Ikutilah pemahaman dari lisan ke lisan

Dalam tulisan kami terdahulu padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/30/ikutilah-jumhur-ulama/ telah kami sampaikan perkataan Rasulullah agar kita mengikuti as-sawaad al-a’zhom (jama’ah kaum muslimin yang terbanyak) atau mengikuti apa yang disampaikan oleh jumhur ulama atau apa yang diperkatakan oleh para ulama yang sholeh sebagai pewaris Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Rasulullah hanya menyampaikan apa yang diwahyukanNya atau perkataan Rasulullah (sunnah) hanya berdasarkan apa yang diwahyukanNya dan tidak dicampur oleh hawa nafsu atau akal / rasio (ra’yu) atau pendapat beliau pribadi. Inilah yang dimasud bahwa Rasulullah adalah ummi atau “tidak tahu” dihadapan Allah yang Maha Mengetahui atau apa yang diketahuinya tentang Risalah atau agama hanyalah bersumber dari ilmuNya .
Untuk itulah kita harus mengikuti jumhur ulama yang hanya menyampaikan apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah melalui lisan ke lisan ulama-ulama yang sholeh terdahulu tidak dicampur dengan hawa nafsu atau akal /rasio (ra’yu) atau pendapat pribadi. IlmuNya mengalir melalui lisan ke lisan ulama-ulama yang sholeh yang dinamakan sanad ilmu atau sanad guru. Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/page/2011/07/03/sanad-ilmu/
Contoh sanad Ilmu atau sanad guru Imam Syafi’i ,
1. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam
2. Baginda Abdullah bin Umar bin Al-Khottob ra
3. Al-Imam Nafi’, Tabi’ Abdullah bin Umar ra
4. Al-Imam Malik bin Anas ra
5. Al-Imam Syafei’ Muhammad bin Idris
Imam Syafi’i ~rahimullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Banyak dari kita salah memahami perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang artinya “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” (HR Bukhari)
Sumber: http://www.indoquran.com/index.php?surano=42&ayatno=124&action=display&option=com_bukhari
Hakikat hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaikan satu ayat yang diperoleh dari orang yang disampaikan secara turun temurun sampai kepada lisannya Sayyidina Muhammad bin Abdullah Shallallahu alaihi wasallam.
Kita tidak diperkenankan menyampaikan apa yang kita pahami sendiri namun kita sampaikan apa yang kita dengar dan pahami dari mereka yang sanad ilmunya tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena hanya perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang merupakan kebenaran atau ilmuNya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam “mendengar” firman Allah Azza wa Jalla melalui malaikat Jibril. Selanjutnya ilmuNya mengalir dari lisan ke lisan orang-orang sholeh yang taat kepada Allah Azza wa Jalla dan RasulNya. Itulah yang hakikat makna “Kami dengar dan kami taat”.
Dalam meraih ilmuNya atau memahami Al Qur’an dan Hadits tidaklah disandarkan pada tulisan atau kitab namun bersandar pada apa yang dikatakan dan apa yang didengar atau melalui lisan dan pendengaran atau dikenal dengan penyampaian atau imla’ / dikte . Nash/Lafadz Al Qur’an dan Hadits terjaga kemurniannya, salah satunya melalui para penghafal Al Qur’an maupun Hadits. Tulisan atau kitab sangat rentan dari pemalsuan atau sekedar tindakan pentahrifan berdasarkan kepentingan. Hal ini telah terurai dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/23/pemalsuan-kitab/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/07/2011/03/11/al-ibanah/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/07/2011/01/27/ikhtilaf-dalam-persatuan/
Oleh karenanya dalam meraih ilmuNya tidak baik belajar sendiri (otodidak) karena bersandarkan pada tulisan atau kitab, selain adanya bahaya pemalsuan kitab, juga besar kemungkinan akan bercampur dengan ra’yu (akal/rasio/otak) atau pendapat sendiri .
Akal manusia harus mengikuti firman Allah ta’ala dan Sunnah Rasulullah maka hal inilah yang dikatakan menyampaikan kebenaran atau menegakkan kebenaran atau disebut juga berdalil.
Jika akal mendahului firman Allah ta’ala dan Sunnah Rasulullah maka hal ini dinamakan menyalahgunakan kebenaran atau melakukan pembenaran atau disebut juga berdalih.
Penyalahgunaan kebenaran (firman Allah ta’ala dan sunnah Rasulullah) atau pembenaran adalah yang dimaksud dengan perkataan Imam Sayyidina Ali ra, “kalimatu haqin urida bihil batil” (perkataan yang benar dengan tujuan yang batil/salah). Hal ini telah kami sampaikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/29/maksud-yang-berbeda/
Pada zaman ini semakin banyak ulama yang tidak lagi mau mengikuti imam mujtahid mutlak atau Imam Mazhab. Pada hakikatnya bagi mereka yang tidak berkompetensi sebagai imam mujtahid dan tidak mau mengikuti atau bahkan menyelisihi para Imam Mazhab termasuk mereka yang memutus sanad ilmu atau sanad guru. Hal ini telah terurai dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/28/semula-bermazhab-hambali/
Marilah kita mengikuti cara/jalan/metode Salafush Sholeh melalui apa yang disampaikan oleh Imam Mazhab dan para pengikut Imam Mazhab karena Imam Mazhablah yang mendengar dan melihat secara langsung cara/jalan/metode Salafush Sholeh beribadah kepada Allah Azza wa Jalla.
Janganlah kita mengikuti ulama yang salah pikir (fikr) atau salah paham apalagi belum jelas kompetensi mereka sebagai imam mujtahid.
Mereka hanya sekedar mengaku-aku mengikuti cara/jalan/metode Salafush Sholeh karena mereka mengasingkan diri atau membentuk kelompok minoritas yang pada hakikatnya menyempal (keluar) dari mengikuti as-sawaad al-a’zhom (jama’ah kaum muslimin yang terbanyak). Mereka secara tidak sadar telah menentang sunnah Rasulullah untuk mengikuti as-sawaad al-a’zhom (jama’ah kaum muslimin yang terbanyak) sehingga mereka tidak dapat dikatakan sebagai bagian dari Ahlussunnah wal Jama’ah.
Mereka boleh jadi termasuk ulama yang keluar dari keumuman pendapat ulama sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/28/keluar-dari-keumuman/
Mereka boleh jadi telah keluar seperti anak panah yang meluncur dari busurnya atau keluar dari jamaah atau keluar dari As-Sawad Al-A’zhom (mayoritas umat Islam).
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

Satu Tanggapan
Cak Sam
Izin share di FB bang Zon…
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar