Mereka menyampaikan bahwa kita harus mengikuti “sebaik-baiknya manusia” yang mengikuti jalan Rasulullah dan jalan para Sahabatnya, yang menyandarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman Salafus Shalih yaitu pemahaman generasi pertama umat ini dari kalangan Shahabat, Tabi’in dan generasi setelah mereka.
Rasulullah bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad)
Pertanyaan yang tertinggal adalah apa dan bagaimana yang dikatakan pemahaman Salafush Sholeh sedangkan kita tentu tidak bertemu dengan Salafush Sholeh.
Yang tertinggal pada masa kini adalah lafaz atau tulisan yang berasal dari Salafush Sholeh atau ulama salaf yang sholeh
Yang dikatakan oleh ulama seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyyim al Jauziah, Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya sebagai “pemahaman Salafush Sholeh” pada hakikatnya adalah pemahaman mereka sendiri terhadap lafaz atau tulisan yang berasal dari Salafush Sholeh atau ulama salaf yang sholeh. Sedangkan kita tahu bahwa setiap upaya pemahaman, bisa benar dan bisa pula salah.
Ulama-ulama mereka ketika membaca Quran dan Sunnah, lalu mereka pun berjtihad dengan pendapat mereka. Apa yang mereka katakan tentang Quran dan Sunnah, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra’yu mereka sendiri. Sumbernya memang Quran dan Sunnah, tapi apa yang ulama-ulama mereka sampaikan semata-mata lahir dari kepala mereka sendiri.
Kesalahpahaman besar telah terjadi ketika ulama-ulama mereka mengatakan bahwa apa yang mereka pahami dan sampaikan adalah pemahaman Salafush Sholeh.
Jika apa yang ulama mereka pahami dan sampaikan sesuai dengan pemahaman Salafush Sholeh tentu tidaklah masalah namun ketika apa yang ulama mereka pahami dan sampaikan tidak sesuai dengan pemahaman sebenarnya Salafush Sholeh maka pada hakikatnya ini termasuk fitnah terhadap para Salafush Sholeh.
Fitnah-fitnah yang terjadi pada zaman inilah yang merupakan cobaan bagi kita , mayoritas kaum muslim. Untuk menghadapi zaman fitnah, kaum muslim sebaiknyalah bermazhab dengan mengikuti di antara Imam Mazhab yang empat kalau di negara kita mengikuti Imam Syafi’i rahimahullah. Bermazhab bukanlah kewajiban namun merupakan kebutuhan bagi kita umat belakangan , terlebih tidak berkompetensi sebagaii mujtahid.
Baikhlah kita ambil pelajaran dari hadits yang mereka sampaikan di atas.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan “sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku (generasi sahabat)” bukanlah mengatakan sebaik-baik pemahaman atau pemikiran.
Sahabat dikatakan “sebaik-baik manusia” karena termasuk manusia awal yang “melihat” Rasulullah atau manusia awal yang bersaksi atau bersyahadat.
Ini terkait dengan firman Allah ta’ala yang artinya, “kuntum khayra ummatin ukhrijat lilnnaasi“, “Kamu (umat Rasulullah) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia” (QS Ali Imran [3]:110 ).
Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i berkata:
“Ash-Shabi (sahabat) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam“
Begitu pula dengan Tabi’in (orang yang “melihat”/”bertemu” dengan Sahabat) maupun Tabi’ut Tabi’in (orang yang “melihat”/”bertemu” dengan Tabi’in adalah “sebaik-baik manusia” karena mereka termasuk manusia awal yang bersaksi atau bersyahadat.
Bahkan Allah Azza wa Jalla menjamin untuk masuk surga bagi “sebaik-baik manusia” paling awal atau manusia yang bersaksi/bersyahadat paling awal atau yang membenarkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam sebagai utusan Allah ta’ala paling awal atau as-sabiqun al-awwalun. Hal ini dinyatakan dalam firmanNya yang artinya,
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS At Taubah [9]:100 )
Mereka yang termasuk 10 paling awal bersyahadat/bersaksi atau yang termasuk “as-sabiqun al-awwalun” adalah, Abu Bakar Ash Shidiq ra, Umar bin Khattab ra, Ustman bin Affan ra, Ali bin Abi Thalib ra, Thalhah bin Abdullah ra, Zubeir bin Awwam ra, Sa’ad bin Abi Waqqas ra, Sa’id bin Zaid ra, ‘Abdurrahman bin ‘Auf ra dan Abu ‘Ubaidah bin Jarrah ra .
Jadi yang disebut generasi terbaik atau sebaik-baik manusia adalah bagi seluruh umat Nabi Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wasallam atau bagi seluruh manusia yang telah bersaksi/bersyahadat atau bagi seluruh umat muslim sampai akhir zaman. Tidak ada hubungannya antara “generasi terbaik” dengan kapan waktu dilahirkan. Tidak ada hubungannya “generasi terbaik” dengan pembagian atau periodisasi ulama salaf (terdahulu) dengan ulama khalaf (kemudian), seluruh ulama baik salaf maupun khalaf dapat menjadi ulama terbaik. Indikatornya adalah berakhlak baik atau ulama yang sholeh sebagaimana telah kami sampaikan dalam tulisan pada
Tidak ada hubungannya antara “generasi terbaik” dengan mazhab atau manhaj salaf dan tidak ada pernah Rasulullah mewajibkan umat muslim untuk bermazhab atau bermanhaj Salaf. Ulama yang mewajibkan bermanhaj salaf adalah mereka yang membuat perkara baru dalam agama. Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
=====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar