Manisnya Iman

Iman terbagi menjadi dua: iman hakiki dan iman formalitas.
Al Bukhari meriwayatkan hadits marfu yang berbunyi, “Sesungguhnya telah merasakan manisnya iman orang ridha Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Rasulnya.”
Juga diriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda,
“Tiga hal yang jika salah seorang dari kalian berada didalamnya, ia pasti merasakan manisnya iman:
  • Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selain  keduanya
  • Mencintai seorang hanya karena Allah
  • Dipanggang di api yang berkobar lebih ia sukai ketimbang menyekutukan Allah”

Dalam hadist lain Rasulullah saw bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih Allah cintai daripada mukmin yang lemah. Masing-masing keduanya memiliki kebaikan.”
Selengkapnya, “Berusahalah meraih sesuatu yang bermanfaat untukmu. Minta tolonglah kepada Allah dan jangan merasa lemah.
Apabila kau dihadapkan pada sesuatu, jangan berkata, “seandainya aku melakukan ini dan itu”.
Tetapi ucapkan, “Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”.
Sebab, kata “seandainya” membuka godaan setan. (HR Muslim)
Allah Swt, berfirman, “Mereka kaum yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni’mat) yang mulia” (Al Anfaal: 4)
Orang beriman terbagi kedalam dua golongan.
Orang yang beriman kepada Allah yang berdasarkan kepercayaan dan ketundukan serta
Orang yang beriman kepada Allah berdasarkan penyaksian.
Iman jenis kedualah yang kadang-kadang disebut iman dan kadang-kadang disebut yakin. Sebab, iman itulah yang cahayanya terpendar, pengaruhnya tampak jelas, tiangnya kokoh terpancang dalam hati dan jiwa pemiliknya bahagia menyaksikanNya. Kelompok kedua inilah yang mendapatkan wilayahyang murni sementara yang pertama mendapatkan wilayah lahiriah.
Sungguh berbeda iman orang yang mengalahkan hawa nafsu dan iman orang yang dikalahkan hawa nafsunya.
Begitu pula, iman seorang mukmin yang dihadapkan berbagai tantangan dan ia melawannya dengan imanya,  tidak sama dengan iman seorang mukmin yang hatinya telah dibersihkan dari berbagai tantangan sehingga ia tidak mempedulikan semua tantangan itu karena telah “menyaksikan” Allah.
Karena itulah para salik menuju Allah pun terbagi dua kelompok, yaitu kelompok yang tersusupi lintasan dosa sehingga ia berjuang melawan nafsunya sampai bisa melenyapkannya dan kelompok yang sama sekali tidak tersentuh lintasan dosa.
Tentu saja, golongan kedua lebih mulia. Ia lebih dekat pada ahwal para makrifat. Sedangkan golongan pertama adalah ahli mujahadah.
Hati menjadi sempurna apabila seluruh ruangnya telah diisi cahaya.Jika keadaan itu telah tercapai, tak ada lagi tempat untuk lintasan dosa.
Sumber: Ibnu Athoillah, Lathaif al Minan, Rahasia Yang Maha Indah, Penerbit Serambi.
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar