Batasan dan keironian Salafi

Salafi adalah saudara muslim kita yang mengikuti mazhab/manhaj Salaf
Mazhab/manhaj Salaf walaupun namanya terkait Salaf (terdahulu) namun sebenarnya adalah perkara baru yang tidak pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maupun para Salafush Sholeh.
Mazhab/manhaj Salaf adalah pemahaman segelintir ulama yang berupaya memahami lafazh / tulisan ulama salaf dimana pemahaman segelintir ulama tersebut bisa benar dan bisa pula salah.
Salah satu penggerak atau penggagas utama adanya mazhab/manhaj Salaf adalah ulama Ibnu Taimiyah dimana beliau berfatwa bahwa “mazhab salaf itu pasti benar” [Majmu Fatawa 4/149], padahal kita paham bahwa yang pasti benar hanyalah lafazh Al-Qur’an dan Hadits. Segala bentuk pemahaman bisa benar dan bisa pula salah.
Kalau Salafi pasti benar maka pastilah mereka adalah satu karena kebenaran adalah satu yang berasal dari Allah Azza wa Jalla dan telah diuraikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sedangkan pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadits bisa saja terjadi perbedaan berdasarkan kehendak atau karunia Allah Azza wa Jalla semata.
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]:269 )
Perbedaan pemahaman (ikhtilaf) adalah rahmat atau kehendakNya namun kita harus menghindari perselisihan (khilaf).
Perselisihan (khilaf) adalah perbedaan pemahaman yang diikuti dengan memperturutkan hawa nafsu. Kita paham bahwa segala yang memperturutkan hawa nafsu adalah kesesatan.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya “…Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26 )
Terbukti Salafi (pengikut ulama Ibnu Taimiyah) terpecah menjadi berbagai kelompok.
Pokok yang mereka ributkan atau perselisihkan sebenarnya sederhana, salah satunya adalah antara boleh dan tidak boleh berorganisasi/berkelompok/yayasan atau ber jama’ah minal muslimin. Mereka yang membolehkan berkelompok maka oleh mereka yang anti berkelompok menghujatnya dengan hujatan sebagai “Hizbiyyah”.
Berlontarlah hujatan seperti terhadap ustadz Abdul Hakim Abdat, dikatakan Ahli Hadats bukan Ahli Hadits, sebagaimana yang diuraikan dalam tulisan pada
Begitupula terhadap ustadz Firanda Andirja yang aktif di radio Rodja digelari “kadzdzab” (gemar berdusta), selengkapnya dalam tulisan pada
Gelar “penasihat taghut” disematkan kepada ustadz Ja’far Umar Thalib , sebagaimana yang terurai dalam
Begitu pula perselisihan antara ustadz Ja’far Umar Thalib dengan ustadz Abu Bakar Ba’asyir , sebagaimana yang terurai dalam videohttp://www.youtube.com/watch?v=m3h1jEQFNhI danhttp://www.youtube.com/watch?v=CNrEijcGSK
Dengan hujatan atau sebutan-sebutan seperti itu mereka katakan berdakwah dengan jarh wa ta’dil.
Padahal kita paham bahwa “jarh wa ta’dil” hanya untuk permasalahan periwayatan hadits.
Sebaiknya kita berdakwah bil hikmah dengan memahami hakikat perintah dan laranganNya kemudian menyampaikan dengan cara yang arif bijaksana sehingga objek dakwah dapat memahami, menerima dan mengikuti atas kesadarannya sendiri. Sehingga mereka beribadah bukan karena kita (kita perintah) atau bukan karena terpaksa (kita paksa) namun karena Allah ta’ala semata. Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/24/jarh-wa-tadil/
Kelompok salafi (pengikut Ibnu Taimiyah) yang menolak berkelompok adalah Salafi Wahhabi (pengikut ulama Muhammad bin Abdul Wahhab) sedangkan yang suka berkelompok adalah seperti Salafi Sururi (pengikut Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin) , Salafi Jihadi dll
Ironisnya pada hakikatnya pengikut ulama Ibnu Tamiyah (salafi) telah diadu domba.
Salafi Wahhabi taat kepada penguasa, boleh bersahabat dengan Amerika yang dibelakangnya Zionis Yahudi sedangkan Salafi Sururi suka pergerakkan, suka mendemo penguasa, sangat tidak suka dengan Amerika yang dibelakangnya Zinois Yahudi.
Jadi secara tidak langsung Salafi Wahhabi membiayai “peluru” bagi Amerika dan Amerika menggunakan “peluru” untuk membunuhi kaum muslim pergerakan seperti Salafi Sururi, Salafi Jihadi, dll. Wallahu a’lam
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

4 Tanggapan
mereka marah golongannya dikritisi habis-habisan…. tapi mereka membantai pemahaman golongan lain terutama asy ariyah dan tasawuf tidak dianggap berbahaya. begitulah …. namanya juga membela mazhabnya.


Moh Nadjib
Memang kecenderungan orang bodoh ya sok tahu.
Bisa jadi juga Ibnu Taimiyah bodoh sehingga sok tahu, atau yang buat sejarah yang sok tahu, wallohu a’lam.
Aksioma: murid tersayang akan melebih-lebihkan gurunya. Coba pelajari mengenai Syeh Abdul Qodir Jaelani. Peajari ya, bukan sekedar membaca.
Imam Syafi’i:”Saya benar, tetapi sangat mungkin saya salah. Mereka salah, tetapi sangat mungkin mereka benar”.
Sudahlah, soal kayak beginian tidak bakal selesai. Sudah sifat manusia yang dikelilingi syaiton akan selalu saja bertahan dan menyerang sehingga membuat Hisbutsyaiton menang. Alasannya pasti sama karena Alloh. Bung Zon juga pasti bilang ingin meluruskan pihak lain karena sayang. Bullshit itu Bung, karena pihak lain juga begitu jawabnya.

Bung Zon sebaiknya stop deh berdakwah cara begini. Lebih baik jihad politik (berani kan ? di negeri sendiri aja dulu), jihad pendidikan deh, jihad ekonomi deh, kesehatan, dll banyak ladang.
Pihak yang lebih banyak menyerang atau bertahan dengan cara fanatik, nah nanti Alloh insy akan buktikan kesalahannya, dan insy sempat segera bertaubat.
Wassalam.
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar