Penguasa Wahhabi

Dari keseluruhan raja-raja dinasti Saudi hanya Raja Faisal bin ‘Abd al ‘Aziz Al Sa’ud (1906-25 Maret 1975) yang mendesak ayahandanya supaya memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, ketika beliau masih belum jadi raja dan dipanggil pangeran Faisal
Namun desakannya itu ditolak oleh ayahandanya.  Pangeran Faisal menjadi Raja setelah Raja Saud (putra sulung) di usir keluar dari Arab Saudi ke Yunani.  Sedikit riwayat tentang Raja Saud bisa dibaca padahttp://id.wikipedia.org/wiki/Saud_dari_Arab_Saudi
Raja Faisal mewujudkan keinginannya untuk menghilangkan pengaruh Amerika Serikat seperti penghentian ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika Serikat. Namun atas kehendak Allah ta’ala beliau terbunuh “melalui”  anak adiknya, yaitu Faisal bin Musad, Selengkapnya silahkan baca tulisan pada

Raja Faisal adalah satu-satunya Raja dari dinasti Saudi yang mentaati perintah Allah ta’ala untuk tidak menjadikan teman kepercayaan orang-orang yang tidak bersyahadat.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (Ali Imran, 118)

“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (Ali Imran, 119)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.”
(Qs. Al Mujadilah : 22)

“Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah…” (Qs. Ali-Imran : 28)
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
Paham Wahhabi  “disusun” dan “disyiarkan” dibawah pertemanan dengan orang-orang yang tidak bersyahadat. Bahkan mereka menyusun bersama kurikulum pendidikan/pengajaran dengan orang-orang yang tidak bersyahadat , sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam tulisanhttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/berikut kutipannya,
*****awal kutipan*****
Perwakilan pemerintah Amerika:
”Selama bertahun-tahun kami bekerja sama dengan pemerintahan Saudi untuk urusan menghapus segala apa yang mengarah kepada fanatisme terhadap kelompok-kelompok agama lain di dalam kurikulum pelajaran di Arab Saudi dan di beberapa tempat lainnya”. ”Hasilnya, pemerintahan Saudi di bulan Juli 2006 telah menetapkan untuk keperluan mengkoreksi dan memperbaharui buku-buku pelajarannya, juga menghilangkan semua celah besar yang mengarah pada kebencian terhadap berbagai kelompok dan agama lain”
”Sedangkan pemerintah Saudi telah menyebutkan bahwa mereka akan menyelesaikan proyek ini, di awal tahun pelajaran 2008”
*****akhir kutipan*****

Dalam tulisan kami itu, dapat pula diketahui bagaimana pluralisme-nya  Raja Abdullah , berikut kami kutip
*****awal kutipan*****
Raja Abdullah:
”Saya meminta kepada seluruh agama yang turun dari langit” (samawi)
”Untuk berkumpul dengan saudara-saudara mereka dalam satu iman dan ketaatan kepada seluruh agama, karena kita menghadap kepada satu Tuhan”
”Saya pernah berpikiran untuk mengunjungi Vatican, dan sayapun telah mengunjunginya”
”Sayapun bertemu dengan Paus dan saya berterima kasih padanya”
”Saya berterima kasih (karena) dia menemui saya”
”Saya tidak akan melupakan pertemuan seorang manusia dengan seorang manusia”
”dan ketika itu aku tawarkan ide ini kepadanya yaitu untuk menghadap kepada Tuhan ~ Yang Maha Perkasa lagi Mulia ~”
”Menghadap kepada Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Mulia, dalam apa yang Dia perintahkan dalam agama-agama yang turun dari langit dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an”
”Kita meminta kepada Tuhan Yang Maha Mulia lagi Perkasa agar memberi petunjuk pada kita semua”
”Semua agama-agama ini kepada satu kalimat yang diperintahkan oleh Tuhan ~Yang Maha Perkasa lagi Mulia ~ untuk dilaksanakan oleh manusia”
”Insyaallah dalam waktu sedekat mungkin, dan ketika kita berkumpul dan telah disetujui, Insyaallah, semuanya dalam kebaikan ~ semua agama”
”Saya akan pergi ke PBB, Saya juga yakin hingga orang yang beriman dengan Abrahamisme”
”Saya juga menginginkan mereka …. tapi ketiganya ini wajib bagi mereka Taurat, Injil dan Al-Qur’an dan selebihnya Insyaallah semuanya baik”
”Pada mereka ada kebaikan, karena kemanusiaan mereka juga bagus”
”karena moral mereka juga bagus dan karena negara mereka juga bagus dan karena semuanya adalah keluarga”
*****akhir kutipan*****

Kami telah uraikan bahwa tiada agama selain agama Islam. Dalam Al-Qur’an mereka hanya disebut kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Silahkan baca tulisan kami pada

Dari sejak Nabi Adam a.s sampai Khataman Nabiyin baginda Muhammad Shallallahu alaihi wasallam adalah agama Islam, agama tauhid dan bersyahadah
Berikut cuplikan tulisan kami
*****awal kutipan *****
Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw. berkata:  ‘Setiap kali Allah swt. mengutus seorang nabi, mulai dari Nabi Adam sampai seterusnya, maka kepada nabi-nabi itu Allah swt. menuntut janji setia mereka bahwa jika nanti Rasulallah saw. diutus, mereka akan beriman padanya, membelanya dan mengambil janji setia dari kaumnya untuk melakukan hal yang sama’.

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu“. ( QS Ali Imran [3]:81 )
“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah  yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS Al Baqarah [2]:140 )
*****akhir kutipan*****

Kaum Yahudi dan Kauym Nasrani tidak menegakkan syahadah maka mereka bukanlah orang-orang beriman. Sebagaimana yang disampaikan Allah Azza wa Jalla dalam firmanNya yang artinya
Katakanlah:”Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu“. (QS Al Maa’idah [5]:68 )
“Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka..” (QS.Ali Imran [3] : 110)
Kami uraikan dalam tulisan pada

Berikut cuplikannya
*****awal kutipan *****
Buya Hamka menulis dalam Tafsir al-Azhar: ”Beriman kepada Allah niscaya menyebabkan iman pula kepada segala wahyu yang diturunkan Allah kepada para RasulNya; tidak membeda-bedakan diantara satu Rasul dengan Rasul yang lain, percaya kepada keempat kitab yang diturunkan.” (Ibid, hal. 213).

Justru disinilah persoalan bagi kaum Yahudi dan Kristen, karena mereka menolak kenabian Muhammad saw dan kebenaran al-Quran. Karena itu, dalam tafsirnya ini, Hamka juga mengutip hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Muslim:
Berkata Rasulullah s.a.w.: “ Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangpun dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka.”
Perlakuan kita terhadap mereka yang tidak bersyahadat, perlakukanlah mereka sebaik-baiknya sebagaimana ciptaan Allah Ta’ala yang lainnya.  Rasulullah pernah mencontohkan berhubungan dengan kaum non muslim dalam hal transaksi jual beli, menolong, memberikan perlindungan, membuat perjanjian, berlaku adil kepada orang kafir bukan bekerjasama ataupun berteman dengan mereka. Rasulullah pernah mencontohkan menjadikan mereka penunjuk jalan namun tentu tidak memberikan kesempatan mereka untuk memasukkan pemahaman (ghazwul fikri).
Perintah Allah Azza wa Jalla, jangan menjadikan mereka teman kepercayaan, atau penasehat dan jangan doakan mereka kecuali doakan mereka agar memperoleh petunjukNya.
“Tidak boleh bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrikin walaupun orang-orang musyrik tersebut adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka , bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam” (QS at-Taubah [9]:113)
Begitupula dengan riwayat paham Wahhabi, sampai sekarang kami belum dapat membuktikan atau mengetahui dengan pasti bagaimana riwayat perjalanan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang menurut informasi dalam dakwahnya beliau atau akibat dakwah/pemahaman beliau, kaum Wahhabi telah membantai saudara-saudara muslim yang menurut prasangka mereka telah menjadi kafir dan halal darah mereka.
Padahal orang-orang sebenar-benarnya kafir walaupun statusnya halal darahnya, bukan berarti boleh dibunuh begitu saja. Namun maksud dari status halal darahnya adalah ketika terpaksa membunuh mereka atau tidak ada jalan lain selain membunuh mereka atau adanya kemungkinan bahaya terbunuh bagi kita maka pembunuhan itu tidaklah berdosa. Sungguh setiap manusia pada dasarnya tidak boleh dibunuh kecuali dengan alasan-alasan syar’i . Kesalahan besar bagi mereka yang membunuh hamba-hamba Allah yang telah bersyahadat hanya berdasarkan prasangka dan pemahaman mereka sendiri.
“dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)“  (QS Al An’aam [6]:151 ).
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor, 16830

21 Tanggapan
pada 5 Maret 2011 pada 9:48 am | Balasmamo cemani gombong
Ya Alloh semoga tulisan / artikel ini bisa menjadi pemicu tobat /tersadar bagi saudara2ku yang masih di jalan yang dirasakanya terang namun gelap gulita sebetulnya amiin….amiin……amiin….



sekilas info:




pada 5 Maret 2011 pada 1:17 pm | Balasmutiarazuhud
Kami tidak mempermasalahkan riwayat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, biarkanlah berlalu yang sudah berlalu, kita ambil pelajaran/hikmahnya saja
Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad
“Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu” (QS al Hasyr [59] : 18 )

Kami sekedar menyampaikan saja apa yang kami pahami terhadap Al-Qur’an dan Hadits.
Silahkan para pengunjung blog/pembaca untuk memutuskannya sendiri karena sungguh setiap jiwa manusia telah diilhami mana yang haq dan mana yang bathil
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“. (QS Asy Syams [91]:8 )
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (QS Al Hujurat [49]:7 )
Kita itu hidup di dunia, kalau boleh diibaratkan bagaikan wayang yang dimainkan oleh dalangnya, namun bedanya kita diilhami pilihan antara yang Haq dan Bathil. Jadi ibarat wayang yang diberikan program dengan konsep binari 0/1 .
Kalau Rasulullah adalah maksum, yang Haq terus atau terjaga dari kesalahan. Kalau kita masih memungkinkan salah/bathil namun diberikan jalan untuk kembali dengan bertobat.
Jadi kalau kita mau terhindar dari yang bathil/salah maka pahami dan ikutilah petunjukNya (Al Quran dan Sunnah) Tauladanilah orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah Azza wa Jalla. Mereka yang berada pada jalan yang lurus yakni Rasulullah, para Nabi, para Shiddiqin, para Syuhada dan orang-orang sholeh, muslim yang baik, muslim yang ihsan (muhsin/muhsinin), muslim yang dapat melihat Allah dengan hati atau hakikat keimanan atau minimal muslim yang selalu yakin bahwa Allah Azza wa Jalla selalu melihat perbuatan kita.
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An Nisaa [4]: 69 )
Jadi ndak cukup mengikuti orang yang paham agama (syariat) saja. Untuk mengetahui perbedaan antara orang paham agama /syariat saja dengan orang alim atau orang sholeh silahkan baca tulisan selengkapnya padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/03/04/menghukum-yang-berdosa/
Wassalam



kutipan:
Begitupula dengan riwayat paham Wahhabi , sampai sekarang kami belum dapat membuktikan atau mengetahui dengan pasti bagaimana riwayat perjalanan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang menurut informasi dalam dakwahnya beliau atau akibat dakwah /pemahaman beliau , kaum Wahhabi telah membantai saudara -saudara muslim yang menurut prasangka mereka telah menjadi kafir dan halal darah mereka .
untuk itu jgn bicara ttg wahhabi jika ndak tau..nanti malah pertanggungjawabannya berat di hadapan Alloh.




pada 5 Maret 2011 pada 11:15 pm | Balasmutiarazuhud
Alinea itu untuk menyampaikan bahwa Kesalahan besar bagi mereka yang membunuh hamba-hamba Allah yang telah bersyahadat hanya berdasarkan prasangka dan pemahaman mereka sendiri. Hal itu perlu kami sampaikan agar tidak terjadi pembunuhan terhadap hamba-hamba Allah yang telah bersyahadat hanya karena prasangka atau pemahaman saja. Jadi bukan mempermasalahkan bagaimana sebenarnya riwayat perjalanan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.



bacaan bagus,bwt admin mutiara zuhud yg notabene..”pelaku tasawuf” sekaligus “pengamat salafy” dan banyak bicara tentang salafy menurut pengamatanya..maka banyak salah faham jika sekedar “pengamat” bukan “pelaku”:
sering sering baca artikel2 di situs aja mas..buat wawasan “pengamatan”anda..ok




pada 5 Maret 2011 pada 11:24 pm | Balasmutiarazuhud
Terima kasih atas linknya.
Pendapat tentang Syaikh Al Albani ada juga dari Ustadz Ahmad Sarwat Lc sbb:
Yang sebenarnya terjadi adalah bahwa seorang Al-Albani ketika membaca Quran dan Sunnah, lalu dia pun berjtihad dengan pendapatnya. Apa yang dia katakan tentang Quran dan Sunnah, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra’yu dia sendiri. Sumbernya memang Quran dan Sunnah, tapi apa yang dia sampaikan semata-mata lahir dari kepalanya sendiri.
Sayangnya, para pendukung Al-Albani diyakinkan bahwa yang keluar dari mulut Al-Albani itulah isi dan makna Quran yang sebenarnya. Lalu ditambahkan bahwa pendapat yang keluar dari mulut para ulama lain termasuk pada imam mazhab dianggap hanya meracau dan mengada-ada. Naudzu billahi min dzalik.
Disinilah letak ketidak-adilan para pendukung Al-Albani. Seolah-olah mereka mendudukkan Al-Albani sebagai orang yang paling mengerti dan paling tahu isi Quran dan Sunnah. Apa pun yang dikatakan Al-Albani tentang pengertian Quran dan Sunnah, dianggap kebenaran mutlak. Sedangkan kalau ada ulama lain berbicara dengan merujuk kepada Quran dan Sunnah juga, dianggap sekedar ijtihad dan penafsiran.
Padahal kapasitas Al-Albani yang sebenarnya bukan ahli tafsir, juga bukan ahli fiqih. Bahkan sebagai ahli hadits sekalipun, banyak para ulama hadits di masa sekarang ini yang masih mempertanyakan kapasitasnya. Sebab secara tradisi, seorang ahli hadits itu idealnya punya guru tempat dia mendapatkan riwayat hadits. Al-Albani memang tidak pernah belajar hadits secara tradisi lewat perawi dan sanad, sebagaimana umumya para ulama hadits. Al-Albani hanya sekedar duduk di perpustakaan membolak-balik kitab, kemudian tiba-tiba mengeluarkan statemen-statemen yang bikin orang bingung.
Arsip tulisan bisa dilihat selengkapnya pada:

Pendapat tentang syaikh al albani dari Habib Munzir
Saudaraku yg kumuliakan,
beliau itu bukan Muhaddits, karena Muhaddits adalah orang yg mengumpulkan hadits dan menerima hadits dari para peiwayat hadits, albani tidak hidup di masa itu, ia hanya menukil nukin dari sisa buku buku hadits yg ada masa kini, kita bisa lihat Imam Ahmad bin Hanbal yg hafal 1.000.000 hadits (1 juta hadits), berikut sanad dan hukum matannya, hingga digelari Huffadhudduniya (salah seorang yg paling banyak hafalan haditsnya di dunia), (rujuk Tadzkiratul Huffadh dan siyar a’lamunnubala) dan beliau tak sempat menulis semua hadits itu, beliua hanya sempat menulis sekitar 20.000 hadits saja, maka 980.000 hadits lainnya sirna ditelan zaman,

Imam Bukhari hafal 600.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya dimasa mudanya, namun beliau hanya sempat menulis sekitar 7.000 hadits saja pada shahih Bukhari dan beberapa kitab hadits kecil lainnya, dan 593.000 hadits lainnya sirna ditelan zaman, demikian para Muhaddits2 besar lainnya, seperti Imam Nasai, Imam Tirmidziy, Imam Abu Dawud, Imam Muslim, Imam Ibn Majah, Imam Syafii, Imam Malik dan ratusan Muhaddits lainnya,
Muhaddits adalah orang yg berjumpa langsung dg perawi hadits, bukan jumpa dg buku buku, albani hanya jumpa dg sisa sisa buku hadits yg ada masa kini.
Albani bukan pula Hujjatul Islam, yaitu gelar bagi yg telah hafal 300.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya, bagaimana ia mau hafal 300.000 hadits, sedangkan masa kini jika semua buku hadits yg tercetak itu dikumpulkan maka hanya mencapai kurang dari 100.000 hadits.
AL Imam Nawawi itu adalah Hujjatul islam, demikian pula Imam Ghazali, dan banyak Imam Imam Lainnya.

Albani bukan pula Alhafidh, ia tak hafal 100.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya, karena ia banyak menusuk fatwa para Muhadditsin, menunjukkkan ketidak fahamannya akan hadits hadits tsb,
Abani bukan pula Almusnid, yaitu pakar hadits yg menyimpan banyak sanad hadits yg sampai ada sanadnya masa kini, yaitu dari dirinya, dari gurunya, dari gurunya, demikian hingga para Muhadditsin dan Rasul saw, orang yg banyak menyimpan sanad seperti ini digelari Al Musnid, sedangkan Albani tak punya satupun sanad hadits yg muttashil.
berkata para Muhadditsin, “Tiada ilmu tanpa sanad” maksudnya semua ilmu hadits, fiqih, tauhid, alqur;an, mestilah ada jalur gurunya kepada Rasulullah saw, atau kepada sahabat, atau kepada Tabiin, atau kepada para Imam Imam, maka jika ada seorang mengaku pakar hadits dan berfatwa namun ia tak punya sanad guru, maka fatwanya mardud (tertolak), dan ucapannya dhoif, dan tak bisa dijadikan dalil untuk diikuti, karena sanadnya Maqtu’.
apa pendapat anda dengan seorang manusia muncul di abad ini lalu menukil nukil sisa sisa hadits yg tidak mencapai 10% dari hadits yg ada dimasa itu, lalu berfatwa ini dhoif, itu dhoif.
saya sebenarnya tak suka bicara mengenai ini, namun saya memilih mengungkapnya ketimbang hancurnya ummat karena tipuan seorang tong kosong.




pada 5 Maret 2011 pada 7:06 pm | Balasmamo cemani gombong
@ boy seperti sudah dijelaskan blog ini menyampaikan yang DIPAHAMI jadi apabila nt punya lain paham ya silahkan saja itu hak nt ……seandainya nt mau diskusi ana yakin admin pasti menerima asal harus dgn santun begitu boy …..salam kenal …..



sialahkan baca jg..di link berikut,tulisan yg mengcounter thdp tulisan ahmad sarwat yg nglantur..yg sering anda kutip sebagai senjata..




sialahkan baca jg..di link berikut,tulisan yg mengcounter thdp tulisan ahmad sarwat agar berimbang dlm “pengamatan” anda…




Munzir..ahmad sarwat juga nampaknya sama seperti anda Zon..sama sama sekedar mengamati..bhkn ahmad sarwat malah sekedar mengutip perkataan yg ada dlm buku Al Buthi tuh..tapi kenapa anda begitu saja percaya yah…ada apa dg hati anda Zon..anda belum menelaah sendiri kitab kitab karya Syaikh Albani kan yah…kasian anda Zon…segera beli kitab Syaikh Al Albani Zon..agar hasil pengamatan anda lebih dpt di percaya….



pada 7 Maret 2011 pada 3:53 pm | Balasmutiarazuhud
@akh Boy, tolong hindari berdiskusi tentang pribadi orang, diskusikan saja tentang apa yang kami tuliskan.
Kalau antum tidak mengikuti permintaan kami, maka komentar antum yang mengomentari diri pribadi komentator akan kami hapus.

Tentang kami sudah kami sampaikan pada
dan




sepertinya anda bukan Dai,bukan Ustadz,bukan Kyai,apalagi Ulama yah..tapi perkataan anda (yg saya belum mendapati karya karya anda) berbicara ttg agama Islam seolah olah paling mengerti dgn sekedar hasil mengamati sana sini di simpulkan dg Ro’yu anda…saya mampir kesini tapi maaf,anda sepertinya bukan orang yg dapat di ambil ilmunya (ga pa2 kan-hak saya),krn memang belum layak..(mdh2an hnya perkiraan saya saja-dan ini hasil dari membaca tulisan tulisan anda)Keilmuan anda ttg tasawuf menyeret anda ke jurang kerancuan..dan sepertinya belum sampai kabar kpd anda ttg Taubatnya seperti Syaikh Rasyid Ridha,Syaikh Jamil Zainu dr faham tasawuf menuju salafy..mudah mudahan anda segera menyusul Zon..



pada 7 Maret 2011 pada 6:58 am | Balasmamo cemani gombong
@boy berita dari mana syaikh Rasyid Ridha & syaikh Jamil Zainu ??? mohon kejelasan …kalau nt dah tau mereka dari tarekat apa mursydnya siapa ini penting tanpa itu berarti mereka tasawuf sesat sebab ” tiada ilmu tanpa sanad ” oke boy ???? tks



pada 7 Maret 2011 pada 7:11 am | Balasmamo cemani gombong
@ boy sekedar berbagi …..tasawuf itu hanya istilah sebetulnya ilmunya praktek bukan teori ……..tasawuf yang sejati pasti gurunya bersanad sampai ke Rosululloh ……yang jadi pembimbing Mursyid yang kamil mukamil dan khalis mukhlisin ……..banyak pengamal tasawuf tersesat dikarenakan tanpa Mursyid yang benar ……nah @boy andai seorang manusia sudah ketemu dgn Mursyid yang Kamil ……..mustahil dia belok arah ……….karena sudah ketemu dgn KEKASIH ALLOH ………..kalau nt berpedoman rosul nggak mengajarkan yang jadi pertanyaan :
* mengapa Rosul dulu sering ke goa Hiro menyendiri ?????
* mengapa Rosul selau gaya hidup sederhana padahal kesempatan beliau ada untuk hidup mewah ….
dan hal tersebut di contoh oleh khulafaurosyidin…….itulah praktek tasawuf ……..dan demikianlah untuk mereka yang berfikir …….salam




Ane sdh baca komen komen nt di ummati dan kesimpulan ane,ane ga mau dialog dg nt..tp sedikit biar nt bfkir:
*Rasululah ke gua hira sebelum atw sesudah di angkat jadi rasul?Stlah jd rasul nt tau ga ada syariat itikaf di masjid?
*hidup sederhana memang harus btasawuf ?Nt kira ulama ulama yg seumur hidup ga prnh bljar tasawuf ga hidup sderhna.mrka mengikuti rasulullah.bkn mnjd pelaku tasawuf spt nt.yg cm mbeo kpd mursyid yg g jls ilmunya.
ane tny,siapa”mursyid tasawuf” imam syafii?Pd sypa dia baiat tswuf?




pada 7 Maret 2011 pada 10:02 am | Balasmamo cemani gombong
oke …..Alhamdulillah saudaraku @ boy atau siapapun nt gak masalah itu hak nt ga mau berdialog dgn ana …….cuma ana me yakini sesama muslim wajib saling menasehati ……..emang nggak bakalan ketemu dialog dgn nt yang hanya mengagungkan akal aja ………sedikit aja juga biar nt berfikir …..didunia nggak ada yang kebetulan semua ada yang Maha Mengatur seperti ketemunya kita di blog ini adalah kehendak Alloh SWT ……salam



nah lo…koment nt dah ga nyambung kan..dg ptnyaan ane,dialog sama nt ga ada faedahnya..kualitas nt terbaca dr koment2 nt di ummati…
**ane jg tau hidup ini ga da yg kbetulan..
skarang cukup nt cari tau dulu nih,biar nt berkembang..kalo dah pinter,baru dialog…jadi komentator jangan cuma “Cheerleaders…”yg cuma bisa hore..hore…n koar koar..oke..
ni bwt nt Mo..cari dulu tuh jawabanya dr ptanyaan ane..siapa mursyid tasawuf imam syafii???kpd siapa dia berbaiat tasawuf….




pada 7 Maret 2011 pada 3:03 pm | Balasmamo cemani gombong
he…he….ana pikir nt yang bloom jawab pertanyaan ana ……baca lag komen ana sebelum nt tolak untuk dialog …… semua nt anggap nggak berilmu emang nt yang paling pinter he…he…. sombong pertama yang ada di sorga …….ini sombongnya temennya yg disorga ……?????



pada 7 Maret 2011 pada 9:34 pm | Balasmamo cemani gombong
menolak kebenaran dan meremehkan sesama manusia kan ada hadistnya ya bang Zon , ana takut salah wong ana bukan yang punya ilmu hadist ?????



pada 8 Maret 2011 pada 12:04 am | Balasmutiarazuhud
*Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan. kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR. Muslim)
Dari Abdullah bin Mas’ud Rasulullah bersabda: “Mencaci maki orang mukmin adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekafiran.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Namun masalahnya, mereka bukan menolak kebenaran tetapi mereka merasa paling benar.
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar