Kesempatan bertaubat

Kesempatan bertaubat  atas kepemimpinan yang zalim
Pada saat ini masa kehidupan kita pada babak Mulkan Jabbariyan atau  zaman para penguasa memaksakan kehendak.  Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/08/13/mulkan-jabbariyan/
Periode kehidupan umat Islam di dunia telah digambarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam,  “Kalian akan mengalami babak Kenabian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian babak kekhalifahan mengikuti manhaj Kenabian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian babak Raja-raja yang menggigit,selama masa yang Allah kehendaki, kemudian babak para penguasa yang memaksakan kehendak selama masa yang Allah kehendaki, kemudian kalian akan mengalami babak kekhalifahan mengikuti manhaj Kenabian, kemudian Nabi diam.” (HR Ahmad)

Babak pertama, babak An-Nubuwwah (Kenabian) yakni masa ketika manhaj kenabian berlangsung
Babak kedua, babak Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang mengikuti Sistem / Metode Kenabian),
Babak ketiga, babak Mulkan ’Aadhdhon (Raja-raja yang menggigit), masa ketika raja-raja masih “mengigit” / berpegangan pada Al-Qur’an dan Hadits.
Babak ketiga yang ditandai dengan tigabelas abad masa kepemimpinan Kerajaan Daulat Bani Umayyah, kemudian Kerajaan Daulat Bani Abbasiyyah dan terakhir Kesultanan Utsmani Turki, maka selanjutnya ummat Islam memasuki babak keempat, babak Mulkan Jabbriyyan (Penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya).
Pada babak para penguasa memaksakan kehendak, kita menghadapi berbagai permasalahan dalam dunia Islam sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/08/10/permasalahan-dunia-islam/ dan  http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/08/12/kekhalifahan/
Dalam tulisan sebelumnya kami mencontohkan penguasa yang memaksakan kehendak adalah penguasa kerajaan dinasti Saudi, dimana berkehendak tidak sesuai dengan apa yang diperingatkan oleh Allah Azza wa Jalla yakni berteman dan meminta perlindungan dengan Amerika yang dibelakangnya adalah kaum Zionis Yahudi yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla.
Dalam tulisan kami padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/21/makna-terorisme/  kami telah menjelaskan peringatan Allah Azza wa Jalla agar tidak menjadikan kaum non muslim sebagai teman kepercayaan  apalagi meminta perlindungan.

Allah ta’ala telah memperingatkan dengan firmanNya yang artinya
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (Ali Imran, 119)
“Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah…” (Qs. Ali-Imran : 28)
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
Seharusnyalah Saudi Arabia menjadi pelindung bagi Muslim Palestina, Muslim Afghanistan, Muslim Irak, Muslim Pattani, Muslim Rohingya, Muslim Bosnia, Muslim Azebaijan, dan kaum Muslimin di seluruh dunia. Tapi yang terjadi dalam realitas sesungguhnya,  mungkin masih jadi pertanyaan banyak pihak. Karena harapan itu masih jauh dari kenyataan.
Penguasa kerajaan dinasti Saudi malah bekerjasama dengan Amerika (dibelakangnya kaum Zionis Yahudi) baik dalam mengelola sumber daya alam yang dikaruniakan oleh Allah Azza wa Jalla, kerjasama pertahanan  bahkan dalam menyusun kurikulum pendidikan sebagaimana yang  telah terurai dalam tulisan pada 
Penguasa kerajaan dinasti Saudi ditengarai telah memaksakan kehendak agar para ulama meninggalkan bermazhab dan diseragamkan mengikuti pemahaman Ibnu Taimiyah yang disebut sebagai Salafi namun jalur yang dipahami oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Oleh karenanya disebut sebagai Salafi Wahhabi dan disingkat Wahhabi.  Sengaja tidak dinisbatkan dengan Muhammadi agar tidak timbul kesalahpahaman di kalangan kaum muslim.

Entah bagaimana telah terjadi pemalsuan kitab-kitab karya ulama klasik sebagaimana yang terurai dalam tulisan pada
Juga banyak kitab-kitab imam mazhab yang telah ditahrif oleh mereka yang bukan pengikut mazhab.

Penguasa kerajaan dinasti Saudi juga mengundang  para pemuda-pemudi dari berbagai negara kaum muslim  untuk mengenyam pendidikan di wilayah mereka. Akhirnya tersebar luaslah paham Wahhabi yang dikatakan mereka “berada di atas manhaj Salaf” di perbagai negara. Mereka menyebarluaskan paham Wahhabi dengan nama Salafi atau dakwah Salafiyyah atau bahkan akhir-akhir ini mereka mengaku bagian dari Ahlussunnah wal Jama’ah.  Mereka tidak menyukai nama paham Wahhabi ditengarai karena riwayat yang kelam sebagaimana yang terurai pada
atau
Penyebar-luasan paham Wahhabi menimbulkan perselisihan dikarenakan pemahaman yang menyelisihi pendapat jumhur ulama yang bermazhab atau menyelisihi as-sawaad al-a’zhom (jama’ah kaum muslimin yang terbanyak). Jika kita ingin tetap termasuk Ahlussunnah wal Jama’ah maka jika terjadi perselisihan maka kita harus istiqomah pada pemahaman jumhur ulama yang bermazhab sekaligus memperhatikan sanad ilmu yang tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Hal ini telah diuraikan dalam tulisan pada
Rasulullah bersabda yang artinya, “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al a’zham).” (HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)
Adanya mazhab atau manhaj Salaf tidak pernah dikatakan oleh Rasulullah dan Salafush sholeh, hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada
Para Salafush Sholeh dan mayoritas umat muslim berupaya untuk istiqomah di atas manhaj Nabawi atau  manhaj Nubuwwah atau manhaj Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Mereka yang istiqomah pada jalan Rasulullah yakni “jalan Allah yang lurus”, jalan orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah Azza wa Jalla.

Ibnu Mas’ud meriwayatkan:
“Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, ‘Ini jalan Allah yang lurus.’ Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya. Selanjutnya beliau mem-baca firman Allah, ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (Al-An’am: 153) (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa’i)

“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS Al Fatihah [1]:6 )
” (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka….” (QS Al Fatihah [1]:7 )
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69 )

Ketika kami mencontohkan penguasa yang memaksakan kehendak adalah penguasa kerajaan dinasti Saudi, mereka beragumentasi dengan firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,
“Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (QS Al Anfal [8]:34 )
Kami tidak mengetahui, apakah mereka ingin mengatakan karena penguasa “menguasai” Masjidil Haram maka persahabatan para penguasa kerajaan dinasti Saudi dengan Amerika dapat dibenarkan karena Allah ta’ala tidak mengazab mereka ?
Perkara Allah ta’ala tidak mengazab mereka adalah kehendak Allah ta’ala semata.
Namun sungguh malang jika kita melakukan dosa besar namun Allah Azza wa Jalla membiarkan kita atau tidak mengingatkan kita karena ketidaksadaran atau ketidaktahuan tersebut membuat hilangnya kesempatan bertaubat.

***** awal kutipan *****
Jibril as berhenti melanjutkan khabar tentang pintu-pintu neraka pada pintu neraka ke tujuh, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bertanya : “Wahai Jibril, mengapa kamu berhenti bicara ? siapa penghuni neraka yang ke tujuh ?
Jibril as ; Wahai Muhammad, apakah tuan ingin tanyakan juga dan ingin mengetahui siapa penghuni neraka yang ke tujuh ?
Rasul Shallallahu alaihi wasallam ; Ya betul, saya ingin mengetahuinya
Jibril as ; Wahai Muhammad, penghuni neraka yang ketujuh adalah orang-orang yang berbuat dosa besar dari pada umat tuan, yaitu mereka yang matinya belum bertaubat.
***** akhir kutipan *****
Kepemimpinan yang zalim adalah termasuk dosa besar. Kalau saja seluruh penguasa negeri yang muslim menghentikan memperkaya Amerika dengan pengelolaan bersama sumber daya alam yang telah dikaruniakan Allah Azza wa Jalla dan menghentikan segala bentuk kerjasaama bidang ekonomi dengan Amerika atau tidak mengaitkan transaksi perdagangan luar negeri dengan mata uang dolar serta meningkatkan kerjasama pelbagai bidang dengan seluruh negara kaum muslim dengan semagat persaudaraan sesama muslim  maka dengan langkah-langkah ini insyaallah akan meruntuhkan kekuatan Amerika dalam menguasai dunia.

Amerika dan sekutunya yang mempunyai hak veto dalam majelis permusyawaratan bangsa-bangsa  pada hakikatnya mereka dapat menetapkan yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar sesuai dengan hawa nafsu mereka sendiri sebagaimana mereka dari dahulu telah berpaling dari kitab dan mengikuti ajaran paganisme peninggalan Mesir kuno yang pada hakikatnya mereka telah menjadi penyembah syaitan sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,
“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).” (QS Al Baqarah [2]: 101 )
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS Al Baqarah [2]:102 )
Pada bagian akhir tulisan kali ini, baiklah kami uraikan firman Allah ta’ala dalam (QS Al Anfal [8]:34 )

Surat Al Anfaal terdiri atas 75 ayat dan termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, karena seluruh ayat-ayatnya diturunkan di Madinah. Surat ini dinamakan Al Anfaal yang berarti harta rampasan perang berhubung kata Al Anfaal terdapat pada permulaan surat ini dan juga persoalan yang menonjol dalam surat ini ialah tentang harta rampasan perang, hukum perang dan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan pada umumnya.
Menurut riwayat Ibnu Abbas r.a. surat ini diturunkan berkenaan dengan perang Badar Kubra yang terjadi pada tahun kedua hijrah. Peperangan ini sangat penting artinya, karena dialah yang menentukan jalan sejarah Perkembangan Islam.

Asbabun Nuzul (QS Al Anfal [8]:34 )
Ibnu Abza mengatakan, bahwa setelah seluruh orang muslim hijrah ke Madinah. Allah Azza wa Jalla menurunkan permulaan ayat ini, “Mengapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam”. Sesudah itu Allah Azza wa Jalla mengizinkan mereka untuk membebaskan kota Mekkah (HR Ibnu Jarir)
Surat (QS Al Anfal [8]: 34) sebaiknya tidak di pahami dengan satu ayat saja sebagaimana kebiasaan mereka dengan metodologi “terjemahkan saja” atau pemahaman secara harfiah atau secara apa yang tertulis atau tersurat.  Metodologi ini telah kami sampaikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/05/2011/02/02/terjemahkan-saja/
Ayat ini terkait dengan ayat sebelumnya sebaiknya mulai dari (QS Al Anfal [8]: 32)

Berikut terjemahan mulai Al Anfal [8]: 32 s/d 34
“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata : “Ya Allah, jika betul (Al Qur’an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih“. ( QS Al Anfal [8]:32 )
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” (QS Al Anfal [8]:33 )
“Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui“. (QS Al Anfal [8]:34 )
Berikut uraian ahli tafsir mulai Al Anfal [8]: 32 s/d 34

(QS Al Anfal [8]:32 )
Kemudian daripada itu Allah Subhanahu wa Ta’ala. mengingatkan kepada orang-orang mukmin tentang suatu peristiwa, di mana orang-orang kafir Quraisy menentang Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. bahwa apabila benar Alquran yang disebarluaskan oleh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam itu betul-betul diturunkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti dikatakan oleh Nabi sendiri dan dijadikan dasar agamanya, maka orang-orang Quraisy meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar supaya diberikan bukti sebagai penguat perkataannya itu. Mereka minta agar diturunkan hujan batu dari langit atau diberi siksaan yang pedih kepada mereka.
Di dalam ayat ini terdapat satu isyarat, sebenarnya orang-orang kafir Quraisy tidak akan mau menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. meskipun apa yang dikatakan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam itu benar-benar ayat-ayat yang diturunkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini membuktikan bahwa mereka lebih menyukai kehancuran daripada beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya dihujani batu dari langit atau disiksa dengan siksaan yang pedih.

(QS Al Anfal [8]:33 )
Sesudah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala. menerangkan kepada kaum muslimin bagaimana sikap mereka menghadapi tindakan kaum musyrikin itu. Dia menyuruh kaum Muslimin agar membiarkan sikap mereka, karena ia tidak akan memenuhi permintaan mereka. Sebabnya ialah permintaan itu tidak sesuai dengan sunnatullah dan tidak sesuai pula dengan sifat-sifat Allah yang sangat bijaksana dan Maha Pengasih. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengazab mereka, sebab Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam diutus untuk memberikan petunjuk kepada mereka, untuk menginsyafkan mereka dari kekafiran, hingga mereka mempunyai penyesalan atas perbuatan mereka, dan diutus sebagai rahmat bukan sebagai bencana. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengazab mereka selama Rasulullah berada di antara mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala baru mengazab mereka setelah Rasulullah berhijrah.
Kemudian daripada itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan lagi, bahwa Dia tidak akan menurunkan siksa kepada mereka apabila mereka suka menghentikan keingkaran dan mau bertobat, yaitu mengikuti petunjuk yang telah diberikan oleh Rasulullah dan mereka mau memeluk agama Islam.

(QS Al Anfal [8]:34 )
Sesudah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala. menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala  tidak akan menurunkan azab kepada mereka, meskipun mereka sudah berhak diberi azab lantaran mereka telah menghalangi orang-orang mukmin memasuki Masjidil Haram untuk menunaikan ibadah haji. Ini adalah karena Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berada di antara mereka, dan masih ada orang-orang mukmin yang memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bersama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Seterusnya Allah Subhanahu wa Ta’ala. menjelaskan bahwa orang-orang kafir itu tidak berhak menguasai Baitullah dan daerah-daerah haram, karena mereka telah berbuat syirik dan telah mengadakan kerusakan-kerusakan di daerah itu. Akan tetapi yang sebenarnya berhak menguasai Baitullah dan daerah-daerah haram itu hanyalah orang-orang yang bertakwa, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikut-pengikutnya.
Di akhir ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala. menegaskan bahwa kebanyakan orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwa tidak layak menguasai Baitullah dan daerah-daerah haram karena mereka bukanlah penolong-penolong agama. Dan yang berhak menguasai Baitullah itu hanya orang-orang yang bertakwa.
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar