Mengapa taubatnya ustadz JUT tidak dianggap oleh ulama Wahabi ?
Sebelumnya marilah kita ikuti perjalanan taubatnya ustadz JUT.
atau
1. Diawali dengan pembubaran laskar jihad sejak Oktober 2002
laporan tentang berbagai kekeliruan dan kekhilafan saya itu membikin marah As-Syaikh Al-Allamah Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali dan beliaupun mengeluarkan maklumat berisi anjuran kepada saya untuk segera menghentikan aktifitas Jihad Fi Sabilillah dan membubarkan Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah. Sehingga pada tgl. 7 Oktober 2002, saya nyatakan pembubaran Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah serta pembubaran organisasi Forum Komunikasi Ahlus Sunnah wal Jamaah (FKAWJ).
2. Sejak Agustus 2008 , Tidak akan menghadiri majlis dzikir dan keluar dari Dewan Syari’ah Majlis Adz-Dzikra Arifin Ilham
dalam hal pandangan mafsadah (kerusakan) yang ditimbulkan oleh kehadiran saya di majlis itu, saya setuju dengan segenap yang hadir di rumah As-Syaikh Muhammad, dan saya nyatakan bahwa Ja’far Umar Thalib tidak sepantasnya untuk mendatangi majlis dzikir Arifin Ilham meskipun untuk berceramah padanya. Maka dengan tulisan ini sekaligus saya nyatakan bahwa mulai sekarang Ja’far Umar Thalib tidak akan hadir di majlis dzikir Arifin Ilham dan sekaligus juga Ja’far Umar Thalib menyatakan keluar dari Dewan Syari’ah Majlis Adz-Dzikra Arifin Ilham.
3. Taubat menggelari Salafiyyin di Indonesia dengan gelar Ahlul Fitnah wal Khiyanah (artinya tukang fitnah dan tukang khianat).
dalam tulisan ini saya lengkapi pernyataan taubatku kepada Allah dari tindakanku menggelari Salafiyyin di Indonesia dengan gelarAhlul Fitnah wal Khiyanah (artinya tukang fitnah dan tukang khianat). Saya nyatakan bahwa saya telah bersalah dengan menggelari mereka seperti itu, dan dengan demikian saya cabut pernyataanku yang demikian itu. Maka dengan kerendahan hati saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada segenap Salafiyyin atas kesalahan dan kedhalimanku terhadap hak kehormatan mereka.
Pertaubatan ustadz JUT diamati oleh para ulama Wahabi di Indonesia dan dilaporkan kepada syaikh-syaikh mereka di pusat kaum Wahabi.
Kesimpulan sementara, Ja’far Umar Thalib memang mengaku ruju’ pada al haq, akan tetapi bergerombol dengan para Turotsi dari kalangan yayasan Al Sofwa, juga masih terlibat membela dalam pertikaian Al Irsyad legal dan liar. Ja’far pula yang dulu secara ilmiyah menjelaskan penyimpangan dan kesesatan dakwah As Surkati dengan Al Irsyad, organisasi bantuan dari uang lotre Belandanya dan sekarang Ja’far telah ruju’ dan membela Al Irsyad beserta segenap tokoh-tokoh hizbi tanah air, bergabung bersama mereka mempertontonkan aksi “simpatiknya” dalam melawan pemerintah.
Bagi pemahaman para ulama Wahabi, pertaubatan ustadz JUT belum menunjukkan perkembangan yang baik karena bergerombol (ta’awun) dengan hizbiyyah (kelompok) yakni Salafi – Turotsi
Oleh karenanya dikeluarkan pernyataan pada bulan Februari 2010 dari kalangan ulama Wahabi untuk tetap memutuskan hubungan dengan ustadz JUT
3. Membiarkan Al-Akh Ja’far pada keadaannya yang semula sebagaimana sikap kita sebelumnya berupa pemutusan hubungan apapun dengannya, sampai dia tampakkan taubatnya serta membaik taubatnya tersebut.
Inti dari pemahaman ulama Wahabi untuk tidak menganggap taubatnya ustadz JUT adalah penolakan mereka terhadap kaum muslim yang berkelompok, berorganisasi atau jama’atul minal muslimin yang mereka sebut dengan hizbiyyun atau sururiyyun. Silahkan baca tulisan padahttp://nyata.wordpress.com/2007/08/21/dakwah-antara-jamarto-yazid-jawaz-dan-aunur-rofiq/
Dan
Hakikatnya kaum Salafi ada dua kelompok besar yakni Wahabi yang anti kelompok dan Salafi yang suka berkelompok.
Salafy yang suka berkelompok antara lain Salman, Safar Al-Hawaliy, A’idh Al-Qorniy, Sayyid Quthb, Hasan Al-Banna. Lihat tulisan padahttp://almakassari.com/artikel-islam/manhaj/resensi-buku-memang-harus-beda-antara-salafiyyah-dengan-hizbiyyah-sebuah-bantahan-buku-beda-salaf-dengan-salafi.html
Hakikatnya kedua kelompok Salafi ini mengikuti pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah yang dikenal sebagai pembaharu dalam dunia Islam dan penggerak modernisasi agama. Pendapat saya sesungguhnya, mereka adalah kaum yang melepaskan diri dari ijtihad para imam mujtahid atau imam madzhab yang empat. Pendapat mereka dengan adanya madzhab akan menimbulkan kelompok dan perpecahan dalam umat Islam. Padahal sejak jaman dahulu kala tidak ada perpecahan dalam umat Islam dan mereka sepakat pada perbedaan masalah furu (cabang), saling menghormati atas pemahaman/ijtihad terhadap dalil/hujjah masing-masing. Kenyataannya sekarang mereka dengan semangat modernisasi agama, mereka sendiri saling terpecah dan saling menyerang. Sesungguhnya tidak perlu modernisasi agama karena agama Islam berlaku sejak dulu, kini dan masa mendatang sampai akhir zaman. Silahkan baca tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/02/10/modernisasi-agama/
Kenapa kaum Wahabi begitu anti dengan jama’atul minal muslimin ?
Mereka mengikuti pemahaman yang dicetuskan oleh pendiri kaum Wahabi yakni Ulama Muhammad bin Abdul Wahab untuk menjaga kelangsungan kekuasaan dinasti Saudi (kerajaan) bahwa hanya satu pemimpin yakni pemimpin wilayah atau pemimpin negeri.
Mereka melarang ulama muslim yang masuk dalam tatanan politik praktis.
As-Syaikh Al-Allamah Muhammad Amin As-Syanqithi rahimahullah menyatakan: “Politik gaya demokratisme itu adalah anak perempuannya anjing. Maka jangan kamu memasuki arena politik praktis itu.”
Ulama Wahabi atau Salaf(i) menyepakati sistem kepemimpinan dalam bentuk kerajaan (keturunan/monarki) yang sejatinya merupakan sebuah bid’ah yang tidak pernah dicontohkan oleh para Salafush Sholeh. Sehingga kemungkinannya besar sekali mendudukan/terdudukan penguasa yang dzhalim walaupun dia muslim (masih sholat).
Padahal kita kenal sistem ahlul halli wal ‘aqdi , sistem perwakilan yang berkompeten dalam memilih pemimpin/penguasa yang berkompeten dan taat kepada Allah swt dan Rasulnya
Kaum Wahabi atau Salaf(i) mensosialisasikan hadits-hadits berikut
Dari Adi bin Hatim radliyallahu ‘anhu berkata, kami berkata :
“Ya Rasulullah, kami tidak bertanya padamu tentang sikap terhadap penguasa-penguasa yang bertakwa/baik. Akan tetapi penguasa yang melakukan ini dan itu (disebutkan kejelekan*kejelekan).” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Bertakwalah kalian kepada Allah, mendengar dan taatlah kalian.” (HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melarang untuk mengatur urusan umat secara sirr (sembunyi-sembunyi) pada perkara-perkara yang merupakan hak penguasa.
Dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu berkata, datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan berkata : “Berilah aku nasihat!” Maka beliau bersabda : “Mendengar dan taatlah kalian. Hendaklah kalian terang-terangan dan jauhilah oleh kalian mengatur urusan umat secara sirr (karena ini adalah tugas penguasa, *pent.).” (HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Al Albanidalam Adz Dzilal).
Dari Ubadah bin Shamit radliyallahu ‘anhu berkata :
“Kami membaiat Rasul untuk mendengar dan taat dalam sirr maupun terang-terangan, untuk menunaikan hak penguasa, baik dalam keadaan sulit maupun lapang serta ketika mereka mementingkan pribadi mereka. Dan tidak memberontak kepada penguasa. Kecuali ketika kita melihat kekufuran yang nyata dan ada bukti di sisi Allah.” (HR. Bukhari-Muslim)
Namun kaum Wahabi atau Salaf(i) seolah mengabaikan hadits lain yang menguraikan bagaimana sikap kaum muslim terhadap pemimpin/penguasa yang dzhalim, sebagai contoh
Dari Ummu Salamah radliyallahu ‘anha berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Akan terjadi sesudahku para penguasa yang kalian mengenalinya dan kalian mengingkarinya. Barangsiapa yang mengingkarinya maka sungguh ia telah berlepas diri. Akan tetapi siapa saja yang ridha dan terus mengikutinya (dialah yang berdosa, pent.).” Maka para shahabat berkata : “Apakah tidak kita perangi saja mereka dengan pedang?” Beliau menjawab : “Jangan, selama mereka menegakkan shalat bersama kalian.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
“Seburuk-buruknya Pemimpin adalah mereka yang kalian benci dan mereka membenci kalian, yang kalian laknat dan mereka melaknat kalian.” (HR. Muslim).
Jadi terhadap pemimpin/penguasa dzhalim, kaum muslim dapat membenci dan mengingkari namun dilarang memberontak kecuali pemimpin tersebut telah nyata kekufurannya. Sebaliknya bagi kaum muslim yang ridha dan mengikuti pemimpin/penguasa dzhalim maka mereka turut berdosa.
Namun yang menjadi akar permasalahan adalah proses penetapan pemimpin secara “kerajaan” yang memungkinkan terangkatnya pemimpin yang dzhalim, yang mana hal ini akan lebih tereleminir dengan penetapan pemimpin melalui ahlul halli wal ‘aqdi , sistem perwakilan yang berkompeten.
Kaum Wahabi atau Salaf(i) di negeri mereka kerajaan Arab Saudi “menerima” dengan tangan terbuka kaum yang sesungguhnya memusuhi orang-orang yang beriman yakni orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik.
Kaum Wahabi atau Salaf(i) menggolongkan mereka yang memusuhi orang-orang yang beriman sebagai Kafir Mu’ahid ataupun Kafir Dzimmi dengan “menutup mata” atas perbuatan saudara-saudara mereka terhadap negeri-negeri Islam lainnya
Bahkan Kaum Wahabi atau Salaf(i) mengajak mereka mengelola secara bersama-sama akan kekayaan alam yang dianugerahkan oleh Allah swt. Sehingga dengan kekayaan yang mereka peroleh dan dibawa ke negara mereka untuk dibelanjakan senjata sebagai alat untuk membunuh saudara-saudara muslim lainnya.
Juga Kaum Wahabi atau salaf(i) mengangkat mereka yang memusuhi orang-orang yang beriman sebagai penasehat dan pelindung keamanan negeri mereka. Mereka berlindung dari apa yang mereka prasangkakan namun mereka telah membiarkan musuh sejati masuk ke negeri mereka dan mempengaruhi pemahaman mereka sendiri.
Inilah sejatinya kemenangan perang pemikiran (ghazwul fikri) yang dilancarkan oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik. Musuh sejati itu telah diperingatkan oleh Allah swt melalui firmanNya yang artinya.
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” (Al Maaidah: 82).
Jadi ulama wahabi/salaf(i) membiarkan atau meridhoi para penguasa negeri yang mengikat perjanjian dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik untuk mengelola kekayaan kekayaan, penasehat keamaanan, meminta bantuan keamaan adalah turut berdosa,
Memang boleh kita mengikat perjanjian dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik yang tidak memerangi kita namun kita tahu mereka memerangi saudara-saudara muslim kita di belahan dunia lainnya. Sedangkan kita tahu bahwa kita sesama muslim adalah bersaudara dan satu dalam aqidah Islam kecuali mereka memang sesungguhnya telah menganggap saudara-saudara muslim lainnya telah keluar dari Islam karena tidak sepemahaman/manhaj dengan mereka. Wallahu a’lam
“…kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai merekadan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 54)
Wassalam
9 Tanggapan
pada 26 Oktober 2010 pada 2:54 pm | Balasabu zaid
akhi, penjelasan antum terkesan dari prasangka antum sendiri, belum mengenal secara dekat ulama wahabi yang antum maksud. adakah ulama wahabi yang gila harta dan kekuasaan yang antum tuduhkan? hayhata ya akhi, sekiranya antum tahu dan belajar ilmu dari mereka maka semua tuduhan antum justeru akan terbalik 360 derajat. ana kenal sama mereka dan jauh dari apa yang ana tangkap dari penjelasan antum. kenapa antum tidak hadir ketika di istiqlal ulama “wahhabi” begitu antum menyebutnya memberikan dauroh dengan judul “Sebab-sebab datangnya kebahagiaan”. Sesekali datang dan dengarkan hujjah2 mereka betapa menyejukan hati dan pikiran kita. mereka dakwah ilallah tidak terikat dengan harokah, ormas, atau jama’ah tidak takut kehilangan pengikut dan jama’ah. inilah yang mengokohkan dakwah salaf di negeri ini, yang tidak pernah ditemukan dakwah semacam ini sebelumnya. mereka sudah terlalu jenuh dengan para ‘khutoba’ atau orang yang gemar berceramah tapi ilmunya kosong. sudah jenuh dengan kiyai yang cuma cari pengikut.
pada 26 Oktober 2010 pada 3:07 pm | Balasabu zaid
Ana kutipkan tulisan antum di atas tadi sbb:
Kaum Wahabi atau Salaf(i) di negeri mereka kerajaan Arab Saudi “menerima” dengan tangan terbuka kaum yang sesungguhnya memusuhi orang-orang yang beriman yakni orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik.
Kaum Wahabi atau Salaf(i) menggolongkan mereka yang memusuhi orang-orang yang beriman sebagai Kafir Mu’ahid ataupun Kafir Dzimmi dengan “menutup mata” atas perbuatan saudara-saudara mereka terhadap negeri-negeri Islam lainnya
Bahkan Kaum Wahabi atau Salaf(i) mengajak mereka mengelola secara bersama-sama akan kekayaan alam yang dianugerahkan oleh Allah swt. Sehingga dengan kekayaan yang mereka peroleh dan dibawa ke negara mereka untuk dibelanjakan senjata sebagai alat untuk membunuh saudara-saudara muslim lainnya.
Juga Kaum Wahabi atau salaf(i) mengangkat mereka yang memusuhi orang-orang yang beriman sebagai penasehat dan pelindung keamanan negeri mereka. Mereka berlindung dari apa yang mereka prasangkakan namun mereka telah membiarkan musuh sejati masuk ke negeri mereka dan mempengaruhi pemahaman mereka sendiri.
———-selesai kutipan———————-
Sekarang ana mau tanya, apakah antum yakin ulama salafi dan kerajaan Saudi menutup mata terhadap penderitaan rakyat palestina? afganistan dan irak? sudahkah antum cek berapa bantuan yang diberikan mereka kepada saudara mereka di palestina? berapa bantuan dari ulama indonesia (mayoritas NU), berapa? apa sikap pemerintah kita, ulama, ustadz, generasi muda islam di negeri ini untuk palestina? antum kenal brigade izzudin al qosam hammas yang notabene bermanhaj salaf? justeru manhaj salaf lah yang ditakuti zionis yahudi. itu fakta. dan antum menutup fakta itu dengan berita-berita yang tidak ilmiah. kebencian antum kepada arab saudi adalah karena ada yang menghembuskan dan itu tidak antum sadari. kelatahan antum dan kyiai2 antum menyebut ‘wahhabi’ adalah karena ada yang menghembuskan istilah tsb dan itu antum tidak menyadari. Antum ingin menyadarkan kelompok yang katanya wahhabi dengan cara antum sendiri dalam keadaan seperti itu? ya mana mungkin akhi. Lihatlah blog antum ini adakah hujatan antum kepada negeri syiah rafidhah iran? sayang sekali, kehalusan taqiyah mereka memaksa antum harus terlena dengan akidah sesat mereka yang mereka kemas dengan akhlaq indahnya. sementara ahlaq mereka kepada sahabat nabi dan istri nabi sungguh berakhlaq durjana. bahaslah akidah mereka dan hentikan cacian dan makian kepada negri ahlu sunnah akhi semoga engkau dirahmati.
pada 2 Desember 2010 pada 8:43 am | Balasarief
nambahin pak, ulama salafy ga anti madzhab tapi anti utk fanatik buta thd madzhab. bedakan dg baik hal ini. contoh ibnu baz madzhabnya hanbaliy. wallobu a’lam
pada 27 Januari 2011 pada 5:05 pm | BalasPK Hariim PNKW
kembalilah kalian kepada alQuran nur karim,karna sudah terllalu jauh (nafsu dan setan yg akan bahagia melihat kamu semusa berselisih) baca,hayati,renungkan>al-hujurat-11 ,asy-syura-13,an-nisa-59,hud-118-119,al-an`am-143-144-159-27,yunus-12. masih kurang jelaskah kalian………………!!!!!!!!!!!???????????? semua pasti ada pertanggungjawabanya.maha benar ALLOH degan segala firmanya ALLOH HUAKBAR
pada 15 April 2011 pada 11:43 pm | Balasaris pujiono
jika kita berselisih, kembalikan acuannya pada qur’an dan as sunah..jika ada yg tidak selaras berarti kita mesti memutar arah karena boleh jadi pole pikir atau pendapat kita sudah ada campurtangan nafsu dan tipudaya iblis laknatullah!
astafirullah…berilah pada kami sesama muslim untuk memandang sesuatu dengan “kacamata” tuntunan kekasih Mu Rasulullah dan teliti serta cerdas menyikapi berita, statemen dan pandangan kaum munafik.
pada 21 Oktober 2011 pada 6:22 pm | Balassalafy totok
maaf, sebelumnya. Apakah ceramah dr ustadz wahabi menemtramkan hati? Lha wong anda semua gak pernah belajar tasawuf secara seimbang? Paling paling ceramahnya menyalahkan orang secara halus….maaf.
Salafy wahabi itu orang B**O yang berlagak Pintar…Akal n Ilmunya Pun Tak Lebih Besar dari Kotoran di KUKU..
pada 29 Oktober 2011 pada 11:35 pm | Balas'ajam
apakah antum berani menerima tantangan dari seorang yang ilmunya tak lebih besar dari kotoran di kuku ini?
pada 29 Oktober 2011 pada 11:41 pm | Balas'ajam
Bani Umayyah, Bani Abbasiah, Bani Mamluk, Samudera Pasai, Demak Bintoro, Mataram Islam, dll semuanya berbentuk monarki. kok mereka gak diapa-apain? yang selalu kena kok cuma Saudi?
=====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar