Tidak sekedar muamalah

Mereka tidak sekedar bermuamalah
Kehidupan kita pada masa kini berada pada babak Mulkan Jabbariyan atau babak para penguasa memaksakan kehendak yang tidak sesuai dengan kehendak Allah Azza wa Jalla dan RasulNya.
Kami mencontohkan kezaliman penguasa kerajaan dinasti Saudi yang menjadikan “teman kepercayaan” Amerika yang dibelakangnya adalah kaum Zionis Yahudi sebagaimana yang telah diuraikan dalam tulisan sebelumnya pada
Wajarlah, jika kemudian timbul pendapat bahwa kebijakan penguasa kerajaan dinasti Saudi adalah perkara muamalah semata.

Pengertian muamalah pada mulanya memiliki cakupan yang luas, sebagaimana contoh yang dirumuskan oleh Muhammad Yusuf Musa , yaitu “peraturan-peraturan Allah ta’ala  yang harus diikuti dan dita’ati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia”.
Pengertian muamalah pada masa kini telah dipersempit menjadi muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan atau diperjanjikan.
Prinsip muamalah adalah  “boleh” (jaiz) selama tidak ada larangan yang tegas dari Allah ta’ala dan Rasul-Nya.
Hal yang perlu kita ingat bahwa penguasa kerajaan dinasti Saudi bukan sekedar bermuamalah dengan Amerika. Mereka menjadikan Amerika teman kepercayaan, penasehat, pelindung.
Dari keseluruhan raja-raja dinasti Saudi hanya Raja Faisal bin ‘Abd al ‘Aziz Al Sa’ud (1906-25 Maret 1975) yang mendesak ayahandanya supaya memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, ketika beliau masih belum jadi raja dan dipanggil pangeran Faisal
Namun desakannya itu ditolak oleh ayahandanya. Pangeran Faisal menjadi Raja setelah Raja Saud (putra sulung) di usir keluar dari Arab Saudi ke Yunani.  Contoh sedikit riwayat tentang Raja Saud bisa dibaca padahttp://id.wikipedia.org/wiki/Saud_dari_Arab_Saudi
Raja Faisal ketika berkuasa mewujudkan keinginannya untuk menghilangkan pengaruh Amerika Serikat seperti penghentian ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika Serikat.  Namun atas kehendak Allah ta’ala, secara dzahir (yang tampak) pada tanggal 25 Maret 1975, Raja Faisal ditembak mati oleh anak adiknya, yaitu Faisal bin Musad. Namun kami yang mendalami Tasawuf memandang terbunuhnya Raja Faisal adalah semata-mata karena kepemimpinannya yang paling sesuai dengan syariat Islam diantara raja-raja Saudi,  karena beliau tidak bersekutu dengan Amerika.
Raja Faisal-lah, sosok kepemimpinan yang diharapkan oleh umat Islam untuk mengatasi kebiadaban Amerika. Selengkapnya silahkan baca tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/26/bersekutu-dengan-amerika/
Pada hakikatnya setelah kita melihat kenyataan keberpihakan Amerika terhadap penjajahan yang dilakukan Yahudi Israel terhadap wilayah Palestina maupun penjajahan terselebung Amerika terhadap wilayah-wilayah  kaum muslim dan pembunuhan terselubung yang dilakukan oleh Amerika terhadap kaum sunni (kaum Ahlussunnah wal Jama’ah) maka bermuamalah penguasa negara yang muslim dengan Amerika sudah sepatutnya dihindari.
Bermuamalah dengan Amerika yang dibelakangnya adalah kaum Zionis Yahudi secara tidak langsung memberikan kemampuan  keuangan bagi Amerika untuk pembiayaan penjajahan dan membiayai “peluru”  untuk membunuh saudara-saudara muslim kita.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,  “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”  [QS Al Maidah [5] :2].
Rasulullah bersabda yang artinya “Barang siapa menahan (menutup) anggur pada hari-hari pemetikan, hingga ia menjualnya kepada orang Yahudi, Nasrani, atau orang yang akan membuatnya menjadi khamr, maka sungguh ia akan masuk neraka”   (At Thabraniy dalam Al Ausath dan dishahihkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolaniy).
Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Baihaqiy ada tambahan“orang yang diketahui akan membuatnya menjadi khamr”
Berdasarkan hadits ini, As Syaukani menyatakan haramnya menjual perasan anggur kepada orang yang akan membuatnya menjadi khamr ( Nailul Authar V hal 234). Kesimpulan tersebut dapat diterima, karena memang dalam hadits tersebut terdapat ancaman neraka sebagai sanksi bagi orang yang mengerjakan. As Syaukani tidak hanya membatasi jual beli anggur yang akan dijadikan sebagai khamr, tetapi juga mengharamkan setiap jual-beli yang membantu terjadinya kemaksiatan yang dikiaskan pada hadits tersebut.
Jadi buat apa sebuah negara bermuamalah dengan Amerika yang dibelakangnya adalah kaum yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla yakni kaum Zionis Yahudi.
Mereka menyampaikan pendapat  bahwa tidak semua orang Yahudi adalah tidak baik atau tidak semua orang Yahudi dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla . Juga ditengarai akan  ada pula upaya pembenaran berdasarkan Al Qur’an dan Hadits bahwa Amerika yang dibelakangnya kaum Zionis Yahudi adalah bangsa yang baik dan berupaya menjaga perdamaian di dunia sehingga patut bermuamalah dengan mereka.
Hal yang harus kita pahami bahwa setelah kedatangan Rasulullah maka seluruh ahli kitab tidak boleh berpaling dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla
Hadits yang diriwayatkan Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tentang orang-orang yang dimurkai“, beliau bersabda, ‘Kaum Yahudi.’ Saya bertanya tentang orang-orang yang sesat, beliau bersabda, “Kaum Nasrani.“
Hamad bin Salamah meriwayatkan dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Saya bertanya kepada RasulullahShallallahu alaihi wasallam ihwal ‘bukan jalannya orang-orang yang dimurkai’. Beliau bersabda, “Yaitu kaum Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya orang-orang yang sesat’. “Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-orang yang sesat.’
Selengkapnya tentang orang yang dimurkai telah kami uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/10/27/orang-orang-beriman/
Ingatlah selalu bahwa agama hanyalah Islam sebagaimana terurai padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/10/27/2011/01/21/agama-hanya-islam/
Katakanlah:”Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu“. (QS Al Maa’idah [5]:68 )

Firman Allah Azza wa Jalla, “Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka..” (QS.Ali Imran [3] : 110)
Orang-orang Yahudi dan Nasrani telah menyembunyikan syahadah
Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw. berkata: ‘Setiap kali Allah subhanahu wa ta’ala. mengutus seorang nabi, mulai dari Nabi Adam sampai seterusnya, maka kepada nabi-nabi itu Allah subhanau wa ta’ala. menuntut janji setia mereka bahwa jika nanti Rasulallah shallallahu alaihi wasallam. diutus, mereka akan beriman padanya, membelanya dan mengambil janji setia dari kaumnya untuk melakukan hal yang sama’.
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu“. ( QS Ali Imran [3]:81 )
“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Baqarah [2]:140 )
“Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS Ali Imran [3]: 82 )
Barangsiapa yang berpaling sesudah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam diutus dengan kitab Al-Qur’an yang membenarkan kitab-kitab Allah sebelumnya maka mereka termasuk orang-orang yang fasik, orang yang berpaling atau tidak mengindahkan perintah Allah ta’ala. Akhir bagi mereka adalah neraka jahanamlah sebagaimana firmanNya yang artinya:
“Dan adapun orang-orang yang fasik maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.” ( QS As Sajadah [32]:20 )
Jadi setelah kedatangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka orang tidak beragama Islam adalah orang yang tidak beriman, tidak bertauhid dan tidak beragama. Mereka semua temasuk kafir.
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)” (QS Al Furqaan [25]: 43-44 )

“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir , karena mereka itu tidak beriman” (QS Al Anfaal [8]:55 )
“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka“. (QS Muhammad [47]:12)
Jadi mereka yang tidak beragama Islam adalah seburuk-buruknya makhluk bagaikan binatang.
Setiap manusia yang memperturutkan hawa nafsu adalah mereka yang memperturutkan sifat binatang.
Setiap manusia yang memperturutkan hawa nafsu adalah mereka yang sesat, berpaling dari jalan Allah ta’ala

“…Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26 )
Namun walaupun mereka kaum non muslim bagaikan binatang, kita harus memperlakukan mereka dengan baik sebagaimana ciptaanNya yang lain. Etika kita menghadapi non muslim telah diuraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/30/2009/10/03/etik-dengan-non-muslim/
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” ( QS. Al-Mumtahanah [60]:8 )
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Maa-idah [5]:8 )
Para ulama di wilayah kerajaan dinasti Saudi tampak belum dapat berbuat banyak untuk mengatasi kezaliman penguasa dikarenakan mereka seolah telah “diarahkan” oleh penguasa. Mereka tidak dibiasakan mengimplementasikan keberjamaahan sholat dalam kehidupan sehar-hari. Mereka seolah-olah ditakut-takuti jika berkelompok atau berjama’ah minal muslimin dengan hizbiyyah. Ibadah itu seolah-olah hanya urusan individu dengan Allah Azza wa Jalla.
Bahkan kurikulum pendidikan pun disusun oleh Penguasa bersama Amerika sebagaimana terurai dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/
Literatur-literatur, kitab-kitab, tulisan-tulisan para Ulama dikendalikan oleh penguasa. Ulama yang menuliskan kebenaran ataui meluruskan kesalah-kesalahpahaman akan diberikan tindakan oleh penguasa. Contoh ulama-ulama yang mendapatkan tindakan dari penguasa kerajaan dinasti Saudi,

Safar Al-Hawali—mantan Dekan Fakultas Akidah Universitas Ummul Quro Makkah, yang dipecat dan ditahan setelah menulis buku yang edisi Indonesianya berjudul “Belitan Amerika di Tanah Suci, Membongkar Strategi AS Menguasai Timur Tengah” diterbitkan Jazera, 2005. Belitan Amerika di Tanah Suci, Membongkar Strategi AS Menguasai Timur Tengah.
Abuya Prof. DR. Assayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani, dicekal dari kedudukan sebagai pengajar di Masjid Alharam akibat penerbitan kitabnya yang berjudul;  Mafahim Yajibu an Tushahhhah (Pemahaman-Pemahaman yang Harus Diluruskan). Terjemahan cuplikan tulisan Abuya tersebut  dapat dibaca pada
Namun amat disayangkan kesalahpahaman-kesalahpahaman tersebut tersebarluaskan ke seluruh negeri kaum muslim dari pemuda-pemudi yang mengenyam pendidikan di wilayah kerajaan dinasti Saudi, atau dari pemuda-pemudi kita yang berguru dengan ustadz/ulama yang baru mengenyam pendidikan di wilayah kerajaan dinasti Saud sehingga timbullah perselisihan antara kaum muslim karena pemahaman mereka menyelisihi pemhaman jumhur ulama, pemahaman as-sawaad al-a’zhom (jama’ah kaum muslimin yang terbanyak).

Padahal sunnah Rasulullah mengatakan kita wajib mengikuti pemahaman as-sawaad al-a’zhom (jama’ah kaum muslimin yang terbanyak) jika menemukan perbedaan pemahaman.
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al a’zham).” (HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)
Lihatlah ada yang merasa bangga menjadi mantan kyai NU sebagaimana menjadi mantan preman. Artinya mereka secara tidak langsung telah menghujat organisasi masyarakat NU sebagai sesuatu keburukan yang patut ditinggalkan. Kami walaupun bukan warga NU tapi kami mempunyai kesamaan dalam berupaya untuk dapat menjadi bagian dari Ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana niat para pendiri NU, merasa kecewa dengan sikap ulama yang berpendidikan seperti itu dan menyesalkan ketidak-bertanggungjawaban beliau terhadap tulisan-tulisan beliau yang penuh dengan kesalahpahaman-kesalahpahaman. Sungguh “sertifikat” pengikut Rasulullah atau indikator bahwa seseorang telah beragama dengan baik dan benar adalah berakhlak baik. Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/30/2011/05/10/sertifikat-pengikut-rasulullah/ danhttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/30/2011/07/07/indikator-muslim-baik/
Jika kita tidak mengikuti Sunnah Rasulullah untuk mengikuti pemahaman jumhur ulama atau pemahaman as-sawaad al-a’zhom (jama’ah kaum muslimin yang terbanyak) maka dustalah jika mengaku sebagai Ahlussunnah wal Jama’ah. Dustalah jika mengaku mengikuti ulama salaf yang sholeh. Dustalah jika mengaku ittiba’ li Rasulihi. Kedustaaan tersebut dapat mengakibatkan menjadi kaum munafik sehingga kelak akan menempatkan tempat neraka yang paling bawah

Firman Allah ta’ala yang artinya
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka“. QS An Nisaa [4]:145 )

Untuk itulah kami bersusah payah untuk mengingatkan saudara-saudara muslim kami agar tidak terjerumus dalam kemunafikan sekaligus dalam rangka meneggakkan Ukhuwah Islamiyah.
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

4 Tanggapan

mengabdilah kepada Allah dengan ketaatan yang murni, bersih dari kemusyrikan, karena menurut ajaran dan pentunjuk Allah lah Ad Diin Al Kholish, dengan begitu barulah anda bisa disebut orang yang mukhlis.
tahukah anda siapa orang munafik? orang munafik adalah mereka yang mengaku2 mengadakan perbaikan namun pada kenyataannya mereka melakukan pengrusakan yang nyata, karena kebodohan dan kesombongan mereka. ketika diseru mereka akan berkata kami mendengar, padahal tidak mendengarkan/menutup telinga mereka. kenyataannya mereka adalah penentang ajaran dan petunjuk Allah.
kepatuhan kalian kepada ajaran dan petunjuk Nya sekarang ini di uji, yang pada akhirnya benarlah Al Qur’an ini akan membuktikan dengan menyisihkan siapa sebenarnya yg munafik.




yap ente benar….apa yang ente sampaikan memang cocok buat pengikut wahabi.




maksud anda yang punya blog ini?




Andi@
Komentar yg lucu!! Justru Mas dian itu tau kalau ente itu wahabi!! ;-D

=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar