Pertengkaran Wahabi/Salaf(i)

Sebelumnya kami telah menguraikan bagaimana kebencian kaum Wahabi/Salaf(i) terhadap saudara muslim yang mendalami Tasawuf. Bahkan sebagaimana yang disampaikan oleh Abuya Prof. DR. Assayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani, kaum Wahabi dengan pemerintahan Kerajaan Arab Saudi telah memasukkan pentakfiran kaum muslim yang mendalami tasawuf dalam Islam kedalam kurikulum pendidikan.
Dalam materi tersebut terdapat pengafiran, tuduhan syirik dan sesat terhadap kelompok-kelompok Islam sebagaimana dalam kurikulum tauhid kelas tiga Tsanawiy (SLTP) cetakan tahun 1424 Hijriyyah yang berisi klaim dan pernyataan bahwa kelompok Shuufiyyah (aliran–aliran tashowwuf ) adalah syirik dan keluar dari agama.
Materi kurikulum tersebut menjadikan sebagian pengajar terus memperdalam luka dan memperlebar wilayah perselisihan. Padahal, 3/4 penduduk muslim seluruh dunia adalah Shuufiyyah dan seluruhnya terikat dan meramaikan padepokan (zaawiyah) mereka dengan tashowwuf.
Suatu kesalahpahaman kaum Wahabi/Salaf(i) yang besar lainnya adalah menganggap / menilai bahwa muslim yang mendalami tasawuf, asya’riah dan muslim lainnya yang tidak sepamahaman dengan mereka adalah termasuk orang musyrik
Lihatlah

Para pengikut ajaran wahabi adalah kelompok yang sangat membencikan orang-orang sufi dan mengkafirkan mereka, mereka menganggap bahwa orang -orang sufi menyembah kuburan-kubura wali sehingga halal darahnya di bunuh, pemahaman ini bersumber dari aqidah mereka yang menyatakan bahwa tauhd itu terbagi kepada tiga bahagian, tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, tauhid asma` dan sifat, orang-orang sufi hanya percaya dengan tauhid rububiyyah dan tidak menyakini tauhid uluhiyyah, sebab itulah mereka kafir dan boleh di bunuh, bahkan mereka mengatakan bahwa orang-orang kafir qurasy lebih bagus tauhidnya daripada orang-orang sufi.
Begitu juga kebencian mereka terhadap saudara muslim kita Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin dan hizb-hizb Islamiyah lainnya. Intinya mereka membenci saudara muslim lainnya di luar pemahaman mereka dan menjuluki sebagai Hizbiyyun.
Silahkan periksa

Kaum Muslimin hanyalah dikatakan mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah baik secara pokok-pokoknya dan patokan-patokannya, apabila di samping berpegang pada Al Qur’an dan Sunnah, mereka juga berpegang dengan apa yang ditempuh oleh Salafus Shalih. Karena ayat di atas mengandung nash yang jelas tentang dilarangnya kita menyelisihi jalannya para shahabat.
Artinya wajib bagi kita mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan tidak menyelisihi (menentang) beliau, demikian pula wajib bagi kita untuk mengikuti jalannya kaum Mukminin dan tidak menyimpang darinya. Dari sini kita menyatakan bahwa wajib atas tiap golongan/kelompok/jamaah Islamiyah untuk memperbaharui tolok ukur mereka yakni agar mereka bersandar kepada Al Qur’an dan Sunnah di atas pemahaman Salafus Shalih.
Dan sangat kita sayangkan Hizbut Tahrir tidak berdiri di atas dasar yang ketiga, demikian pula Ikhwanul Muslimin dan hizb-hizb Islamiyah lainnya.
Atau kebencian mereka terhadap saudara muslim dari Jama’ah Tabligh (JT)
Sehingga bisa disimpulkan bahwa perkumpulan tahunan yang dilakukan oleh JT adalah salah satu bentuk menentang Allah dan rasul-Nya.
وذلك أنه لا يوجد في الإسلام تجمع على هذا النحو شرعه الله إلا عبادة الحج فحينئذ يتبين معنى مضاهاة الشريعة .
Bisa disimpulkan demikian karena dalam Islam tidaklah dijumpai acara perkumpulan semisal ini yang Allah syariatkan melainkan dalam ibadah haji. Dengan demikian jelaslah bahwa perkumpulan semisal ini adalah perkumpulan yang menyaingi perkumpulan yang ada dalam syariat.
Bahkan kaum muslimin mendekat dan bekerjasama dengan saudara muslim yang mereka panggil dengan Hizbiyyun pun ditetapkan mereka sebagai sebuah kesesatan
lihat

Lebih seru lagi berita negatif tentang Ja’far Umar Thalib itu, di saat saya hadir dalam acara Dzikir Bersama yang diadakan oleh saudara Muhammad Arifin Ilham bersama para tokoh Sufi (yakni tokoh pengamal ilmu Tasawwuf) dan bahkan tokoh-tokoh Kuburi (yakni tokoh-tokoh penganjur perbuatan syirik dengan mengkeramatkan kuburan orang yang dianggap wali Allah). Ja’far Umar Thalib semakin dianggap telah keluar dari Manhaj Salaf (yakni pemahaman dan pengamalan agama para Salafus Shalih). Apalagi Ja’far Umar Thalib menulis dua artikel di majalah SALAFY edisi tiga dan empat yang menerangkan alasan ilmiah mengapa ikut hadir di acara Dzikir Bersama itu. Maka Ja’far Umar Thalib dianggap telah bergabung dengan aliran Sufi dan meninggalkan Manhaj Salaf. Begitulah terus berlangsung pemberitaan tentang Ja’far Umar Thalib di kalangan Salafiyyin (yakni para penganut Manhaj Salafus Shaleh) di berbagai negeri di dunia, baik kalangan Ulama’nya
Atau periksa tulisan pada

Perkara inilah yang paling mendorong saya untuk keluar dari WI, sebab keadaan batin saya sangat sulit menerima untuk terus bersama dan berta’awun dalam dakwah bersama orang-orang yang menganggap ringan berteman, bermajelis, menjadikan orang-orang dari kalangan hizbiyyun atau orang yang dikenal memiliki manhaj yang menyimpang dari manhaj Salaf sebagai penceramah dalam acara-acara mereka.
Pertama : Sebagaimana jawaban sebelumnya bahwa hakikat pernyataan WI bukan bagian dari Ahlus Sunnah bukanlah “fatwa” dari kami, sehingga menjadi alasan bagi mereka untuk menghina kami dengan sebutan “al-mufti”, “al-maghrur” “al-‘Allamah al-Mushonnif” -semoga mereka segera bertaubat dari perbuatan menghina sesama muslim-. Bahkan mereka sendiri telah mengetahui dengan pasti bahwa yang telah mengeluarkan fatwa bahwa “WI bukan termasuk Ahlus Sunnah” dari kalangan Ulama adalah Asy-Syaikh Robi’ bin Hadi al-Madkhali –hafizhahullah-. Terlepas dari apakah kalian setuju atau tidak dengan fatwa tersebut, yang pasti bukan kami yang mengeluarkan “fatwa meng-eliminasi WI dari barisan dakwah Salaf”.[5]
Adapun sikap asatidzah Salafiyin, jauh sebelum kami mengenal mereka pun jelas, yaitu tidak menganggap WI sebagai Ahlus Sunnah, disebabkan penyimpangan-penyimpangan dari manhaj Ahlus Sunnah yang ada pada WI.
Atau periksa tulisan pada

Analisis untung rugi kalo sekolah di Sekolah Islam Terpadu yg dikelola hizbiyyun itu misalnya:
- Keuntungannya: seakidah, ada pelajaran-pelajaran tentang akhlak, membaca Al Qur’an, menghafal Al Qur’an dll
- Kerugian: Terkadang ada yang memulai pelajarannya di pagi hari dengan wirid ma’tsurat yang bid’ah, mengajarkan doa sehari-hari yang berasal dari hadits dhoif. Terkadang ada yang merayakan perayaan-perayaan bid’ah seperti maulid, muharram dll.
Untuk SMU Islam Terpadu yang dikelola hizbiyyun kerugiannya bertambah lagi: biasanya anak sudah diarahkan untuk masuk hizb tertentu lewat liqo-liqo-nya. (Saya mendapat informasi-informasi ini dari seorang teman dekat saya yang bekerja di sebuah Sekolah Islam Terpadu)

Siapakah kaum Wahabi atau Salaf(i) ?
Kalau di jazirah Arab umumnya mereka dikenal dengan nama kaum Wahabi suatu kaum yang dicetuskan oleh Muhammad bin Abdil Wahhab atau Muhammad bin Abdul Wahhab, seorang ulama dari Najd yang menurut kabar, beliau seorang ulama yang mempelajari tulisan/karya-karya Syaikh Ibnu Taimiyah. Namun kita sadari bahwa apa yang dipahami oleh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak mungkin 100% sama dengan pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah. Pastilah bercampur dengan pemahaman beliau sendiri apalagi “belajar” nya beliau hanya melalui tulisan/karya bukan bertemu langsung karena masa kehidupan mereka terpaut jauh..
Kaum Wahabi mengusahakan agar mereka diluar jazirah Arab dikenal dengan nama salaf(i) atau Salafy agar mendekati kemiripan dengan ulama salaf.
Kalau dilihat dari sisi nama pencetusnya, Muhammad bin Abdil Wahhab seharusnya kaum itu bernama Muhammadiy, karena takut disalah artikan maka akhirnya disepakati mengambil dari nama ayahnya sehingga menjadi kaum Wahabi.
Mereka senang dipanggil sebagai kaum Wahabi karena mereka pahami panggilan itu serupa dengan Al-Wahhab ( الوهاب ) yang merupakan salah satu diantara nama-nama Allah Yang Agung, yang berarti Yang Maha Memberi.
Namun karena sejarah kelam “pergerakan” kaum Wahabi yang melakukan “gerakan” berdasarkan pemahaman dan penilaian mereka sendiri akhirnya mereka tidak meyukai panggilan Wahabi sehingga selanjutnya memperkenalkan diri dengan panggilan Salafy, kalau saya lebih suka memanggil mereka dengan Salaf(i) agar kita bisa membedakan dengan salaf yang sesungguhnya.
Ulama Muhammad bin Abdul Wahab ketika ia pindah ke Dur’iyah.
Raja Dur’iyah bernama Muhammad bin Sa’ud menolong Muhammad bin Abdul Wahab dalam penyiaran paham-pahamnya.
Maka bersatulah dua orang “Muhammad”, yang berlain kepentingan, yaitu Muhammad bin Abdul Wahab dan Muhammad bin Sa’ud.
Muhammad bin Abdul Wahab membutuhkan seorang penguasa untuk menolong penyiaran pahamnya yang baru dan Muhammad bin Sa’ud membutuhkan seorang ulama yang dapat mengisi rakyatnya dengan ideologi yang keras, demi untuk memperkokoh pemerintahan dan kekuasaannya.
Jadi bagi saya ulama Muhammad bin Abdul Wahab merupakan ulama pragmatis, demi kepentingan kekuasan Muhammad bin Sa’ud atau dinasti Sa’ud. Oleh karenanya dapat kita pahami bagaimana ulama Muhammad bin Abdul Wahab menggunakan pemahamannya untuk mempertahankan kekuasaan Muhammad bin Sa’ud salah satunya dengan slogan “Jangan memberontak kepada penguasa selama mereka masih sholat walaupun penguasa itu dzhalim”. Kaum Wahabi sangat menghindari jama’atul minal muslimin dengan alasan akan menimbulkan firqah/golongan padahal hakikatnya mereka mencegah timbulnya “kekuataan” jama’ah disamping kekuatan sang penguasa dinasti Sa’ud. Wallahu a’lam
Cobalah kita tengok perkembangan langkah-langkah perjalanan saudara kita Ustadz Ja’far Umar Thalib.
Sumber:
atau

Beliau adalah pada awalnya bagian dari kaum Wahabi atau Salaf(i). Beliau terkenal dikarenakan memimpin Laskar Jihad dan dikenang bahwa beliau Jihad Fi Sabilillah di Maluku dan di Poso.
Silahkan baca tulisan selengkapnya pada

Namun akhirnya “pergerakan” beliau di Indonesia dinilai oleh para pemimpin kaum Wahabi atau Salaf(i) adalah sebuah kekeliruan atau kesesatan sehingga diperlukan pertobatan.
Ja’far Umar Thalib: “akhirnya pada tanggal 10 Mei 2008 saya bertemu As-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali di rumah kediaman beliau di komplek perumahan Awali Makkah. Tampak beliau lebih tua dibanding pertemuan saya dengannya tujuh tahun yang lalu”.
As-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali:
“Saya nasehatkan kepadamu agar kamu meninggalkan arena politik praktis. Sebab dengan terlibat dalam arena politik itu kamu terlalaikan dari kemestian da’wah Salafiyah.

As-Syaikh Al-Allamah Muhammad Amin As-Syanqithi rahimahullah menyatakan: “Politik gaya demokratisme itu adalah anak perempuannya anjing. Maka jangan kamu memasuki arena politik praktis itu.”
Juga saya nasehatkan kepadamu untuk kamu bertaqwa kepada Allah dalam menjalankan kegiatan Da’wah dan ikhlaskanlah amalanmu itu hanya untuk Allah.
Saya nasehatkan kepadamu agar engkau menulis berbagai kesalahanmu untuk kemudian kamu bertaubat kepada Allah Ta’ala dari berbagai kesalahan itu. Saya menasehatkan kepadamu agar kamu berupaya sungguh-sungguh untuk membangun semangat saling mencinta di antara kamu dengan saudara-saudaramu kalangan Salafiyyin.
Upayakanlah untuk kamu kembali dalam suasana saling tolong menolong dengan mereka dalam rangka kebaikan dan ketaqwaan. Jauhkanlah berbagai sebab yang mengarah kepada perselisihan dan perpecahan di kalangan kalian. Karena perpecahan dan permusuhan diantara kalian itu telah melemahkan Da’wah Salafiyah di Indonesia”.

Oleh karena nasehat para pemimpin kaum Wahabi atau salaf(i) akhirnya ustadz JUT membubarkan laskar jihad dan membuat surat pernyataan yang menunjukkan pertobatannya.

Namun tampaknya pertobatan tersebut masih dianggap para pemimpin kaum Wahabi atau Salaf(i) belum menunjukkan kesesuaian dengan apa yang mereka pahami

3. Membiarkan Al-Akh Ja’far pada keadaannya yang semula sebagaimana sikap kita sebelumnya berupa pemutusan hubungan apapun dengannya, sampai dia tampakkan taubatnya serta membaik taubatnya tersebut.
Ja’far Umar Thalib memang mengaku ruju’ pada al haq, akan tetapi bergerombol dengan para Turotsi dari kalangan yayasan Al Sofwa, juga masih terlibat membela dalam pertikaian Al Irsyad legal dan liar. Ja’far pula yang dulu secara ilmiyah menjelaskan penyimpangan dan kesesatan dakwah As Surkati dengan Al Irsyad, organisasi bantuan dari uang lotre Belandanya dan sekarang Ja’far telah ruju’ dan membela Al Irsyad beserta segenap tokoh-tokoh hizbi tanah air, bergabung bersama mereka mempertontonkan aksi “simpatiknya” dalam melawan pemerintah.
Sebagian bukti dan link menunjukkan bahwa Ja’far bukanlah pendamai antara Al Irsyad legal dan liar, tapi justru mendukung mereka. Toh aparat kepolisian, Kodim, sudah bertugas baik, untuk apa memboyong “laskar” nekat dari Jogjakarta ? ? ? Inilah tindakan berbau Khawarij, hizbiyyah, ashobiyyah yang amat sangat tidak pantas bagi beliau yang mendatangi ulama Ahlussunnah dan mengaku ruju’ disana maupun di majalah dan situsnya. Wallahul musta’an. (a/h)
Tambahan :
Djafar Umar Thalib mengakui sendiri diminta kubu Al Irsyad yang dikalahkan PN Jakpus menjadi preman penghalang eksekusi oleh negara tersebut, ditulis di situs resminya sendirihttp://www.alghuroba.org/index.php?read=158 sbb :

“Singkat cerita, kubu liberal hendak bertindak sebagai eksekutor guna mengeksekusi kantor Al-Irsyad yang ada di Jalan Kramat Raya no. 25 JAKPUS. Upaya ini pada mulanya didukung oleh PN JAKPUS (Pengadilan Negeri Jakarta Pusat) yang bertindak sebagai juru sita. Melihat fenomena diatas kader Al-Irsyad dari kubu pertama tidak bisa menerima hal itu, karena sesungguhnya pada Jalan Kramat Raya no. 25 tidaklah terdapat kantor Al-Irsyad sebagaimana anggapan kubu liberal, dan hal ini sempat dibuktikan dihadapan juru sita pada tanggal 29 September 2008 yang lalu.
Dengan adanya upaya eksekusi secara sepihak ini, kader Al-Irsyad dari kubu pertama meminta Ustadz Ja’far Umar Thalib guna membantu mereka untuk menggagalkan upaya eksekusi bangunan tersebut, dan Ustadz Ja’far pun menyatakan kesiapannya.”
Djafar Umar Thalib mengaku melakukan anarkhisme dengan mencopot kacamata salah seorang dari pihak Al Irsyad legal, yang memicu kesigapan Kapolsek Senin, A.L Tobing bertindak mengamankan. Demi mengamankan emosi Djafar Umar dkk, A.L Tobing mencium tangan Djafar untuk meredam, namun Djafar tambah congkak rupanya.
Padahal Ulama Ja’far Umar Thalib (JUT) telah “berupaya” untuk menunjukkan bahwa beliau tidak sependapat atau sejalan lagi dengan ulama-ulama pergerakan sebagai contoh dengan Ustadz Abu Bakar Baasyir (ABB)
Inilah tanggapan dari mereka yang sependapat atau sejalan dengan Ustadz ABB terhadap Ustadz JUT
Sehari setelah penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir (10/08) Metro TV mewawancarai Ja’far Umar Thalib. Jika para Ulama dan tokoh Islam bergabung mengecam penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sebaliknya Ja’far justru tidak sama sekali ikut prihatin apalagi mengecam. Ia bahkan menuduh Ustadz Abu sebagai tokoh sesat berpaham takfiriy dan khawarij. Jika kita menyaksikan acara tersebut kita akan melihat sungguh luar biasa kebencian Ja’far Umar Thalib kepada Ustadz Abu Bakar Ba’asyir
Video terkait :
Inilah tanggapan dari kaum Wahabi atau Salaf(i) terhadap penangkapan Ustadz ABB

Ucapan terima kasih juga selayaknya diberikan kepada Pemerintah RI, khususnya POLRI melalui Densus 88 –jazaahumullahu khairan- yang telah mengerahkan segenap tenaga untuk menangkap tokoh yang satu ini dan mengumpulkan bukti-bukti keterlibatannya dalam aksi-aksi Teroris Khawarij.
Namun ternyata, di tengah-tengah kegembiraan kaum muslimin atas tertangkapnya tokoh kesesatan tersebut, ada sekelompok kecil orang-orang yang mengatasnamakan umat Islam yang memprotes dan menyatakan secara terbuka ketidaksetujuan mereka, bahkan mengecam pemerintah dengan keras atas penangkapan tersebut. Diantaranya adalah sebuah forum yang menamakan diri Forum Umat Islam (FUI), yang mengklaim beranggotakan ormas-ormas Islam, diantaranya Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin, Jamaah Anshorut Tauhid, Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), Al Irsyad Al Islamiyyah, Front Perjuangan Islam Solo (FPIS), Majelis Tafsir Al Quran (MTA), Majelis Az Zikra, PP Daarut Tauhid, Hidayatullah, PII dan Wahdah Islamiyah yang berpusat di Makassar.
Kalau kita amati , bahwa pemahaman yang dibawa oleh ustadz ABB dengan JAT (Anshorut Tauhid) merupakan upaya menegakkan Sunnah Rasululloh, hancurkan syirik, musnahkan bid’ah, terapkan syari’at Allah swt, sebagaimana motto salah satu situs dari kaum mereka, http://jihaddandakwah.blogspot.com/
(Jihad Menegakkan Tauhid, Membela Sunnah Rasululloh, Hancurkan Syirik, Musnahkan Bid’ah, Terapkan Syari’at Alloh, Berantas Kemungkaran dan Kemaksiatan). ” Tegaknya Agama ini haruslah dengan Kitab (Al-Qur’an dan sunnah) sebagai petunjuk dan Pedang (Senjata) sebagai penolong. Kitab menjelaskan apa-apa yang diperintahkan dan apa-apa yang dilarang Alloh. Pedang (senjata) menolong dan membelanya “. (Nasehat berharga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahulloh)
Kalau boleh saya simpulkan dan juga telah saya uraikan dalam bloghttp:/mutiarazuhud.wordpress.com, hasil kajian kami, bahwa kaum muslimin secara tidak disadari telah diadu domba hanya dikarenakan oleh cara pemahaman mereka masing-masing terhadap pemahaman/ijtihad Syaikh Ibnu Taimiyah yang dipelajari dan di i’ttiba (diikuti) oleh dua kaum yang saling bertentangan.
Silahkan baca tulisan pada

Kenyataan yang kita lihat bahwa saudara-saudara muslimku Salaf(i) terpecah dalam beberapa kelompok walaupun sesungguhnya mereka tidak menghendaki adanya pengelompokan.
Secara umum saudara-saudara muslim ku Salaf(i), terbagi menjadi dua kelompok yang saling bertolak belakang dan antar kelompok itupun mereka “bertengkar”
“Salaf(i) pertama”
Salaf(i) yang dengan metode pemahaman mereka membentuk pengikut yang taat kepada Penguasa, asalkan Penguasa itu muslim dan masih sholat walaupun Penguasa itu bersekutu dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik.

“Salaf(i) kedua”
Salaf(i) yang dengan metode pemahaman mereka membentuk pengikut yang taat untuk berjihad dan berpolitik memerangi orang-orang Yahudi dan Orang-Orang Musyrik.

“Salaf(i) pertama” “mempersilahkan” (mengikat perjanjian dengan) orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik menikmati kekayaan alam dari negeri Islam. Dengan kekayaan yang didapat dari negeri-negeri Islam, orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik menggunakkannya untuk berperang dengan “Salaf(i) kedua”
Sehingga secara tidak langsung kita sesama muslim saling membunuh.
Salaf(i) pertama adalah kaum Wahabi di Jazirah Arab
Salaf(i) kedua adalah Salaf(i) pergerakan

Dapat kita pahami bahwa secara tidak langsung kita kaum muslimin telah diadu domba.
Silahkan baca selengkapnya tulisan pada


Semoga dengan tulisan ini dapat memetakan keadaan sesungguhnya dari dunia Islam dan bagaimana kita sebaiknya bersikap.
Cukuplah Allah swt sebagai penolong kita.
Wassalam
Zon di Jonggool. Kab Bogor 16830

16 Tanggapan
pada 13 Oktober 2010 pada 1:48 pm | BalasUST.H.M,KHALIK HASIBUAN, MA
saya terkesan dengan tulisan anda, terimakasih telah beramal shalih untuk semua…



nah dari sini saya bisa simpulkan akibat dari takfiri oleh wahaby…sehingga munculah terorisme dan radikalisme yang menghalalkan darah sesama muslim………
salam kenal ya bang…




pada 14 Oktober 2010 pada 5:01 pm | BalasRico harahap
Sebagian besar tulisan di atas adalah tulisan bodoh tanpa ilmu, tulisan berdasarkan hawa nafsu saja. Yitu :
1. Silahkan anda ikuti terus istilah wahaby yg nota bene merupakan istilah yg pertama kali di ucapkan oleh kaum kuffar.
2. Buktikan bahwa kaum salafy yg di Pakistan memiliki manhaj yg sama dgn yg ada pada syaukh-syaikh di Makkah seperti Al-Bani, Sholih Utsaimin, atau siapapun jg yg anda pilih. Sementara kita masih saja terus belajar dgn mereka (syaikh2 universitas di Makkah dan Madinah). Mau dapat dari mana lagi ilmu Islam yg murni akan diperoleh umat?
3. Belajar dulu spt sy sebelum mengeluarkan pendapat mengenai para ahlus sunnah (salafy). Pelajari sedalam-dalamnya, atau sebaiknya diam.
4. Buktikan perbedaan manhaj As-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dengan manhaj Ibnu Taimiyah, 4 Imam Besar, Para Sahabat radhiallahu’anhum, dan Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam. (Anda telah menyampaikan surat terbuka ini, berarti anda yg bertanggung-jawab didunia dan nanti di-akhirat utk menjawabnya).
5. Buktikan semua diatas dengan ilmu, jangan dgn hawa nafsu.
6. Insya Allah, ke-5 point diatas dalam rangka nasihat kpd antum utk tdk membabi buta dlm urusan sesama muslim.
7. Barokollohu fiika….



pada 14 Oktober 2010 pada 6:54 pm | Balasmutiarazuhud
Mohon maaf, apakah ada yang salah dengan mengidentifikasikan saudara-saudara muslim yang menisbatkan dengan Salafush Sholeh dan berdampingan dengan dinasti Saudi sebagai Wahabi ?
Kita paham bahwa banyak sekali muslim yang menisbatkan kepada Salafush Sholeh dan kita tahu untuk yang di wilayah kerajaan Arab Saudi adalah saudara-saudara kita yang anti dengan kelompok/hizbiyyah, karena dengan pemahaman mereka hanya satu umaro / amir / pemimpin di suatu wilayah yakni dinasti Saudi.
Sedangkan sebagian saudara-saudara muslim lainnya di belahan bumi lain yang juga menisbatkan kepada Salafush Sholeh namun mereka berdakwah dengan “pergerakan” atau kelompok atau jama’atul minal muslimin yang disebut oleh kaum Wahabi terhadap mereka adalah hizbiyyun / hizbiyyah. Salah satu motor penggeraknya adalah Sayyid Quthb.
Silahkan baca tulisan yang lain pada

Wassalammualaikum Wr Wb.



Assalamualaikum
beberapa hal yang hendaknya saudaraku mutiara zuhud pertimbangkan dalam tulisan di atas :
1) Cenderung menilai manhaj salaf dari person, organisasi, dan negara yang menisbatkan diri pada manhaj itu. Mereka adalah saudara-saudara kita yang berusaha menempuh manhaj salaf. Dalam perjalanannya bisa benar bisa salah, mereka bukan pribadi yang ma’shum saudaraku. Coba seandainya islam dinilai dari negara indonesia, dinilai dari diri kita sendiri yang banyak akhlak dan perbuatan tercelanya? Tentunya akan buruk gambaran islam jadinya.
Bila saudaraku ingin menilai manhaj salaf alangkah bagusnya bila saudaraku menilainya dari kitab-kitab karangan ulama’ kibar (baik yang mutaqaddimin maupun yang mutaakhirin) yang dijadikan rujukan oleh mereka mereka.

2)Bedakan saudaraku,
antara memvonis perbuatan seseorang kafir dan mengkafirkan orangnya
antara memvonis pemahaman seseorang itu sesat dan menganggap sesat orangnya
antara membenci perbuatan dan membenci orangnya
Takfir adalah perkara syariat yang konsekwensinya sangat besar, demikian juga vonis bid’ah dan mubtadi’. Lihatlah kitab-kitab karangan mereka, ulama’-ulama’ mereka, jangan mencukupkan diri dengan menukil dari sumber yang tidak jelas, dari qiila wa qaala.

3) Tentang tulisan antum “siapakah wahabi’?
Anda perlu banyak membaca biografi Syaikh Muhammad bin Abdul wahhab. Dan untuk mendapatkan gambaran yang objektif, tentunya antum juga harus membaca biografi dari kitab-kitab kalangan mereka yang anda sebut wahhabi. Jauhkan fanatisme, ta’ashub, insyaallah anda akan menemukan kebenaran.
Ustadz Abu Qatadah (pengasuh ma’had ihya’ussunnah tasikmalaya) dalam suatu daurah di masjid senayan pernah mengajak orang-orang yang menuduh syaikh muhammad bin abdulwahhab membawa pemahaman baru, untuk menunjukkan satu saja perkataan syaikh muhammad bin abdulwahhab yang tidak didahului oleh ulama’-ulama’ sebelum beliau. Silahkan anda penuhi ajakan ustadz tersebut bila klaim anda benar.

Dan saran saya, dari seorang faqir yang banyak dosanya dan sedikit amalnya : Bila tulisan-tulisan antum, antum niatkan untuk dakwah ilal haqq, demi menggapai ridlho ilahy, hendaknya antum bantah hujjah-hujjah wahhaby (yang berupa alquran, sunnah dan pendapat ulama) dengan hujjah-hujjah antum dari alquran, sunnah, dan pendapat ulama’.



pada 6 Januari 2011 pada 4:35 pm | Balasmutiarazuhud
Walaikumsalam
Wahabi atau Salafi terlahir dari keinginan menisbatkan kepada Salafush Sholeh namun sebenarnya mereka adalah saudara-saudara muslim kita yang hendak “membuka” pintu ijtihad sedangkan mereka sendiri belumlah mencapai tingkat imam mujtahid.
Hasilnya adalah perbedaan pemahaman yang kadang menimbulkan perselisihan sampai berlepas diri bahkan saling mentakfirkan diantara yang menisbatkan pada salafush sholeh sendiri.
Perhatikanlah pada

Coba kita ambil secuplik pemahaman diantara mereka
Pada malam berikutnya berkumpullah di rumah As-Syaikh Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Aqil kurang lebih lima belas orang mahasiswa dan beberapa ikhwan Salafiyyin Indonesia.
Di majlis yang moderatornya As-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Aqil itu terjadi perdebatan yang seru tentang berbagai masalah berkenaan dengan tindakan saya yang dinilai salah oleh para mahasiswa itu.
Dan yang paling seru pembahasannya ialah perkara kehadiran saya di majlis dzikir Arifin Ilham
Dalam majlis itu saya kemukakan alasan saya menghadiri majlis dzikir itu, yaitu karena saya yakin bahwa dzikir bersama itu bukanlah bid’ah dan saya hadir di sana adalah dalam rangka menyampaikan ceramah berkenaan dengan ilmu serta seruan saya kepada yang hadir untuk mempelajari serta mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, kemudian meninggalkan syirik dan bid’ah.
Mereka yang hadir (majlis di rumah Syaikh Muhammad) meyakini bahwa dzikir bersama itu adalah bid’ah sebagaimana pendapat Al-Imam As-Syatibi.
Saya mengemukakan kepada mereka dalil-dalil dari As-Sunnah An-Nabawiyah berkenaan dengan dzikir bersama serta keterangan para Ulama’ Ahlus Sunnah wal Jamaah terhadap dalil-dalil tersebut.
Akhirnya As-Syaikh Muhammad menyimpulkan bahwa masalah tersebut perlu dipelajari lagi lebih serius.
Namun permasalahan kehadiran saya di majlis dzikirnya Arifin Ilham itu dinilai oleh para hadirin, lebih banyak merugikannya dari pada menguntungkan untuk kepentingan Da’wah Salafiyah.
Karena di sana saya ditampilkan duduk dengan para musuh Da’wah Salafiyyah seperti hizbiyyin dan quburiyyin. Yang demikian ini dikuatirkan akan mengesankan bahwa kita harus bersatu dengan hizbiyyin dan quburiyyin.
Padahal Da’wah Salafiyyah sangat menentang hizbiyyah dan segala bentuk penyembahan quburan yang dikeramatkan. Maka dalam hal pandangan mafsadah (kerusakan) yang ditimbulkan oleh kehadiran saya di majlis itu, saya setuju dengan segenap yang hadir di rumah As-Syaikh Muhammad, dan saya nyatakan bahwa Ja’far Umar Thalib tidak sepantasnya untuk mendatangi majlis dzikir Arifin Ilham meskipun untuk berceramah padanya.
Maka dengan tulisan ini sekaligus saya nyatakan bahwa mulai sekarang Ja’far Umar Thalib tidak akan hadir di majlis dzikir Arifin Ilham dan sekaligus juga Ja’far Umar Thalib menyatakan keluar dari Dewan Syari’ah Majlis Adz-Dzikra Arifin Ilham.
Dalam majlis tersebut dapat kita pahami bahwa belum ada kesimpulan tentang majlis dzikir Arifin Ilham di antara para Salafiyyin.
Sehingga yang semula kesalahan ust JUT menghadiri majelis dzikir yang merupakan perbuatan bid’ah berubah hanya dikarenakan majlis dzikir tersebut dihadiri oleh saudara-saudara muslim kita yang para Salafiyyin memanggilnya dengan panggilan hizbiyyin dan quburiyyin (penyembah kuburan).
Innalillahi wainnailaihi roji’un.

Mengapakah mereka gemar memanggil saudara-saudara muslim yang berbeda pemahaman/ijtihad terhadap Al-Qur’an dan Hadits dengan pangilan yang buruk ?
Apakah perilaku seperti itu dicontohkan oleh para Salafush Sholeh ?
Apakah benar saudara-saudara muslim kita yang telah bersyahadat dan berulang-ulang membaca firman Allah yang artinya “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (QS Al Fatihah [1]:5) itu menyembah kuburan ?
Mengapakah saudara-saudara muslim kita menjalankan sunnah Rasulullah untuk ziarah kubur namun dipahami oleh Salafiyyin sebagai menyembah kuburan ?
Dilain kesempatan, para Salafiyyin ada pula memanggil saudara muslim lainnya sebagai ahlul bid’ah berlandaskan apa yang mereka pahami.
Dapatkah para Salafiyyin menghargai adanya pemahaman/ijtihad lain selain pemahaman mereka sendiri ?
Perilaku memanggil dengan julukan yang buruk dan tidak menghargai pemahaman/ijtihad muslim lainnya merupakan output/keluaran dari pemahaman para Salafiyyin.
Apakah perilaku seperti itu sesuai dengan menisbatkan kepada para Salafush Sholeh
Kita sebaiknya ikhlas dan menyadari bahwa ada ragam pemahaman/ijtihad terhadap Al-Qur’an dan Hadits.
Kita boleh mengikuti salah satu diantaranya dan bertanggung jawab atas pilihan itu.
Namun marilah selalu periksa apakah dengan pemahaman/ijtihad yang kita ikuti telah mengantarkan ke dalam perjalanan menuju muslim yang sholeh sebagaimana Salafush Sholeh , muslim yang baik (ihsan) atau muhsin/muhsinin ?
Kadang kita terlampau disibukkan dengan cara, alat, “kendaraan”, sehingga melupakan tujuan sebenarnya sehingga secara tidak sadari malahan bisa melupakan Allah karena terlampau sibuk dengan selain Dia , sehingga tidak lagi dapat merasakan bahwa Allah itu dekat sebagaimana yang Dia sampaikan.
Kami berulang kali sampaikan bahwa silahkan memilih dan mengikuti metode/cara pemahaman apapun terhadap Al-Qur’an dan Hadits , namun marilah selalu periksa apakah sudah dalam jalan yang mengantarkan kepada tujuan ?
Rasululllah bersabda
إنما بعثت لأتم صالح الاخلق
“Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).
Hadis dari Anas dia menyatakan:
كان احسن الناس خلقا
“Nabi SAW. adalah manusia dengan akhlak yang terbaik”. (HR: Muslim dan Abu Dawud).
Allah sendiri memuji akhlak Rasulullah SAW dengan menyebut:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Al-Qalam: 4)
Bagaimana akhlak kita sebagai manusia yang mengaku sebagai hamba Allah dengan Tuhannya. Kita mengaku sebagai hamba Allah, lalu bagaimana kita harus berperilaku/berakhlak ?
Bagaimana akhlak kita sebagai manusia yang merupakan ciptaanNya dengan ciptaanNya yang lain, termasuk kepada sesama manusia ?
Bagaimana kita mencapai muslim yang berakhlak baik terhadap Allah yang menciptakan kita?
Pertanyaan-pertanyaan diatas sama sekali tidak dapat dijawab hanya dengan pengetahuan, pemahaman atau dengan ilmu namun dengan amal atau perbuatan.
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain adalah
- mengenal diri
- mengenal ciptaanNya
- mengenal Allah (ma’rifatullah)
- pembersihan diri (taubat)
- tazkiyatun nafs
- khauf (takut), raja’ (harap) , qanaah, ikhlas, ridho
- mengikuti sunnah Rasulullah agar kita dicintai Allah ta’ala, zuhud lah !
- dll

Awalluddin ma’rifatullah
Awal dari agama adalah mengenal Allah (ma’rifatullah)

Man ‘Arafa Nafsahu Faqad ‘Arafa Rabbahu
Siapa yang kenal dirinya akan Mengenal Allah (ma’rifatullah)

Firman Allah Taala :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?“ (QS. Fush Shilat [41]:53 )
Semua langkah-langkah itu dapat dilakukan dengan mengamalkan tasawuf dalam Islam.
Ini adalah sebagian inti dari nasehat imam Sayyidina Ali ra, silahkan bacahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/11/04/nasehat-sayyidina-ali-ra/
Pada mulanya aku hanya ingin mengajarimu Kitab Suci, secara mendalam, mengerti seluk-beluk (tafsir dan takwil)nya, membekalimu dengan pengetahuan yang lengkap tentang perintah dan larangan-Nya (hukum-hukum dan syariat-Nya) serta halal dan haramnya.
Kemudian aku khawatir engkau dibingungkan oleh hal-hal yang diperselisihkan di antara manusia, akibat perbedaaan pandangan di antara mereka dan diperburuk oleh cara berpikir yang kacau, cara hidup yang penuh dosa, egoisme dan kecenderungan hawa nafsu mereka, sebagaimana membingungkan mereka yang berselisih itu sendiri.
Oleh karena itu, kutuliskan, dalam nasihatku ini,prinsip-prinsip dasar dari keutamaan, kemuliaan, kesalehan, kebenaran dan keadilan.

Mungkin berat terasa olehmu, tetapi lebih baik membekali engkau dengan pengetahuan ini daripada membiarkanmu tanpa pertahanan berhadapan dengan dunia yang penuh dengan bahaya kehancuran dan kebinasaan.
Karena engkau adalah pemuda yang saleh dan bertaqwa, aku yakin engkau akan mendapatkan bimbingan dan pertolongan ilahi (taufik dan hidayah-Nya) dalam mencapai tujuanmu.
Aku ingin engkau berjanji pada dirimu untuk bersungguh-sungguh mengikuti nasihatku ini.
Apa yang dikhawatirkan oleh imam Sayyidina Ali ra (lihat bagian yang di-bold/tebalkan dengan warna biru) adalah hal yang terjadi pula pada zaman kita sekarang.
Dari nasehat diatas (lihat bagian yang di-bold/tebalkan dengan warna hijau), dapat kita ketahui tujuan kita sebagai hamba Allah, jadilah muslim yang shaleh dan bertaqwa sehingga mendapatkan taufik dan hidayahNya agar sampai kepada Allah ta’ala.
Ilahi Anta Maqsudi Waridhoka Matlubi
Tuhan hanya Engkaulah yang kumaksud/kutuju dan ridhoMu yang kuharap

Janji Allah ta’ala kepada muslim yang shaleh dan bertaqwa adalah masuk surga tanpa dihisab
Sebagaimana firmanNya yang artinya,
“….Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab. (QS Al Mu’min [40]:40 )

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”. (QS An Nisaa’ [4]:124
Marilah kita perbaiki tujuan hidup kita, bahwa masuk surga bukanlah tujuan atau yang kita upayakan (dengan kitab, dengan ilmu, dengan amal), karena masuk surga bukan semata-mata hasil dari yang kita upayakan namun semua itu dikarenakan keridhoan Allah semata. Surga adalah cipatanNya, jika kita hanya “memandang” pada ciptaanNya maka kita bisa jadi termasuk yang berpaling dariNya.
Allah ta’ala lah tujuan hidup kita, kepadaNya lah kita kembali.
Wassalam
Silahkan baca tulisan terkait




menopang aja dari salafy



lebih rinci
Terorisme, Wahabi dan Jihad Islam



pada 25 Januari 2011 pada 4:19 pm | Balasabu muhammad
yang terbaik adalah tidak bicara, jika tidak faham.



Setuju! sebaiknya para wahabi itu tidak asal bicara, menuduh hizbiyyun, quburiyyun jika tidak faham!



Setelah membaca habis tulisan di atas, akhirnya saya simpulkan : Apapun makanannya, minumnya teteup teh botol. Kaum salafi terus menvonis, kaum Islam lain terus2an tak terima. Wahabi pun terus punya seribu kata bantahan. Kok mirip pengacara aja jadinya. Bantah2an itu tidak pernah berujung.
Ya udah lah, masing2 jalan sendiri2 aja jangan dipaksain. Abis waktu mikirin yang kaya begini terus, kurus kering badanmu dibuatknya. Ya tapi kalo wahabi senengnya konflik antar muslim terus, ya mantab lah kaum muslim karena makin kacau tuh Islam.

Pesan saya, jangan menyiarkan paham pada kaum muslim lain yang udah punya paham islamnya sendiri. Nanti gelut terus bang. Mending mikir gimana caranya memajukan islam, masyarakat muslim dan peradaban dunia. Kerja..kerja..kerja, ojo gelut maning



Kerja…kerja…kerja. Ojo gelut kabeh, ruepoot
Perbedaan adalah rahmat Allah, ocaay?




Wahai pemilik blog mutiarazuhud ini dan yang sepaham dengannya berhati-hatilah terhadap perbuatan kalian karena akibat dari perkataan dan tulisanmu akan berdampak serius bagi diri kalian, jika engkau mengajarkan kesesatan, maka engkau akan mendapat dosa dari perbuatanmu dan dosa orang yang mengikutimu tanpa mengurangi dosa orang yang sesat setelah mengikuti kesesatanmu. Jika demikian bertaubatlah, semoga Allah ta’ala selalu memberi hidayah kepada kita sekalian, amin.
(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.( QS. An-Nahl : 25 )
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. ( QS. Luqman : 6 )
Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan dan Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan. ( QS. Al-Anbyaa’ : 110 )
Seseorang bertanya kepada Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wassalam : Orang Islam manakah yang paling baik ? Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wassalam menjawab : Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. ( Shahih Muslim No.57 )
Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” ( HR. Bukhari )
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.
( HR. Bukhari )

Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluan) niscaya aku menjamin baginya surga. ( HR. Bukhari )
Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wassalam ditanya tentang sebab-sebab paling banyak yang memasukkan manusia ke surga. Beliau Sholallohu ‘alaihi wassalam menjawab, “Ketaqwaan kepada Allah dan akhlak yang baik.” Beliau ditanya lagi, “Apa penyebab banyaknya manusia masuk neraka?” Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wassalam menjawab, “Mulut dan kemaluan.” ( HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban )
Sifat malu adalah dari iman dan keimanan itu di surga, sedangkan perkataan busuk adalah kebengisan tabi’at dan kebengisan tabi’at di neraka. ( HR. Bukhari dan Tirmidzi )
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, ( Qs. Al-Mu’minun ; 1-3 )
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil”. ( Qs. Al-Qashas : 55 )



Mas Haqqul Yaqin, tulisan di atas kami hanya sekedar menyampaikan apa yang mereka sampaikan.



haqul yakin pernyataan nt juga berlaku untuk nt pribadi ………



pening rasanya membaca statement orang2 wahabi salafi yang mudah mensesatkan kelompok lain seolah surga hanya milik kelompok salafi semata yang lain tidak
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar