Membenturkan umat Islam

Kami telah sampaikan dalam tulisan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/08/25/baru-yang-tertolak/  bahwa perkara baru yang tertolak atau bid’ah dlolalah adalah mengada-ada atau membuat perkara baru dalam perkara kewajiban, larangan dan pengharaman atau perkara baru dalam amal ketaatan atau perkara baru dalam perkara syariat.
Hal ini perlu kami jelaskan karena pada masa kini semakin banyak ulama yang membuat perkara baru dalam larangan maupun kewajiban yang tidak pernah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Contoh paling sederhana, ada segelintir ulama yang melarang matan/redaksi sholawat yang dibuat sendiri tidak mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Mereka tidak dapat membedakan sunnah Rasulullah yang hukum perkaranya wajib dengan yang hukum  perkaranya sunnat. Mereka tidak berhati-hati dalam beristinbat (menetapkan hukum perkara) sebagaimana contoh yang diuraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/05/01/2011/08/10/belum-paham-istinbat/ dan http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/05/01/2011/08/04/hati-hati-beristinbath/

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak pernah menyampaikan kewajiban bahwa sholawat harus sebagaimana yang dicontohkannya seperti sholawat Ibrahimiyah.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak pernah menyampaikan larangan membuat matan/redaksi/lafaz sholawat sendiri.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak pernah menyampaikan bahwa kita akan berdosa dan akan ditempatkan di neraka jika bersholawat dengan selain yang dicontohkannya.

Imam Syafi’i ~rahimahullah pun mempunyai matan/redaksi sholawat yang dibuatnya sendiri seperti.
“Ya Allah, limpakanlah shalawat atas Nabi kami, Muhammad, selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang lalai melupakan untuk menyebut-Mu ”
atau
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas cahaya di antara segala cahaya, rahsia di antara segala rahasia, penawar duka, dan pembuka pintu kemudahan, yakni Sayyidina Muhammad, manusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karunia-Nya.”

Tulisan tentang matan/redaksi atau lafadz sholawat lainnya pada
Pembuat perkara baru dalam larangan dan kewajiban beserta mereka yang mentaatinya adalah bentuk penyembahan di antara mereka. Ini adalah perbuatan penyembahan selain kepada Allah Azza wa Jalla. Perbuatan syirik dan kesesatan yang nyata yang akan bertempat di neraka. Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “Mereka menjadikan orang–orang alimnya, dan rahib–rahib mereka sebagai tuhan–tuhan selain Allah, dan mereka (juga mempertuhankan) al Masih putera Maryam. Padahal, mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.“ (QS at Taubah [9] : 31)

‘Adi bin Hatim pada suatu ketika pernah datang ke tempat Rasulullah –pada waktu itu dia lebih dekat pada Nasrani sebelum ia masuk Islam– setelah dia mendengar ayat tersebut (QS at Taubah [9]: 31), kemudian ia berkata: “Ya Rasulullah Sesungguhnya mereka itu tidak menyembah para pastor dan pendeta itu“.
Maka jawab Nabi shallallahu alaihi wasallam: “Betul! Tetapi mereka (para pastor dan pendeta) itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian itulah penyembahannya kepada mereka.” (Riwayat Tarmizi)
Kita sebaiknya mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi pada kaum Nasrani. Mereka  secara tidak langsung telah “dikelabui” oleh kaum Yahudi. Mereka adalah Paulus (Yahudi dari Tarsus) salah satu yang mengubah esensi dasar agama Nasrani. Mereka kaum Yahudi yang berpura-pura menjadi pengikut Nabi Isa a.s dan menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram serta menjadikan kaum Nasrani terpecah-belah dengan ghazwul fikri.

Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,
“Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)”.  (QS Al Mu’minun [23] : 53).
Pada saat ini kaum Zionis Yahudi terus melakukan ghazwul fikri pada para ulama muslim. Mereka mendirikan pusat-pusat kajian Islam dan menghasut agar para ulama bersandarkan pada pemahaman secara ilmiah.
Padahal jumhur ulama yang sholeh dalam memahami Al Qur’an dan Hadits menyandarkan kepada (karunia) Allah Azza wa Jalla untuk memperoleh pemahaman yang dalam atau pemahaman secara hikmah. Pemahaman yang melampaui kerongkongan atau pemahaman dengan hati atau akal secara bathin  sebagaimana Ulil Albab.

Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya Ulil Albab yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]:269 )
Hal tersebut telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/08/23/pemahaman-secara-hikmah/

Bahkan penguasa kerajaan dinasti Saudi yang tidak pernah kita ketahui dengan jelas asal-usul keturunan mereka bekerjasama dengan Amerika yang dibelakangnya kaum Zionis Yahudi menyusun kurikulum pendidikan sebagaimana terurai dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/
Akibatnya pemuda-pemudi kita yang kembali dari mengenyam pendidikan di wilayah kerajaan dinasti Saudi, pemahaman mereka terhadap Al Qur’an dan Hadits telah menyelisihi pemahaman jumhur ulama. Timbul kewajiban dan larangan baru yang tidak pernah disampaikan oleh jumhur ulama yang berpegang pada pemahaman Imam Mazhab dan para pengikut Imam Mazhab.
Mereka ingin menyeragamkan pemahaman terhadap Al Qur’an dan Hadits mengikuti pemahaman Muhammad bin Abdul Wahhab (Wahhabi) yang mengikuti pemahaman Ibnu Taimiyah (Salafi).  Hal yang dapat kita lihat dengan jelas bahwa mereka dengan pemahaman Wahhabi telah menjadikan Amerika sebagai teman kepercayaan sebagaimana yang kami pertanyakan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/08/18/agar-tidak-memusuhi/ Hal itu jelas menentang peringatan Allah Azza wa Jalla agar kita tidak menjadikan kaum yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla sebagai teman kepercayaan.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (Ali Imran, 118)
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
Kaum Yahudi adalah kaum yang dimurkai , sejak dahulu kala berupaya membunuh para Nabi
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?”  (QS Al Baqarah [2]:87 )
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS Ali Imron [3]:20 )
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih.” (QS Ali Imran [3]:21 )
Upaya mereka terus dilakukan baik ketika zaman Rasulullah maupun setelah Rasulullah wafat
Mereka secara langsung maupun tidak langsung terkait terbunuhnya Sayyidina Ustman ra, Sayyidina Ali ra dll hingga diteruskan dengan upaya pembunuhan pengikut Rasulullah yang sejati yakni kaum Ahlussunnah wal Jamaah atau kaum sunni.
Mereka (kaum zionis Yahudi) akan membiarkan kaum muslim yang sudah dalam “genggaman” atau pengaruh mereka atau membenturkan kaum muslim yang sudah dalam “genggaman” mereka dengan kaum muslim lainnya.
Saudara-saudara kita kaum Syiah juga terkena ghazwul fikri dari kaum Zionis Yahudi sehingga ada yang berkeyakinan bahwa Imam Sayyidina Ali ra sebagai tuhan atau berkeyakinan para khulafaur Rasyidin lainnya telah berkhianat kepada Imam Sayyidina Ali ra
Saudara-saudara kita kaum Ahmadiyah juga terkena ghazwul fikri dari kaum Zionis Yahudi melalui Mirza Ghulam Ahmad yang dibiayai freemason Inggris. Sehingga mereka tidak mau sholat berjamaah yang diimami oleh kaum muslim.

Saudara-saudara kita kaum Wahhabi terkena ghazwul fikri dari kaum Zionis Yahudi contohnya mereka dibangkitkan paham nasionalisme Arab, hal ini telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/02/23/bahaya-laten/
Paham nasionalisme adalah paham individualisme dalam skala besar yakni skala negara.
Dengan terhasut paham nasionalisme (individualisme skala besar) mengakibatkan “keadaan perang” di negara atau wilayah saudara muslim lainnya seperti di Palestina, Afghanistan, dll, tidak dianggap atau dirasakan sebagai keadaan perang di negara kaum muslim lainnya.

Hal ini sangat bertentangan dengan hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari 5552)
Tentang paham nasionalisme telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/18/paham-individualisme/
Kenyataanlah mereka (kaum Zionis Yahudi) membenturkan kaum muslim dengan kaum syiah, kaum muslim dengan kaum Ahmadiyah, bahkan sampai saling membunuh sehingga menimbulkan kematian dari mereka-mereka yang jelas-jelas telah bersyahadat.

Ditengarai mereka (kaum Zionis Yahudi) salah satu pihak yang turut “membantu” mengangkat kembali pemahaman Ibnu Taimiyah yang pemahamannya telah dibantah dan ditolak oleh jumhur ulama sejak dahulu.  Pemahaman yang telah terkubur di waktu dahulu. Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada
Berangkat dari pemahaman Ibnu Taimiyah mereka melancarkan  ghazwul fikri yang secara tidak langsung telah membenturkan sesama Salafi.

Salafi terbagi dua mainstream yang berbeda.
Satu mainstream seperti Ustadz Askari (Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal) (Salafi Wahhabi), anti Hizb/berkelompok/berjama’ah minal muslimin
Satu mainstream seperti Ustadz Firanda, Ustadz Abu Bakar Baasyir membolehkan Hizb/berkelompok/berjama’ah minal muslimin

Perselisihan antara Ustadz Firanda dan Ustadz Askari dapat kita ketahui dari situs berikut,
Mereka saling tuduh “dusta”, padahal tauladan kita Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak berdusta walaupun dalam guyonan/lelucon. Penggunaan gelar “kadzdzab” menunjukkan mereka menggunakan metode dakwah “Jarh wa ta’dil” sebagaimana yang telah kami uraikan dalam tulisan sebelumnya padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/24/jarh-wa-tadil/

Sedangkan Ustadz Ja’far Umar Thalib, belum jelas posisi beliau. Sejauh yang kami tahu sampai dengan bulan Februari 2010 dari kalangan ulama Arab Saudi (Wahhabi) untuk tetap memutuskan hubungan dengan ustadz JUT sebagaimana yang termuat dalam tulisan padahttp://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=1706
Ust Ja’far Umar Thalib (JUT) telah “berupaya” untuk menunjukkan bahwa beliau tidak sependapat atau sejalan lagi dengan ulama-ulama salafi pergerakan (haraki/jihadi). Inilah video “upaya” beliau untuk kemballi
Inilah tanggapan dari mereka yang sependapat atau sejalan dengan Ustadz ABB terhadap Ustadz JUT
Saudara-saudara kita , jama’ah ansharut tauhid atau majelis mujahidin indonesia atau ust Abu Bakar Baasyir, dan lain lain termasuk mereka yang menisbatkan kepada manhaj salaf atau mengikuti pemahaman Ibnu Taimiyah namun bukan melalui jalur Muhammad bin Abdul Wahhab melainkan melalui jalur Ulama Jamaludin Al-Afghany bersama muridnya ulama Muhammad Abduh kemudian dilanjutkan oleh ulama Rasjid Ridha, ulama Hasan Al Banna, Sayyid Quthb dll. Pihak yang tidak mempermasalahkan hizb atau organisasi atau jama’ah minal muslimin
Jadi pada hakikatnya saudara-saudara kita jalur Muhammad bin Abdul Wahhab (wahhabi) yang begitu taat dengan pemerintah secara tidak disadari “ditumbukkan” dengan saudara-saudara kita dari jalur Ulama Jamaludin Al-Afghany bersama muridnya ulama Muhammad Abduh yang boleh “mengkoreksi” pemerintah. Padahal kedua-duanya bersumber dari pemahaman Ibnu Taimiyah yang tidak dikenal berkompetensi sebagai imam mujtahid. Inilah keironian kaum Salafi sebagaimana yang telah kami uraikan dalam tulisan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/07/keironian-salafi/ dan jalur perkembangan pemahaman ulama Ibnu Taimiyah dalam tulisan pada
Semoga kita, kaum muslim pada umumnya (mayoritas) dapat mengambil pelajaran dari perbedaan atau perselisihan kaum Salafi di Indonesia.
Target sesungguhnya Amerika yang dibelakangnya kaum Zionis Yahudi adalah menghilangkan dari muka bumi ini kaum Ahlussunnah wal Jamaah atau kaum Sunni. Lihatlah upaya langsung maupun tidak langsung memporak porandakan negeri dengan penguasa negeri yang muslim. Mendudukan penguasa negeri yang muslim bagaikan “boneka” Amerika dan menggulingkan para penguasa negeri yang muslim

Menurut ahli ekonomi dari John Hopkins University itu, Amerika Serikat dan IMF-lah yang menciptakan krisis untuk mendorong kejatuhan Soeharto. Ini dibuktikan dari pengakuan Direktur Pelaksana IMF Michael Camdessus sendiri.
Dalam wawancara “perpisahan” sebelum pensiun dengan The New York Times, Camdessus yang bekas tentara Prancis ini mengakui IMF berada di balik krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
“Kami menciptakan kondisi krisis yang memaksa Presiden Soeharto turun,” ujarnya. Pengakuan ini tentu saja menyambar kesadaran banyak orang. Tak dinyana, krisis di Indonesia ternyata bukan semata kegagalan kebijakan ekonomi Soeharto, tapi juga berkat “bantuan” IMF. Uraian selengkapnya dalam tulisan pada 
Kita juga harus dapat mengambil pelajaran dengan berjatuhannya korban kaum muslim dalam kejadian di Mesir, Libya, Suriah, Somalia dan lain-lain. Semua itu terjadi karena kaum muslim tidak bersatu dalam satu kepemimpinan.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya “wahai orang-orang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rosul-Nya dan ulil amri di antara kamu ” (QS An Nisa’ : 59 )
Dalam ayat tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mentaati Allah , Rasul-Nya dan ulil amri. Hanya saja ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah ketaatan mutlak, sedangkan ketaaatan kepada ulil amri tergantung kepada ketaatan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.
Namun dalam perkembangan sejarah Islam selanjutnya, sangat jarang kita dapatkan seorang pemimpin negara yang benar-benar paham terhadap Syariat Islam. Dari sini, mulailah terpisah antara ulama dan umara. Dalam posisi seperti ini, manakah yang harus kita taati terlebih dahulu, ulama atau umara ?
Kalau kita perhatikan ayat di atas secara seksama, akan kita dapati bahwa ketaatan kepada ulil amri tergantung kepada ketaatan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.  Sedang orang yang paling mengetahui tentang perintah Allah dan Rasul-Nya adalah para ulama, dengan demikian ketaatan kepada para ulama didahulukan daripada ketaatan kepada umara, karena umara sendiri wajib mentaati ulama yang komitmen dengan ajaran Islam.
“Dan janganlah kamu taati orang-orang yang melampuai batas.(yaitu) mereka yang membuat kerusakan di bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” (QS. Asy Syu’ara: 151-152)
“Dan janganlah kalian taati orang yang Kami lupakan hatinya untuk mengingat Kami dan ia mengikuti hawa nafsu dan perintahnya yang sangat berlebihan.” (QS. Al Kahfi: 28)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya taat itu hanya dalam hal yang ma’ruf” (HR. Bukhari dari Ali radhiallahu ‘anhu )
Apalagi seorang penguasa negeri pada zaman sekarang dapat dipengaruhi atau bahkan “didudukan” oleh Amerika dan sekutunya yang dibelakang mereka adalah kaum Zionis Yahudi yang dimurkai Allah Azza wa Jalla.
Berhati-hatilah terhadap berbagai pihak yang menyerukan agar kita mentaati pemimpin walaupun dzalim atau tidak adil dengan pembenaran mereka menggunakan Al Qur’an dan Hadits karena ditengarai (diduga) yang menyerukan seperti itu terkait dari upaya kaum Zionis Yahudi  untuk  “mendudukan” penguasa-penguasa negeri walaupun mereka muslim namun mereka sekutu dari Amerika yang dibelakangnya kaum Zionis Yahudi.
Kita juga sebaiknya berhati-hati terhadap mereka yang membenturkan pemahaman saudara-saudara kita kaum Wahhabi dengan pemahaman saudara-saudara kita kaum NU seperti contohnya dalam jejaring sosial facebook dengan nama Deden Salafi  , http://www.facebook.com/deden.salafy
Contoh judul tulisannya, “hati-hati dengan organisasi lakpesdam NU, jangan sampai anda murtad”.  http://www.facebook.com/photo.php?fbid=264695053547920 Deden Salafy menuliskannya berlandaskan pernahnya Ulil Absar Abdhala menjabat sebagai ketua  Lakpesdam Nahdatul Ulama.
Pendapatnya yang lain terhadap seruan petinggi NU KH Said Aqil Siroj tentang kesadaran nasionalisme dan kebangsaan dalam rangka menjaga kesatuan persatuan bangsa Indonesia. Deden Salafy menganggapnya sebagai semangat primordialisme atau yang dikatakannya sebagai nasionalisme jahiliyah.http://www.facebook.com/photo.php?fbid=273552659328826

Deden Salafy dengan seenak hatinya memotong dan memaknai sesuai seleranya terhadap hadits yang diriwayatkan Imam Muslim menjadi,
“Barangsiapa yang berperang dengan slogan primordialisme, mendakwahkan (mengajak dan menyerukan) nasionalisme atau membantu menegakkan nasionalisme, lalu ia mati MAKA IA MATI DALAM KEADAAN JAHILIYYAH“. (HSR. Muslim)

Matan/redaksi hadits sebenarnya adalah,
Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farruh telah menceritakan kepada kami Jarir -yaitu Ibnu Hazim- telah menceritakan kepada kami Ghailan bin Jarir dari Abu Qais bin Riyah dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: Barangsiapa keluar dari ketaatan dan tidak mau bergabung dengan Jama’ah kemudian ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. Dan barangsiapa mati di bawah bendera kefanatikan, dia marah karena fanatik kesukuan atau karena ingin menolong kebangsaan kemudian dia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. Dan barangsiapa keluar dari ummatku, kemudian menyerang orang-orang yang baik maupun yang fajir tanpa memperdulikan orang mukmin, dan tidak pernah mengindahkan janji yang telah di buatnya, maka dia tidak termasuk dari golonganku dan saya tidak termasuk dari golongannya. (HR Muslim 3436) Sumber:http://www.indoquran.com/index.php?surano=34&ayatno=48&action=display&option=com_muslim
Dalam hadits di atas dapat kita pahami adanya kesesuaian dengan seruan KH Said Aqil Siroj untuk mempertahankan jama’ah minal muslimin atau mempertahankan kaum muslim dalam kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Justru Deden Salafy telah keluar dari ketaatan jama’ah kaum muslim Indonesia dengan mempertahankan/membanggakan “kesukuan” nya yakni kaum Wahhabi.
Berhati-hatilah dengan mereka yang walaupun berwarga negara Indonesia namun taat kepada ulama atau umaro di luar negara Indonesia.
Walau bagaimanapun upaya yang dilakukan oleh Deden Salafy  namun dapat juga bermafaat dalam upaya penjernihan (tashfiyah), pembersihan (tanqiyah) pemahaman jama’ah kaum NU dari pemahaman SEPILIS (sekulerisme, pluralisme dan liberalisme) atau pemahaman lainnya yang menimbukan kekufuran.  Upaya keras harus ditempuh agar sesuai Ahlus Sunnah wal Jamaah sebagaimana yang diniatkan oleh para pendiri NU. Selaras yang diupayakan ust H. Lutfi Bashori dengan moto situs beliau pada  http://pejuangislam.com , “NU Garis Lurus, Melestarikan kemurniaan Ahlus Sunnah wal Jamah“
Sekali lagi kami mengingatkan kita sebaiknya meletakkan ketaatan kepada ulama negeri kita sendiri yang taat kepada Allah ta’ala dan RasulNya ketimbang taat kepada Umara (penguasa negeri).
Kita boleh mengingkari dan membenci pemimpin/penguasa terhadap sikap, perbuatan atau kepemimpinannya yang bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits  namun kita dilarang memberontak atau makar apalagi sampai tertumpah darah  sesama muslim (selama penguasa masih sholat).
“Seburuk-buruknya Pemimpin adalah mereka yang kalian benci dan mereka membenci kalian, yang kalian laknat dan mereka melaknat kalian.” (HR. Muslim).
Dari Ummu Salamah radliyallahu ‘anha berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Akan terjadi sesudahku para penguasa yang kalian mengenalinya dan kalian mengingkarinya. Barangsiapa yang mengingkarinya maka sungguh ia telah berlepas diri. Akan tetapi siapa saja yang ridha dan terus mengikutinya (dialah yang berdosa, pent.).” Maka para shahabat berkata : “Apakah tidak kita perangi saja mereka dengan pedang?” Beliau menjawab : “Jangan, selama mereka menegakkan shalat bersama kalian.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya).
Jelaslah bagi siapa yang ridha dan terus mengikuti pempimpin yang buruk maka mereka pun turut berdosa.
“Barang siapa melihat kemungkaran, maka hendaknya ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka hendaknya merubah dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan yang demikian itulah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim)
Kita mentaati ulama dan ulama bersatu dalam majelis ulama tingkat negara kemudian bersatu dalam majelis ulama tingkat dunia. Sehingga kaum muslim dapat menegakkan ukhuwah Islamiyah dalam satu kepemimpinan oleh majelis ulama tingkat dunia sebagaimana yang telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/08/16/majelis-ulama-dunia/
Marilah kita wujudkan Majelis Ulama tingkat dunia sebagai pengganti sementara ketiadaan khalifah / pemimpin umat Islam tingkat dunia.
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar