Ittiba li Rasulihi

Ittiba li rasulihi shallallahu alaihi wasallam
Kaum muslim yang berada di sisi Allah Azza wa Jalla ada 4 golongan yakni, para Nabi, para Shiddiqin, para Syuhada dan orang-orang sholeh.
Di antara mereka yang di sisi Allah Azza wa Jalla ada “media komunikasi” khusus sehingga mereka saling mengetahui, mengenal siapapun di belahan bumi manapun misalkan melalui mimpi yang baik, melalui komunikasi dengan petugas Allah Azza wa Jalla yakni para malaikat. Para malaikat menyebut dan membicarakan “nama panggilan” kaum muslim yang derajatnya di sisi Allah Azza wa Jalla.
Oleh karenanya jika kita mempunyai masalah dan belum menemukan jawabannya dalam Al-Qur’an dan Hadits maka bertanyalah kepada orang-orang sholeh yang mentaati Allah Azza wa Jalla dan RasulNya.
Bertanyalah kepada mereka yang mempunyai “sertifikat” sebagai pengikut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sebaiknya jangan sekedar mengikuti syaikh/ulama/ustadz yang hanya “teriak-teriak” ittiba li rasulihi shallallahu alaihi wasallam tanpa kita mengetahui “sertifikat” sebagai pengikut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Sertifikat paling dasar sebagai pengikut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah ke-sholeh-an atau berakhlakul karimah.
Rasulullah menyampaikan yang maknanya “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).

“Awaluddin makrifatullah”, awal beragama adalah mengenal Allah ta’ala (ma’rifatullah)
sedangkan
akhir/tujuan beragama adalah berakhlakul karimah atau menjadi muslim yang sholeh (sholihin) atau muslim yang Ihsan (muhsin/muhsinin).

Pada sebuah khutbah jum’at , sang khatib mengatakan agar jama’ah sholat jum’at untuk ittiba Rosul jangan mengikuti ulama-ulama begitu saja tanpa mengetahui sunnah Rasulnya.
Pertanyaannya adalah salahkah mereka yang sekedar mengikuti ulama yang sholeh ketika mereka tidak mempunyai kemampuan finasial untuk membeli seluruh kitab hadits, tafsir Al-Qur’an dan bahan-bahan lain untuk melakukan ijtihad , terlebih lagi jika tidak punya kemampuan untuk berijtihad ? Sudahkah pasti mereka akan masuk neraka karena tidak berijtihad sendiri ?
Khatib-khatib seperti itulah yang dapat memecah belah kaum muslimin, memecah Ukhuwah Islamiyah. Pada hakikatnya mengikuti ulama yang sholeh yang taat kepada Allah ta’ala dan RasulNya sama saja ittiba li rasulihi shallallahu alaihi wasallam
Kita harus menegakkan ukhuwah Islamiyah.
Kita dapat mudah terpecah belah misalkan hanya karena sebuah kaidah yang tidak tahu asal usulnya seperti “LAU KANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIH”.
Semua itu disebabkan karena sebagian ulama mau menerima hasil kajian-kajian keislaman yang dilakukan kaum orientalis atau kaum non muslim lainnya. Anehkan mau menerima pendapat non muslim yang mengkaji Al-Qur’an dan Hadits, bagaimana mungkin mereka memperoleh karunia hikmah atau petnjukNya ?.
Dari hasil ghazwul fikiri oleh kaum orientalis dan kaum non muslim lainnya menumbuhkan nasionalisme Arab dan runtuhnya kekhalifahan Turki Ustmani dan seterusnya termasuk paham Liberalisme, Sekularisme, Pluralisme, Hedonisme yang menghasilkan tuhan lain seperti tuhan kesenangan , tuhan kebebasan.
Terlebih anehnya lagi Arab Saudi mau menerima nasehat orang non muslim untuk menyusun bersama kurikulum pendidikan mereka sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/
Oleh karenanya pertimbangkan kembali kalau mau mengenyam pendidikan di sana atau diikuti dengan penuh kehati-hatian. Wallahu a’lam
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar