Waspada Propaganda Pemisahan Tuhan
Allah ta’ala itu tidak bertempat bukanpula berarti Allah ta’ala ada dimana-mana.
Muslim yang meyakini bahwa Allah ta’ala ada dimana-mana pada hakikatnya sama saja dengan mereka yang berkeyakinan bahwa Allah ta’ala bertempat di atas arasy, bedanya mereka meyakini bahwa Allah ta’ala bertempat di mana-mana.
Allah Azza wa Jalla tidak memerlukan tempat atau Dia tidak memerlukan ciptaanNya. Maha Suci Allah dari bertempat dan dari bagaimana.
Allah ta’ala berfirman dalam hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu ’Umar r.a.:
“Sesungguhnya langit dan bumi tidak akan/mampu menampung Aku. Hanya hati orang beriman yang sanggup menerimanya.”
Al Imam al Bayhaqi (W. 458 H) dalam kitabnya al Asma wa ash-Shifat, hlm. 506, mengatakan: “Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda Rasulullah shalllallahu ‘alayhi wa sallam yang maknanya: “Engkau azh-Zhahir (segala sesuatu ada karena Dia), tidak ada sesuatu di atas-Mu dan Engkaulah al Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu di bawah-Mu” (H.R. Muslim dan lainnya).
Jika tidak ada sesuatu di atas-Nya dan tidak ada sesuatu di bawah-Nya berarti Dia tidak bertempat”.
Imam Sayyidina Ali -semoga Allah meridlainya- mengatakan yang maknanya:
“Sesungguhnya Allah menciptakan ‘Arsy (makhluk Allah yang paling besar/tinggi) untuk menampakkan kekuasaan-Nya bukan untuk menjadikannya tempat bagi Dzat-Nya“
Imam Sayyidina Ali -semoga Allah meridlainya- juga mengatakan yang maknanya:
“Sesungguhnya yang menciptakan ayna (tempat) tidak boleh dikatakan bagi-Nya di mana (pertanyaan tentang tempat), dan yang menciptakan kayfa (sifat-sifat makhluk) tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana“
Pemahaman bahwa Allah ta’ala bertempat di atas Arasy dikarenakan menggunakan konsep “terjemahkan saja”.
Propaganda agar muslim merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits dengan menggunakan konsep “terjemahkan saja” adalah sebuah kekeliruan besar.
Orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik yang memang diciptakan oleh Allah ta’ala dengan rasa permusuhan terhadap muslim lah yang mendalami Al-Qur’an dan Hadits dengan konsep “terjemahkan saja” guna melampiaskan rasa permusuhan mereka. Selengkapnya silahkan baca tulisan pada
Kita harus mewaspadai konsep “pemisahan” Allah ta’ala.
Orang-orang Yahudi yang “mengaku” pengikut Nabi Isa a.s, atas kehendak Allah Azza wa Jalla telah dapat mempengaruhi pemahaman orang-orang Nasrani. Konsep mereka adalah Allah itu di surga sedangkan Yesus Tuhan yang dekat dengan manusia.
Sedangkan kini sebagian muslim telah terkena propaganda “pemisahan” Allah ta’ala bahwa Allah ta’ala bertempat di atas Arasy sedangkan yang dekat dengan manusia adalah ilmuNya. Sehingga terjadilah pemisahan antara DzatNya dengan SifatNya.
Semua ini terjadi karena memahami Al-Qur’an dan Hadits dengan konsep “terjemahkan saja”. Dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits, kita mengharapkan/memerlukan karunia Allah ta’ala dalam bentuk pemahaman yang dalam (hikmah).
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]: 269)
Wassalammu’alaikum
Zon di Jonggol, Kab Bogor, 16830
=====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar