Pujian Bagi Rasulullah

Kesalahpahaman tentang hadits, “Jangan puji aku secara berlebihan
Saya sependapat bahwa pujian bagi Rasulullah saw tidak ada batasnya asalkan tidak  menjadikan Beliau sebagai anak Tuhan sebagaimana kesesatan umat Nashrani.
Pujian bagi Rasulullah tidak ada batas, berapapun pujian yang dihaturkan manusia maka Allah ta’ala akan membalas sepuluh kali
Dari Abdurrahman Bin Auf RA berkata : Aku telah melihat Nabi SAW bersujud sekali yang lama, kemudian beliau mengangkat kepala beliau, maka aku bertanya kepada beliau tentang hal tersebut maka beliau menjawab “Sesungguhnya jibril AS menemuiku dan berkata : Sesungguhnya barang siapa yang bersholawat atasmu Muhammad maka Allah bersholawat atasnya, dan barang siapa yang bersalam atasmu, maka Allah bersalam keatasnya, Nabi bersabda : Berapakah jumlahnya, Jibrill menjawab : sepuluh, maka nabi melanjutkan bersabda “Maka aku bersujud kepada Allah Azza Wajalla sebagai rasa Syukur (Sujud syukur)” (Dikeluarkan dari Ibn Abi ‘Ashim dan ismail)
Dari Hibban ibnu Munkidz RA bahwasanya terdapat seorang laki2 berkata kepada Rosulullah SAW : Wahai Rosulullah SAW apakah aku boleh bersholawat atasmu tiga kali? Baginda Rosul SAW menjawab: “Iya jika engkau menginginkannya” kemudian pemuda itu bertanya kembali: Jikalau Tiga puluh (30)? maka Baginda menjawab ” Iya”, maka pemuda itu berkata : maka aku akan bersholawat kepadamu semuanya (yaitu 3 ditambah 30), maka Baginda Rosul SAW menjawab : Maka, allah akan mencukupkan apa yang menjadi kepentinganmu dari perkara dunia dan akhiratmu” (HR. Thabrani dalam Mu’jamah Al-Kabir)
Tulisan untuk kesalahpahaman  kali ini, saya mengambil secara keseluruhan tulisan dari
Tulisan yang sangat baik dan semoga penulisnya mendapatkan rahmat dari Allah ta’ala.
Marilah kita simak pahami tulisan beliau
Sering kita mendengar propaganda yang melarang umat Islam memuji Nabi Muhammad saw. Di antara ucapan mereka yang tidak suka dengan amalan kita adalah, “Kita umat Islam tidak boleh mengkultuskan Rasulullah, tidak boleh memuji dan menyanjungnya secara berlebihan. Karena perbuatan itu merupakan bentuk kemusyrikan.

Mereka berpendapat seperti itu karena melihat hadist hanya sekilas teks sehingga terjadi pemahaman yang salah tentang itu. Rasulullah bersabda:
“Jangan memujiku secara berlebihan seperti kaum Nasrani yang memuji Isa putera Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya, maka ucapkanlah, “Hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari dan Ahmad).

Dari ucapan itu kita memahami, kalau memuji Rasul itu menurut mereka adalah mengkultuskan atau mendewakan Rasulullah saw. Sehingga mereka menganggap memuji-muji beliau (yang menurut mereka berlebihan) adalah termasuk musyrik.
Ini adalah tuduhan keji dan fitnah yang berat bagi para pecinta Nabi Muhammad saw. Orang-orang itu tidak mengetahui makna dan tujuan hadist, sehingga pemahamannya salah.

Para ulama di dalam berbagai kitabnya telah menjelaskan makna hadist itu dengan gamblang. Dalam hadist tersebut Rasulullah saw tidak pernah melarang umatnya untuk memujinya dalam bentuk apapun.
Yang dilarang adalah pujian yg seperti dilakukan oleh Umat Nasrani kepada Nabi Isa bin Maryam, yaitu menjadikan beliau sebagai anak Tuhan.
Inilah yang dimaksud dengan pujian berlebihan yang menjadikan musyrik, bukan pujian-pujian yang seperti biasa kita dengarkan dalam acara maulid Nabi Muhammad saw.

Dan hadist di atas, juga tidak boleh dipotong seenaknya sehingga membuat maksud dan tujuan hadist itu salah. Karena jika kita memotong hadist itu dengan hanya berkata “Nabi bersabda: “Jangan puji aku secara berlebihan”, maka makna dan tujuan dari hadist itu menjadi kacau.
Karena dari hadist itu sebenarnya yang dilarang oleh Rasulullah saw itu bukan pujiannya terhadap beliau, tetapi adalah menjadikan beliau sebagai “anak Tuhan”, seperti yang dilakukan oleh orang nasrani terhadap Nabi Isa as.
Dan sejak larangan Nabi itu disampaikan hingga saat ini, tidak pernah ada seorangpun dari kalangan umat Islam yang memuji Rasulullah saw melebihi batasannya sebagai manusia.
Sehingga benarlah apa yang disampaikan Imam Bushiri di dalam syair Burdahnya:
“Tinggalkan pengakuan orang Nasrani atas Nabi mereka… Pujilah beliau (saw) sesukamu dengan sempurna… Sandarkanlah segala kemuliaan untuk dirinya… Dan nisbahkanlah sesukamu segala keagungan untuk kemuliaannya…
Karena sesungguhnya kemuliaan Rasulullah tidak ada batasnya… Sehingga takkan ada lisan yang mampu mengungkapkan kemuliaannya itu…
maka berfikirlah , fahamilah .. jangan menelan sebuah faham yang datang dari ustadz-ustaz jahil ..
( anak-anak ALBAYAN )


3 Tanggapan

Mazlan Salim
Assalamu’alaikum…
Satu hal yg menarik kalau kita mengamati ayat2 yg mengandung pujian terhadap Rasulullah bahwa pujian itu tidak terlepas dari misi risalah dan uswah yg diemban oleh Rasulullah. Ketika Allah memujinya dengan khuluqin azhiim, atau ‘aziizun alaihi ma anittum hariishun alaikum …dst…tidak lah terlepas dari pesan bahwa kita sebagai umat dituntut meneladani sifat2 itu.
Jadi, terlepas dari apakah boleh atau tidak boleh memuji Rasulullah, yg jelas Rasulullah tidak menginginkan itu semua dari kita. Sebagai tanda cinta kita, bukan pujian yg diharapkan, tetapi ketaatan kita kepada sunnahnya dlm rangka cinta kita kpd Allah (qul in kuntum tuhibbuunallaaha fattabi’uuni…) dan doa kita selalu untuknya agar Allah merahmatinya/sholawat (innallaaha wa malaaikatahu…..).
Wassalam.




mutiarazuhud
Walaikumsalam
Batasan memuji Rasulullah yang tidak diperbolehkan adalah memuji seperti kaum Nasrani yang menjadikan Nabi Isa as sebagai anak Tuhan.

Rasulullah adalah manusia yang paling agung dan mulia untuk tingkatan manusia. Manusia yang paling mulia adalah yang paling taqwa dan tentu Rasulullah adalah yang paling taqwa di antara manusia.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu“. (QS Hujurat [49]:13 )

Cara memuji Rasulullah hanyalah dengan bersholawat. Sholawat merupakan bentuk pengakuan rasa cinta kita kepada Rasulullah. Kita sebaiknya mengaku cinta dahulu kepada beliau maka akan terasa ringan untuk mengikuti sunnah Rasulullah.
Syahadat merupakan pengakuan yang harus dilakukan di awal, baru kemudian diikuti dengan pembuktian pengakuan dalam bentuk mengerjakan sholat, zakat, puasa dan berhaji bila mampu. Tanpa pengakuan maka ibadah yang lain akan sia-sia.
Sholawat merupakan pengakuan cinta kepada Rasulullah yang harus dilakukan di awal baru, baru kemudian dibuktikan dengan mengikuti sunnah Rasulullah.
Muslim menikah, akad dahulu baru dihalalkan segala perbuatan suami-istri.
Umumnya kaum muslim tidak menyadari bahwa ketika berdoa, dianjurkan terlebih dahulu bersholawat agar doa kita sampai kepada Allah Azza wa Jalla. Itulah adalah bagian adab berdoa atau bertawasul
Anas bin Malik r.a meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tiada doa kecuali terdapat hijab di antaranya dengan di antara langit, hingga bershalawat atas Nabi SAW, maka apabila dibacakan shalawat Nabi, terbukalah hijab dan diterimalah doa tersebut, namun jika tidak demikian, kembalilah doa itu kepada pemohonnya“.

Rasa cinta yang mengantarkan doa agar sampai kepada Allah Azza wa Jalla.
Syahadat pun hakikatnya adalah rasa cinta kepada Allah ta’ala. Engkaulah segala-galanya, tiada yang lain selain Engkau, Engkau adalah satu-satunya bagi kami, Engkaulah yang membuat kami bahagia.
Wassalam

mahmud abu zamzam
bagimu agamamu, bagiku agamaku, toh umat muslim jg memuji nabi Muhammad sbg pengantin Allah, jgn ada iri di hati yayaya.
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar