurit-prajurit alawiyyin (maksudnya murid alwi al maliki) ini
banyak mengajar di Pesantren NU, seperti Pesantren Tebu Ireng,
Pesantren Kyai As’ad, dan Pesantren Ash Shidiqiyyah di Kedoya
Jakarta. Ciri-ciri mereka sama…kalau pake gamis,
sorbannya/selendangnya berwarna hijau…kalau pake sarung, ngga’
tahu saya ciri-ciriya…(SELESAI TANYA JAWAB )
Sumber : ditranskrip dari CD Dakwah Bedah Buku Intensif 2004 CD-3,
Sesi tanya jawab (kajian tanggal 13 Dzulhijjah 1424 H) dengan Ustadz
Ali Saman Hasan, Lc ( Alumni Univ. Islam Madinah, sekarang mengajar
di Ma’had Al Irsyad Tengaran, Salatiga )


yg suka maen cewe di bogor itu bukan Habaib tapi orang2 Arab Saudi. tau sendiri khan wahabi menghalalkan nikah misyar yaitu nikah tp harus berkumpul dan menafkahi selalu dan bisa cerai sewaktu2.


edit maksudnya nikah misyar yaitu nikah tanpa harus selalu berkumpul serumah suami istri dan boleh tidak menafkahi sewaktu2 dan boleh cerai sewaktu2 tanpa bertemu suami istri.


Syiah itu Bozzzzz


syiah itu nikah mut’ah..klo wahabi nikah misyar..browsing sana..
liat di saudi..TKW diperlakukan spt budak yg boleh digauli
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar