Pengganggu Ukhuwah Islamiyah

Kesalahpahaman-kesalahpahaman yang mengganggu Ukhuwah Islamiyah
Mereka mempertanyakan kenapa kami mengaitkan Zionis Yahudi  dengan kesalahpahaman-kesalahpahaman yang telah terjadi yang mengganggu Ukhuwah Islamiyah sebagaimana yang telah kami uraikan dalam tulisan sebelumnya pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/06/24/perang-melalui-pemahaman/
Kita sebaiknya selalu mewaspadai Zionis Yahudi sampai kapanpun. Kita bukan membenci mereka karena mereka Zionis Yahudi. Mereka menjadi Zionis Yahudi pada hakikatnya adalah kehendak Allah Azza wa Jalla juga. Hal yang kita benci dan perangi adalah perbuatan mereka seperti mereka menjajah tanah Palestina. Kita wajib membantu saudara-saudara muslim kita di Palestina untuk mendapatkan kemerdekaannya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kita harus belajar dari sejarah untuk dasar kita melakukan perbuatan,  baik kini maupun esok. Firman Allah ta’ala , Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad,“Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu” (QS al Hasyr [59] : 18 )
Sejak dahulu kala kaum Yahudi memusuhi orang-orang beriman dan memang mereka mempunyai rasa permusuhan terhadap orang-orang beriman dikarenakan mereka tidak mau bersyahadat (mereka menyembunyikan syahadat).
Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 ).
“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dansiapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah  yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS Al Baqarah [2]:140 )
Kaum Zionis Yahudi (freemason, iluminati, lucifier atau apapun namanya) adalah mereka yang berpaling dari kitab Taurat dan mengikuti ajaran paganisme peninggalan Mesir kuno sehingga mereka pada hakikatnya telah menjadi pengikut syaitan atau hamba syaitan.
Allah ta’ala telah memperingatkan kita dalam firmanNya yang artinya,
“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah)  dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS Al Baqarah [2]: 101-102 )
Contoh kesalahpahaman yang mengganggu Ukhuwah Islamiyah di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Kisah suku Aus dan Khajraj.
Pada masa Jahiliyah kedua suku tersebut saling bermusuhan dan berperang selama 120 tahun. Setelah mereka memeluk Islam,  Allah Azza wa Jalla menyatukan hati mereka sehingga mereka menjadi bersaudara dan saling menyayangi.
Ketika orang-orang Aus dan Khajraj sedang berkumpul dalam satu majlis, kemudian ada seorang Yahudi yang melalui mereka, lalu ia mengungkit-ungkit permusuhan dan peperangan mereka pada bani Bu’ats.  Maka permusuhan diantara kedua suku tersebut mulai memanas kembali, kemarahan mulai timbul, sebagian mencerca sebagian lain dan keduanya saling mengangkat senjata, lalu ketegangan tersebut disampaikan kepada nabi shallallahu alaihi wa salam. Kemudian beliau mendatangi mereka untuk menenangkan dan melunakkan hati mereka, seraya bersabda:
“Apakah dengan panggilan-panggilan jahiliyah, sedang aku masih berada di tengah-tengah kalian?.” Lalu beliau membacakan Ali Imron ayat 103 yang artinya,
‘Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah secara berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai , dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu  maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya  agar kamu mendapat petunjuk”
Setelah itu mereka menyesal atas apa yang telah terjadi dan berdamai kembali seraya berpeluk-pelukan dan meletakan senjata masing-masing.
Demikian pula kesalahpahaman sebagian kaum pengikut Sayyidina Ali ra  mengganggu Ukhuwah Islamiyah .
Imam Zaman yang pernah disampaikan oleh Rasulullah adalah Imam Sayyidina Ali ra.
Rasulullah bekata: “Kedudukan Ali dengan diri saya sama dengan kedudukan Harun dengan Musa; kecuali tidak ada Nabi setelah saya!” (Shahih Muslim)
Rasulullah menyampaikan setelah wafatnya beliau maka pengganti beliau sebagai Imamnya Wali Allah atau Imam Zaman adalah Sayyidina Ali ra dan kedudukan Imam Zaman seperti Nabi, namun kita ketahui, paham dan yakini bahwa tiada Nabi setelah Rasulullah.
Riwayat dari Sa’ad bin Abi Waqash, Aku mendengar khutbah Rasulullah saw pada hari Jumat. Ia memegang lengan Ali dan berkhutbah dengan didahului lafaz pujian kepada Allah Swt, dan memuji-Nya. Kemudin beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, aku adalah wali bagi kalian semua“. Mereka menjawab, “Benar apa yang engkau katakan wahai Rasulullah saw“. Kemudian beliau mengangkat lengan Ali dan bersabda. “Orang ini adalah waliku, dan dialah yang akan meneruskan perjuangan agamaku. “Aku adalah wali bagi orang-orang yang mengakui/meyakini Ali sebagai wali, dan aku juga merupakan orang yang akan memerangi orang yang memeranginya“
Perhatikan bahwa Rasulullah mengatakan “Aku adalah wali bagi orang-orang yang mengakui/meyakini Ali sebagai wali” maksudnya hanya muslim yang ahlinya yang dapat mengakui/meyakini Ali sebagai wali atau imamnya para Wali Allah. Mereka adalah orang-orang yang dapat memahami/meyakini pula bahwa Rasulullah adalah imamnya para Wali Allah.
Telah terjadi fitnah, perselisihan dan kesalahpahaman umat muslim tentang pemahaman riwayat yang disampaikan Sa’ad bin Abi Waqash ataupun riwayat yang semakna, mereka memahami imamnya para Wali Allah adalah khalifah dan mengakui riwayat-riwayat seperti itu merupakan ketetapan Rasulullah untuk pengangkatan Sayyidina Ali ra sebagai khalifah. Mereka adalah saudara-saudara muslim kita yakni sebagian kaum Syiah.
Jadi apa yang diperselisihkan umat muslim bahwa Sayyidina Abu Bakar ra ataupun Sayyidina Umar ra “merebut” kepemimpinan atau khalifah dari Imam Sayyidina Ali ra atau bahkan anggapan keji bahwa Sayyidina Abu Bakar ra ataupun Sayyidina Umar ra menghianati ketetapan Rasulullah di Ghadir Khum adalah merupakan kesalahpahaman karena sesungguhnya kepemimpinan pada wilayah yang berbeda.
Imam Sayyidina ‘Ali ra  berkata: aku bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah ciri-ciri mereka? Baginda shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Mereka menyanjungimu dengan sesuatu yang tidak ada padamu”.
Khalifah adalah kepemimpinan secara umum atau secara syariat. Sedangkan Wali adalah kepemimpinan yang secara khusus yang diketahui/diyakini oleh para ahlinya atau secara hakikat.
Rasulullah tidak pernah mewasiatkan tentang khalifah dan kita sudah ketahui khalifah pertama adalah Sayyidina Abu Bakar ra, kemudian Sayyidina Umar ra, dilanjutkan oleh Sayyidina Ustman ra dan terakhir dari para Khulafaur Rasyidin yakni Imam Sayyidina Ali ra, yang kekhalifahan bukan atas keinginan beliau namun permintaan/permohonan dari para sahabat.
Hal lain yang perlu diluruskan kesalahpahaman yang ada pada sebagian kaum Syiah seperti mereka yang menuhankan Sayyidina Ali ra, mereka yang tidak meyakini kesucian Al-Qur’an dan  i’tiqod – i’tiqod lainnya yang menyalahi syariat Islam.
Kesalahpahaman-kesalahpahaman pada sebagian kaum Syiah, pada hakikatnya  dihembuskan oleh kaum Yahudi seperti Abdullah bin Saba’ (Yahudi dari Yaman) walaupun sebagian orang tidak mempercayai keberadaannya.
Akibat fitnah terhadap Imam Sayyidina Ali ra mengakibatkan banyak kaum muslim tidak memperhatikan lagi apa-apa yang telah disampaikan oleh Imam Sayyidina Ali ra karena takut dianggap termasuk kaum Syiah. Inilah hakikat fitnah yang dilakukan oleh Zionis Yahudi terhadap Imam Sayyidina Ali ra agar umat muslim “melupakan” apa yang telah disampaikan oleh khataman Khulafaur Rasyidin yang umumnya adalah tentang akhlak atau tentang Ihsan  sebagai dasar ilmu Tasawuf.
Sebagaimana nasehat Imam Sayyidina Ali ra kepada puteranya,
*** awal kutipan ****
Sejak awal aku bermaksud menolong mengembangkan akhlak yang mulia dan mempersiapkanmu menjalani kehidupan ini. Aku ingin mendidikmu menjadi seorang pemuda dengan akhlak karimah, berjiwa terbuka dan jujur serta memiliki pengetahuan yang jernih dan tepat tentang segala sesuatu di sekelilingmu.
Pada mulanya aku hanya ingin mengajarimu Kitab Suci, secara mendalam, mengerti seluk-beluk (tafsir dan takwil)nya, membekalimu dengan pengetahuan yang lengkap tentang perintah dan larangan-Nya (hukum-hukum dan syariat-Nya) serta halal dan haramnya. Kemudian aku khawatir engkau dibingungkan oleh hal-hal yang diperselisihkan di antara manusia, akibat perbedaaan pandangan di antara mereka dan diperburuk oleh cara berpikir yang kacau, cara hidup yang penuh dosa, egoisme dan kecenderungan hawa nafsu mereka, sebagaimana membingungkan mereka yang berselisih itu sendiri.
Oleh karena itu, kutuliskan, dalam nasihatku ini,prinsip-prinsip dasar dari keutamaan, kemuliaan, kesalehan, kebenaran dan keadilan. Mungkin berat terasa olehmu, tetapi lebih baik membekali engkau dengan pengetahuan ini daripada membiarkanmu tanpa pertahanan berhadapan dengan dunia yang penuh dengan bahaya kehancuran dan kebinasaan. Karena engkau adalah pemuda yang saleh dan bertaqwa, aku yakin engkau akan mendapatkan bimbingan dan pertolongan ilahi (taufik dan hidayah-Nya) dalam mencapai tujuanmu. Aku ingin engkau berjanji pada dirimu untuk bersungguh-sungguh mengikuti nasihatku ini.
****akhir kutipan ****

Kesalahpahaman-kesalahpahaman juga dibenturkan kepada kaum muslim pada masa keemasan Turki saat dipimpin oleh Khalifah Sultan Abdul Hamid II di awal abad ke-20.
Saat itu Theodore Hertzl, pemimpin Gerakan Zionis Internasional, mendatangi Abdul Hamid untuk meminta agar Turki Utsmani mau membagi sebagian tanah Palestina untuk dijadikan negara Israel.
Permintaan Hertzl ini disertai dengan bujuk rayu dan janji, jika keinginannya dituruti maka Turki dan juga Sultan Abdul Hamid II akan diberi hadiah sangat besar oleh gerakan Zionis Internasional.
Namun dengan sikap tegas Abdul Hamid mengusir Hertzl seraya berkata, “Turki tidak akan pernah sekali pun menyerahkan Tanah Palestina kepada kamu hai orang-orang Yahudi. Tanah Palestina bukanlah milik Turki, melainkan milik seluruh umat Islam dunia. Jangan bermimpi bisa menginjak Tanah Palestina selama saya masih hidup!”
Sebab itu, Hertzl dan para tokoh Zionis lainnya merancang suatu konspirasi untuk menghancurkan kekhalifahan Islam Turki Utsmani sehingga kekhalifahan ini benar-benar ambruk pada tahun 1924 dan Turki pun diubah menjadi negeri Sekuler.
Salah satu proyek mereka adalah mendirikan pusat-pusat kajian ketimuran yang pada akhirnya meracuni pemikiran-pemikiran Islam generasi muda Turki dengan model Islam yang berpihak ke Barat. Di Indonesia, gerakan ini sama persis dengan gerakan liberal.
Secara perlahan namun pasti, “lembaga-lembaga pengkajian” yang dipimpin para orientalis Barat ini meracuni pemikiran umat Islam Turki. Para orientalis menjelek-jelekkan sistem Islam dan membangga-banggakan sistem nasionalisme. Jumlah orang-orang kafir pun meningkat. Lewat penguasaan jaringan media dunia, Yahudi Internasional menghembuskan stigma jahat kepada Turki Utsmani jika Turki merupakan “The Sickman From Asia”, Orang Sakit Dari Asia. Sejumlah kebijakan ekonomi Turki disabotase. Dan perekonomian Turki pun terpuruk.
Dari luar, strategi Yahudi adalah dengan memisahkan Turki Utsmani dengan Arab. Dari sinilah lahir gerakan nasionalisme Arab. Jenderal Allenby mengirim seorang perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence ke Hijaz untuk menemui para pemimpin di sana. TE. Lawrence ini diterima dengan sangat baik dan seluruh hasutannya di makan mentah-mentah oleh tokoh-tokoh Hijaz. Maka orang-orang dari Hijaz ini kemudian membangkitkan nasionalisme Arab dan mengajak tokoh-tokoh pesisir Barat Saudi untuk berontak terhadap kekuasaan kekhalifahan Turki Utsmaniyah, dan setelah itu mendirikan Kerajaan Islam Saudi Arabia. Adalah hal yang aneh, gerakan Wahabi yang mengakui sebagai pengikut sunnah Rasulullah SAW ternyata mendukung pendirian kerajaan, monarkhi absolut, yang tidak dikenal dalam khasanah keislaman. Sistem Monarkhi Absolut merupakan bid’ah kubro.
Para pemuda Arab diracuni pemikirannya untuk meninggalkan Islam dan menuhankan Nasionalisme Arab. Maka pada 8 Juni 1913, para pemuda Arab berkongres di Paris dan mengumumkan nasionalisme Arab sebagai jalan baru untuk berjuang. Dokumen yang ditemukan di Konsulat Prancis Damsyik telah membongkar rencana pengkhianatan kepada khilafah yang didukung Inggris dan Prancis.
Dari dalam kekhalifahan sendiri, Konspirasi Yahudi menanamkan banyak orang untuk bisa bekerja demi kepentingannya. Salah satunya adalah Rasyid Pasha, menteri luar negeri di era Sultan Abdul Majid II (1839) ini memperkenalkan Naskah Terhormat (Kholkhonah), yang sesungguhnya merupakan copy-paste dari UU sekuler Eropa.
Pada 1 September 1876, pihak Konspirasi berhasil mengangkat Midhat Pasha, seorang Mason, jadi perdana menteri. Dia membentuk panitia Ad Hoc menyusun UUD sekuler Belgia (dikenal sebagai Konstitusi 1876). Namun Sultan Abdul Hamid II dengan tegas menolak Konstitusi ini karena isinya bertentangan dengan syari’at Islam. Midhat Pasha pun dipecat. Hal ini menyebabkan Konspirasi menjalankan agenda B, yakni melakukan pemberontakan yang dijalankan oleh Gerakan Turki Muda yang berpusat di Salonika, sebuah pusat komunitas Yahudi Dumamah, tempat Mustafa Kemal berasal (1908). Kemudian, atas bantuan Barat, Sultan Abdul Hamid II dipecat dan dibuang ke Salonika.
Dalam Perang Dunia I (1914), Inggris menyerang Istambul dan menduduki Gallipoli. Inggris kemudian sengaja mendongkrak popularitas Mustafa Kemal dengan memunculkannya sebagai pahlawan Perang Ana Forta (1915). Mustafa Kemal menjadi populer dan kemudian menggerakan revolusi nasionalisme. Dia menghasilkan Deklarasi Sivas (1919 M), yang mencetuskan Turki merdeka dan melucuti semua wilayah kekhalifahan Utsmaniyah. Akhirnya Irak, Suriah, Palestina, Mesir, dan sebagainya mendeklaraskan diri sebagai negara nasionalis sendiri yang lepas dari Utsmaniyah. Ideologi Islam dibuang dan digantikan dengan ideologi Nasionalisme.
Saat itu, banyak tokoh Islam yang tertipu dan termakan propaganda Barat mengatakan jika politik Islam atau “politik aliran” sudah bukan masanya lagi, alias sudah ketinggalan zaman.
Sejak saat itu, Mustafa Kemal secara cepat dan gradual berhasil menguasai Turki. Pada 29 November 1923, ia dipilih parlemen sebagai presiden pertama Turki. Namun rakyat masih banyak yang mendukung kekhalifahan yang kekuasaannya sebenarnya sudah banyak yang lumpuh. Oleh rakyat, Mustafa Kemal dinyatakan murtad. Namun Mustaf Kemal melakukan aksi tandingan dengan mengorbankan darah Muslim Turki. Akhirnya pada 3 Maret 1924, Mustafa Kemal memecat Khalifah dan menghapuskan sistem Islam dari negara. Turki dijadikan negara sekuler. Semua simbol-simbol keagamaan, terutama Islam, dihapuskan dan terlarang.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa kesalahpahaman-kesalahpahaman seperti kesalahpahaman tentang bid’ah,  kesalahpahaman “tauhid menjadi tiga”, kesalahpahaman tentang tasawuf dan kesalahpahaman-kesalahpahaman lainnya memang ada yang sengaja “membenturkan” ke antara  kaum muslim sehingga dapat meruntuhkan Ukhuwah Islamiyah.
Apalagi paham Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme yang nyata-nyata buatan kaum Zionis Yahudi sebagaimana yang telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/02/23/2010/01/18/sekularisme-pluralisme-dan-liberalisme/
Sebagian ulama berpendapat bahwa kalau belajar tentang Islam ke “Barat” (seperti negeri Amerika)  maka kemungkinan besar akan tercemar paham Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme.
Kalau belajar tentang Islam ke Timur khususnya wilayah kerajaan dinasti Saudi maka kemungkinan besar akan tercemar paham ulama Muhammad bin Abdul Wahhab yang kurikulum pendidikannya di susun bersama Amerika sebagaimana yang telah kami sampaikan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/
Paham ulama Muhammad bin Abdul Wahhab atau yang dikenal sebagai Salafi Wahhabi menjadi paham resmi negeri kerajaan dinasti Saudi yang menjadi landasan mereka untuk bersahabat dengan Amerika. Mereka berkolaborasi untuk mempengaruhi umat muslim agar tidak perlu “mewaspadai” bangsa Amerika sebagaimana contoh persahabatan di antara mereka.
Kita sebaiknya tidak pernah berkeyakinan bahwa orang non muslim adalah orang baik karena pada hakikatnya mereka adalah tidak beragama dan merekapun tidak termasuk orang yang beriman. Agama hanyalah Islam sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/09/12/2011/01/21/agama-hanya-islam/  dan  http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/21/2010/10/27/orang-orang-beriman/
Indikator orang yang telah beragama adalah berakhlak baik atau berakhlakul karimah.
Rasulullah menyampaikan yang maknanya “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).
Manusia dikatakan berakhlak baik adalah manusia minimal yang meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla melihat segala sikap dan perbuatan manusia. Sedangkan manusia yang terbaik adalah mereka yang dapat melihat Allah Azza wa Jalla dengan hati atau hakikat keimanan  atau manusia yang telah berma’rifat.
Kalau kita minimal meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla melihat segala sikap dan perbuatan kita, masihkah berani berakhlak buruk ?, masihkah berani bersikap buruk ?, masihkah berani melakukan perbuatan yang melanggar laranganNya? , masihkah berani melalaikan kewajibanNya ? Masihkah berani menghujat , memperolok-olok sesama saudara muslim sendiri ?
Allah Azza wa Jalla pada awalnya melihat  amalan dzahir dari manusia selanjutnya yang dilihat adalah amalan bathinnya manusia.
Manusia yang baik adalah mereka yang telah bersyahadat karena syahadat adalah syariat.
Syariat pada hakikatnya adalah syarat sebagai hamba Allah ta’ala yakni terpenuhinya rukun Islam (Fiqih) dan rukun Iman (Ushuluddin / I’tiqad / Aqidah)
Contoh, seorang  muslim melaksanakan sholat. Secara dzahir kita dapat melihat adanya gerakan badan (jasmani) namun selanjutnya akan dilihat hatinya (ruhani) adakah mereka lalai dalam sholat. Apakah mereka mencapai apa yang dikatakan oleh Rasulullah bahwa Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin, “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“. Yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah.
Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan”
Allah berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 45).
Lalu bagaimana dengan bangsa Amerika yang pada umumnya kaum non muslim, apakah dapat dikatakan termasuk orang yang baik.
Secara dzahirnya saja mereka tidak memenuhi karena mereka tidak bersyahadat maka mereka tidak baik , mereka tidak beragama, mereka tidak beriman walaupun mereka melakukan beberapa amal kebaikan (amal sholeh) selama kehidupannya.
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS Ibrahim [14]:18 ) 
Oleh karenanya marilah kita berupaya menjadi orang yang baik atau orang yang sholeh.
Orang yang berakhlak baik termasuk orang yang sholeh (sholihin, muhsinin) , merekalah yang pasti dalam kebenaran dan memperoleh karunia ni’mat dari Allah Azza wa Jalla. Merekalah yang termasuk 4 golongan manusia di sisi Allah Azza wa Jalla yakni para Nabi, Shiddiqin, para Syuhada dan orang-oang yang sholeh.
“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS Al Fatihah [1]:6 )
” (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka….” (QS Al Fatihah [1]:7 )
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69 )
Imam Asy Syafi’i ~rahimullah  menguraikan tentang kaum sufi atau orang-orang sholeh dengan syairnya,
“Uhibbu asShalihiina wa lastu minhum La’alli an anaala bihim syafa’ah”,
“Aku mencintai orang shalih walaupun aku belum seperti mereka, aku berharap / semoga memperoleh syafa’at  (dari Rosulullah shallallahu alaihi wasallam) agar kelak termasuk sebagaimana mereka, orang-orang yang sholeh”.
Ya Rabb,  masukkanlah kami pada golongan orang sholeh agar kami dapat berkumpul dengan kekasihMu  Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, para Nabi, para Shiddiqin, para Syuhada dan orang-orang sholeh lainnya.
Wassalam
 Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar