Menjadi Fitnah

Bisa menjadi fitnah siapa yg mengaku-aku berpemahaman sesuai dengan pemahaman Salafush Sholeh
Dalam sebuah forum diskusi, ada peserta diskusi menanyakan sanad ilmu kami.
Kami tidak dapat menyampaikan sanad ilmu, karena kami menyadari bahwa kami belum ada apa-apanya dibandingkan guru atau ulama atau syaikh sebelum kami. Juga kami menghindari fitnah terhadap guru/ulama/syaikh di atas kami kalau-kalau khalayak ramai menemukan ketidaksesuaian pemahaman dengan guru/ulama/syaikh di atas kami.

Sebaiknya perhatikanlah saja apa yang kami sampaikan dan tidak berupaya melihat siapa kami atau menilai/menghukum pribadi kami (adhominem).

Kata orang bijak “Dengarkan lagunya dan jangan terbius figur siapa penyanyinya,”
Sebaiknya kita menyampaikan sanad ilmu kalau memang kita sudah sangat berkompeten atau ada banyak kesesuaian dengan guru/ulama/syaikh di atas kita.
Oleh karenanya kami lebih baik menyampaikan bahwa apa yang kami sampaikan adalah apa yang kami pahami.
Kalaupun kita hendak menyampaikan siapa guru/ulama kita , cukup sampaikan perkataan guru/ulama kita , persis sama dengan apa yang mereka katakan tanpa upaya penafsiran. Selebihnya adalah pemahaman kita sendiri.
Sesungguhnya sebagian syaikh/ulama/ustadz yang mengaku-aku bahwa pemahaman mereka sesuai dengan pemahaman Salafush Sholeh bisa menjadi fitnah bagi Salafush Sholeh.
Mereka mengaku menisbatkan diri kepada Salafush Sholeh namun kenyataan yang ada, kami temukan adanya kesalahpahaman-kesalahpahaman sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam blog kami. Silahkan lihat daftar tulisan dalam blog kami pada lajur/sisi paling kanan dengan judul “Kesalahpahaman” di bawah “Tulisan Teratas”
Kesalahpahaman adalah salah menurut apa yang kami pahami. Lebih tepatnya disebut sebagai kebedapahaman artinya beda menurut apa yang kami pahami.
Pada hakikatnya kita sebaiknya tidak mengatakan itu salah , itu benar, karena dalam upaya pemahaman (ijitihad) sangat mungkin terjadi bahwa pendapat teman diskusi kita benar dan pendapat kita salah atau sebaliknya. Yang pasti benar hanyalah firman Allah Azza wa Jalla dan perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Jadi boleh kami simpulkan, maaf, bahwa sesungguhnya mereka yang menisbatkan diri pada Salafush Sholeh, pada kenyataannya sebagian mereka menjadi merupakan fitnah terhadap Salafush Sholeh jika pemahaman/pendapat mereka tidak sesuai dengan pendapat/pemamahan Salafush Sholeh sebenarnya.
Begitupula , maaf, kita sebaiknya tidak mempergunakan id / nick name seperti sahabat atau salafi kalau pada kenyataannya pernyataan / pendapat yang disampaikan, bisa ada yang tidak sesuai dengan pendapat Sahabat atau Salafi yang sebenarnya yakni Salafush Sholeh. Jadi tanpa disadari telah memfitnah Sahabat ataupun Salafush Sholeh.
Sebagaimana yang kata bijak yang kami sampaikan sebelumnya yakni “Dengarkan lagunya dan jangan terbius figur siapa penyanyinya,”
Maka kita sebaiknya menyimak/memperhatikan apa pendapat/perkataan mereka jangan terbius bahwa mereka adalah yang menisbatkan kepada Salafush Sholeh
Salafush sholeh adalah Salafush baik atau Salafush Ihsan atau sebagain mereka pada tingkat muslim yang dapat melihat Allah Azza wa Jalla dengan hati / hakikat keimananan dan sebagian lainnya lagi adalah mereka yang selalu yakin bahwa Allah Azza wa Jalla selalu melihat mereka. Kalau mereka membuat sebuah kesalahan maka mereka menyegerakan memohon ampunan kepada Allah Azza wa Jalla karena mereka tidak ma’sum sebagaimana tauladan mereka yakni baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Salafush sholeh, mereka bukan sekedar mentaati sunnah Rasulullah namun mereka mempunyai ikatan bathin atau ikatan hati dengan Rasulullah, mereka mengagungkan dan memuliakan Rasulullah dan tidak menganggap Rasulullah sebagai manusia biasa yang bedanya cuma menerima wahyu.
Mereka merasakan bahwa Rasulullah hidup di sisi Allah Azza wa Jalla sebagaimana mereka memandang para Syuhada sebagaimana apa yang disampaikan oleh Allah Azza wa Jalla dalam firmanNya yanga artinya

”Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (syuhada), (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS Al Baqarah [2]: 154 )
”Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah (syuhada) itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS Ali Imran [3]: 169)
Bagaimana kita dapat me-rasa-kan bahwa Rasulullah hidup disisi Allah Azza wa Jalla, tidak ada jalan selain kita berupaya menempuh jalan orang-orang yang telah diberi ni’mat yakni apa yang telah “dijalani” Rasulullah, para Nabi, para Shiddiqin, para Syuhada atau para Sholihin (orang-orang sholeh).
Jalan itu tidak lain adalah perjalanan dengan Tasawuf atau perjalanan Ihsan atau perjalanan Akhlakul Kharimah atau perjalanan orang-orang sholeh atau perjalanan para Sufi atau perjalanan para Wali Allah.
“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS Al Fatihah [1]: 6 )
“(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS Al Fatihah [1]:7 )

“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An Nisaa [4]: 69 )
Marilah kita ikuti perintah Allah Azza wa Jalla, jika kita ridho sebagai hamba Allah.
Berjihadlah pada jalan-Nya, istiqomah pada jalan-Nya agar kita mendapat keberuntungan atau mendapatkan akhir yang paling baik, berkumpul dengan Rasulullah, para Nabi, para Shiddiqin, para Syuhada dan para Sholihin. Inilah yang dimaksud mereka yang telah sampai pada Allah Azza wa Jalla.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan” (QS Al Maa’idah [5]: 35 )”
Kalau pembaca sudah berkeinginan untuk mendalami dan menjalankan Tasawuf maka ikutilah apa yang kami sampaikan dalamhttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/21/tips-bertasawuf/
Belilah semua buku yang kami sarakan dalam Tips Bertawasuf, kalau di toko buku Jakarta, biayanya tidak melebih 300 ribu rupiah. Namun dengan investasi senilai itu dan meluangkan waktu untuk membaca dan memahami buku-buku tersebut, kami yakin insyaallah antum sekalian akan mengalami perubahan dalam hidup karena dengan membaca buku-buku karya ulama tasawuf seperti Syaikh Abdul Qadir Jailani ~rahimullah, Syaikh Ibnu Athoillah ~rahimullah dan ulama tasawuf lainnya adalah termasuk bergaul dengan orang-orang Sholeh,orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah Azza wa Jalla.
Ilahi Anta Maqsudi Waridhoka Matlubi
Tuhan hanya Engkaulah yang kumaksud dan ridhoMu yang kuharap

Semoga Allah Azza wa Jalla meridhoi kita untuk bisa berkumpul dengan Rasulullah, para Nabi, para Shiddiqin, para Syuhada dan para Sholihin,  mereka yang  hidup di sisi Allah Azza wa Jalla.
Amin ya Robbal alamin


Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor

4 Tanggapan
assalamualaikum wr wb.
mohon izin copas artikel.
syukron.




pada 25 Februari 2011 pada 7:47 am | Balasmutiarazuhud
Walaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, silahkan disyiarkan segala artikel di blog ini tentu dengan mencantumkan sumbernya.
Terima kasih

Wassalam



izin copas



pada 28 Februari 2011 pada 7:57 am | Balasmutiarazuhud
Alhamdulillah, silahkan copas tulisan kami yang manapun asalkan tetap menyebutkan sumbernya. Begitulah etika di dunia maya/internet. Di dunia maya/internet pada hakikatnya tidak dikenali lagi hak cipta karena pada hakikatnya kita tidak sanggup mencipta sesuatu tanpa kehendak Allah Azza wa Jalla. Tulisan kita, pada hakikatnya bukanlah milik kita namun nama kita atau sumber tulisan bolehlah terus mengikuti sebuah tulisan kemanapun sampainya.
Kami telah mengunjungi blog antum. Alhamdulillah ada dimuat beberapa riwayat orang-orang sholeh kita terdahulu. Dengan mengetahui riwayat orang-orang sholeh dan memahami pendapat mereka apalagi mengikuti nasehat mereka maka pada hakikatnya kita bergaul dengan orang-orang sholeh. Bergaul dengan orang sholeh artinya kita mengikuti nasehat Wali Songo dalam “obat hati” atau “tombo ati” agar kita bergaul dengan orang-orang sholeh.
Bergaul dengan orang-orang sholeh berarti kita mengikuti jalan orang-orang sholeh yakni jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah diberi karunia ni’mat oleh Allah Azza wa Jalla.
Landasan kami mengatakan seperti itu adalah:
“Tunjukilah kami jalan yang lurus“, (QS Al Fatihah [1]: 6 )
“(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. “(QS Al Fatihah [1]:7 )
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An Nisaa [4]: 69 )
Wassalam
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar