Serahkan Kepada Ahlinya

Dalam tulisan sebelumnya pada
telah diuraikan bahwa mereka berdalil namun tidak mengikuti pemahaman jumhur ulama.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Akan keluar suatu kaum akhir jaman, orang-orang muda yang pemahamannya sering salah paham.  Mereka banyak mengucapkan perkataan “Khairil Bariyyah” (maksudnya: suka berdalil dengan Al Qur’an dan Hadits). Iman mereka tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana meluncurnya anak panah dari busurnya. Kalau orang-orang ini berjumpa denganmu perangilah mereka (luruskan pemahaman mereka).” (Hadits Sahih riwayat Imam Bukhari 3342).
Mereka bertanya siapakah yang dimaksud jumhur ulama pada zaman sekarang ?
Jumhur ulama adalah
1. Para Habib dan Para Sayyid yang mendapatkan pendidikan agama langsung dari bapak, kakek mereka yang terdahulu sampai kepada Imam Sayyidina Ali ra yang mendapatkan didikan langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Segelintir umat muslim mulai melupakan para Habib dan para Sayyid.
2. Ulama para pengikut Imam Mazhab yang empat.
Contoh rantai sanad Imam Asy Syafi’i
1. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam
2. Baginda Abdullah bin Umar bin Al-Khottob ra
3. Al-Imam Nafi’,Tabi’ Abdullah bin Umar ra
4. Al-Imam Malik bin Anas ra
5. Al-Imam Syafei’ Muhammad bin Idris ra

Ulama pengikut Imam Mazhab adalah ulama yang mempertahankan rantai sanad ilmu atau sanad guru
Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda…”barangsiapa yg berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi)
Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Pada hakikatnya mereka yang tidak lagi mau mengikuti pendapat atau hasil ijtihad para Imam Mazhab adalah mereka yang memutuskan rantai sanad guru atau sanad Ilmu karena mengikuti hasi ijtihad sendiri atau mengikuti hasil ijtihad ulama mereka yang memahami secara otodidak yang tidak dikenal berkompetensi sebagai Imam Mujtahid.
Memang mereka yang belajar secara otodidak membaca Al Qur’an , kitab tafisr bil matsur, kitab hadits shohih, musnad maupun sunan lalu mereka pun berjtihad dengan pendapat mereka. Apa yang mereka katakan tentang Quran dan Sunnah, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra’yu mereka sendiri. Sumbernya memang Quran dan Sunnah, tapi apa yang ulama-ulama mereka sampaikan semata-mata lahir dari kepala mereka sendiri.
Kesalahpahaman besar telah terjadi ketika ulama-ulama mereka mengatakan bahwa apa yang mereka pahami dan sampaikan adalah pemahaman Salafush Sholeh.
Jika apa yang ulama mereka pahami dan sampaikan sesuai dengan pemahaman Salafush Sholeh tentu tidaklah masalah namun ketika apa yang ulama mereka pahami dan sampaikan tidak sesuai dengan pemahaman sebenarnya Salafush Sholeh maka pada hakikatnya ini termasuk fitnah terhadap para Salafush Sholeh.
Ditengarai gerakan agar kaum muslim merujuk atau memahami Al Qur’an dan Hadits dengan akal pikiran masing-masing adalah merupakan ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilakukan melalui pusat-pusat kajian Islam yang didirikan oleh kaum non muslim, orientalis yang dibelakang mereka adalah kaum Zionis Yahudi. Mereka mengupayakan agar pintu ijtihad dibuka seluas-luasnya. Mereka mendiskreditkan para Imam Mazhab yang empat.
Protokol Zionis yang ketujuhbelas …Kita telah lama menjaga dengan hati-hati upaya mendiskreditkan para rohaniawan non-Yahudi (contohnya para Imam Mazhab yang empat) dalam rangka menghancurkan misi mereka, yang pada saat ini dapat secara serius menghalangi misi kita. Pengaruh mereka atas masyarakat mereka berkurang dari hari ke hari. Kebebasan hati nurani yang bebas dari paham agama  telah dikumandangkan diman-mana. Tinggal masalah waktu maka agama-agama itu akan bertumbangan.. 
Bagi kaum muslim yang belajar ke “barat” kemungkinan besar akan terpengaruh pola pemahaman (ijtihad) ala paham Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalism yakni pemahaman yang sebebas-bebasnya disesuaikan dengan kebutuhan (pragmatis) dan menyesuaikan dengan keadaan zaman sekarang.
Sedangkan bagi kaum muslim yang belajar ke “timur” kemungkinan besar akan terpengaruh pola pemahaman (ijtihad) ala pemahaman ulama Ibnu Taimiyyah, ulama Ibnu Qoyyim Al Jauziah atau ulama Muhammad bin Abdul Wahhab yakni pemahaman secara harfiah/dzahir atau apa yang tertulis/tersurat, yang kami katakan sebagai pemahaman dengan metodologi “terjemahkan saja”. Padahal banyak nash-nash Al Qur’an dan Hadits berbeda antara terjemahan dengan makna sebagaimana yang telah diuraikan dalam tulisan pada
Beberapa ghazwul fikri mempengaruhi segelintir kaum muslim
1. Mengikuti Imam Mazhab dapat memecah belah kaum muslim bahkan memecah belah agama Islam. 
Firman Allah Azza wa Jalla yang disalahgunakan yang artinya,
“Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)” (QS Al Mu’minun [23]:53)

Padahal untuk memahami (QS Al Mu’minun [23]:53) terkait dengan ayat sebelumnya, selengkapnya artinya menjadi,
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku, kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)” (QS Al Mu’minun [23]:52-53)
Ayat-ayat ini menceritakan pengikut-pengikut Rasul yakni pengikut nabi Musa a.s atau kaum Yahudi dan pengikut Nabi Isa a.s atau kaum Nasrani, mereka yang berpaling dari agama yang satu, agama tauhid.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? (QS At Taubah [9]:30)

Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya
“Dan orang-orang Yahudi berkata: “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,” padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya”. (QS Al Baqarah [2]:113 )

2. Tidak perlu mengikuti pemahaman jumhur ulama dan pemahaman seseorang bisa saja benar walaupun menyelisihi pemahaman jumhur ulama.
Firman Allah Azza wa Jalla yang disalahgunakan yang artinya,
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (QS Al An’aam [6]:116)

Padahal yang dimaksud dengan “menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi” dalam (QS Al An’aam [6]:116) adalah larangan menuruti orang-orang kafir sebagaimana yang dijelaskan dalam kalimat berikutnya pada ayat yang sama yang artinya  ”mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)“
Mereka yang berdusta terhadap Allah adalah mereka yang menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah, menyatakan bahwa Allah mempunyai anak.  Perhatikanlah ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya dalam surat Al An’aam
Jadi kita harus bisa membedakan antara “menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi” dengan mengikuti jumhur ulama yang merupakan sunnah Rasulullah
Rasulullah bersabda
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al a’zham).” (HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih) 

3.  Jangan mengikuti pemahaman bapak-kakek terdahulu, Tidak perlu mengikuti ulama yang bersanad ilmu tersambung kepada Rasulullah. Lupakanlah para Habib dan para Sayyid
Padahal para Habib dan para Sayyid mendapatkan didikan langsung dari bapak, kakek dan orang-orang tua terdahulu yang tersambung kepada Imam Sayyidina Ali ra yang mendapat didikan langsung dari Nabi Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Firman Allah Azza wa Jalla yang disalahgunakan yang artinya,
“Mereka menjawab: “(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya” (QS Luqman [31] :21)
“Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam keadaan sesat”. (QS. Ash Shaffaat [37]:69)

Padahal yang dimaksud dengan bapak-bapak atau orang-orang tua dalam ayat-ayat tersebut adalah kaum kafir yakni kaum kafir Quraisy sebagaimana yang telah disampaikan pada surat Ash Shaffaat yang artinya
“Dan sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy) sebagian besar dari orang-orang yang dahulu, (QS. Ash Shaffaat [37]:71)

Imam Sayyidina Ali ra menasehatkan puteranya, “Ketahuilah wahai putraku, bahwa sebaik-baiknya wasiat adalah taqwa kepada Allah, bersunguh-sungguh menjalankan tugas yang diwajibkan-Nya atasmu, dan mengikuti jejak langkah ayah-ayahmu yang terdahulu (Rasullullah) dan orang-orang yang saleh dari keluargamu“  Selengkapnya dalam tulisan pada
4.  Tidak dibutuhkan mengikuti para Imam Mazhab yang jelas tidak maksum dan tidak perlu mengikuti pemaham jumhur ulama dan jika berbeda pendapat kita hanya diperintahkan untuk mengembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnah.
Firman Allah Azza wa Jalla yang disalahgunakan yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS An Nisaa [4]:59)

Jika kita berlainan pendapat atau terjadi perselisihan maka kembalikan kepada lafaz/tulisan/nash Al Qur’an dan Hadits. Namun siapakah yang berkompetensi untuk memahami lafaz/tulisan/nash Al Qur’an dan Hadits ? atau pemahaman siapakah yang harus kita ikuti ?
Sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam , bahwa jika terjadi perbedaan maka tidak akan sesat jika kita mengikuti pemahaman jumhur ulama
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al a’zham).” (HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)“

Kita sebaiknya tidak mengikuti pendapat atau fatwa orang perorang untuk menghindari kemungkinan pengaruh ghazwul fikri dari kaum Zionis Yahudi.

Fatwa sebaiknya ditetapkan oleh majelis ulama yang beranggotakan  ulama-ulama yang berkompetensi dan terpecaya yang merupakan perwakilan dari jama’ah minal muslim atau kelompok-kelompok kaum muslim atau yang kita kenal sebagai organisasi masyarakat atau ormas kaum muslim.
Oleh karenanya kami menyarankan sebaiknya ada Majelis Ulama tingkat dunia untuk menjawab permasalahan kaum muslim seluruh dunia, termasuk menetapkan fatwa yang berlaku untuk seluruh muslim di dunia sebagaimana yang kami uraikan dalam tulisan pada
Dalam sejarah Islam kita kenal adanya ahlu a-halli wa al-‘aqdi yang merupakan demokrasi berdasarkan perwakilan yang berkompetensi dan terpercaya.  Ketetapan/fatwa/kebijaksanaan diambil dengan permusyawaratan / perwakilan
Musyawarah untuk mufakat sistem perwakilan yang berkompetensi dan terpercaya atau ahlu a-halli wa al-‘aqdi telah dicontohkan oleh para Khulafaur Rasyidin dalam menetapkan khalifah pertama setelah wafatnya Sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Begitu pula yang dimaksud oleh ulama-ulama kita dahulu yang ikut mendirikan negara kita dalam menetapkan sila ke 4 dari Pancasila yakni “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan”.  Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang berkompeten dan dipercayai untuk melaksanakan musyawarah untuk suatu  mufakat.
Namun dalam perkembangannya di negara kita, orang-orang kemudian merubahnya  menjadi demokrasi sebebas-bebasnya, tidak ada bedanya antara pemilih yang jahat dengan pemilih yang baik, (semua satu suara ) dalam menetapkan Presiden dan Wakil presiden, Kepala Pemerintahan Daerah seperti Gubernur dan Bupati.
Pada hakikatnya berhati-hatilah kalau dalam keyakinan atau pemahaman agama suatu kelompok/kaum muslim bahwa kaum Yahudi atau kaum Nasrani adalah mereka yang beribadah kepada Allah ta’ala juga berarti ada unsur ghazwul fikri dari kaum Zionis Yahudi dalam keyakinan atau pemahaman agama kelompok/kaum tersebut.

Marilah lakukan upaya penjernihan (tashfiyah), pembersihan (tanqiyah) dari pengaruh ghazwul fikri kaum Yahudi.

Ghazwul fikri dari kaum Zionis Yahudi tujuannya adalah agar mencintai kaum Yahudi dan rela mereka menjadi pemimpin dunia. Padahal mereka adalah kaum yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla
Diriwayatkan Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tentang orang-orang yang dimurkai“, beliau bersabda, ‘Kaum Yahudi.’ Saya bertanya tentang orang-orang yang sesat, beliau bersabda, “Kaum Nasrani.“
Hamad bin Salamah meriwayatkan dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Saya bertanya kepada RasulullahShallallahu alaihi wasallam ihwal ‘bukan jalannya orang-orang yang dimurkai’. Beliau bersabda, “Yaitu kaum Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya orang-orang yang sesat’. “Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-orang yang sesat.’
Allah Azza wa Jalla telah memperingatkan kita akan kaum Zionis Yahudi dalam firmanNya yang artiny
“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).” (QS Al Baqarah [2]: 101 )

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS Al Baqarah [2]:102 )
Kaum Zionis Yahudi atau juga dikenal dengan lucifier, freemason atau iluminati adalah mereka yang mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman. Kaum Zionis Yahudi berupaya keras agar umat muslim dapat mencintai mereka dan menjadikan mereka sebagai pemimpin dunia atau yang dikenal dengan “the new world order”
Allah Azza wa Jalla telah memperingatkan kita bahwa persahabatan dengan mereka, mencintai mereka akan terus mendatangkan kemudharatan bagi kaum muslim
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (Ali Imran, 118)

“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (Ali Imran, 119)

Wassalam

Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

5 Tanggapan

sangat mencerahkan bang Haji ……..




mutiarazuhud
alhamdulillah


lebih baik anda pelajari lagi Al Qur’an zon, anda harus menyembukan diri anda yang mabuk itu.


andi@
Kelihatannya antum sendiri yg mabuk, ngomong gak jelas.
Apaka antum sudah denagr bahwa Firanda itu ternyata seorang pendusta murokkab? http://ummatipress.com/2011/10/10/firanda-pendusta-murokkab-berhujjah-dengan-hujjah-dusta-dan-palsu/


Andi@ antek yahudi …….kliatan komenya tanpa ilmu yang jelas tugasnya hanya merusak islam ……..
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar