Semua Ibadah

Ketika saya membuat tulisan hati-hati dalam memahami bid’ah , saya ada menggunakan kata ghairu mahdah artinya ibadah umum.
Lalu ada yang bertanya,  apakah ada beda atau sama antara ” ibadah” dan bernilai “ibadah”?  atau adapula yang menyatakan ibadah itu adalah yang dengan niat.
Merujuk kepada tujuan hidup kita sesuai keinginan Allah yang diuraikan dalam firmanNya yang artinnya,
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (Az Zariyat : 56)
“Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian menjemputmu” (al Hijr: 99)

Maka seluruh perbuatan kita di dunia adalah dalam rangka ibadah!
Ada mahdah (ibadah khusus) dan ghairu mahdah (ibadah umum).
Ibadah khusus yang sudah ada rukun, aturan dan contoh dari Rasulullah yang “wajib” kita ikuti seperti sholat, puasa, zakat, naik haji inilah yang disebut “urusan kami” atau “urusan dalam Islam“
Ibadah umum beberapa dicontohkan oleh Rasulullah dan disunahkan untuk mengikuti , namun sebagian lagi diserahkan kepada manusia sesuai keinginan, teknologi atau zaman.
Ibadah umum seperti bekerja, berdoa/berzikir, berjama’ah, sedekah, infaq, belajar / menuntut ilmu, metode pengajaran, berpolitik, menggunakan safety belt ketika berkendara mobil, menggunakan pedal rem ketika menjalankan kendaraan, menggunakan helm ketika berkendara motor, berangkat naik haji menggunakan sarana transportasi yang lebih baik seperti dengan pesawat terbang. Yang perlu diingat bahwa “semua yang diserahkan kepada manusia” itu tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Inilah yang disebut dengan mengikuti petunjuk Allah atau pegangan hidup manusia mengarungi dunia yakni Al-Quran dan Hadits.
Ibadah umum, berdoa/berzikir, disunnahkan mengikuti  yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW namun boleh dilakukan sesuai kebutuhan/keinginan (tidak sesuai yang dicontohkan) namun biasanya mengikuti sunnah adab berdoa.
Bid’ah dholalah / terlarang adalah pada “urusan kami” atau “urusan dalam Islam” karena Islam sudah sempurna.
Kenapa sebelumnya saya menjelaskan “tujuan hidup” agar kita tidak lagi melakukan perbuatan yang bukan ibadah atau tidak ada niat.
Sehingga umat muslim yang tahu “tujuan hidup” InsyaAllah tidak akan korupsi, berbohong, memaki-maki, menuruti hawa nafsu dll yang dilarang oleh Allah.
Juga akan menjaga adab selalu “di hadapan Allah“,  setiap detik,  setiap saat.  Itulah yang saya sebut menjadi muslim yang terbaik.

Muslim terbaik adalah seorang yang sampai pada tingkatan seolah-olah melihat Allah atau paling tidak seorang yang yakin bahwa segala perbuatannya dilihat Allah maka tentu akan terdorong melakukan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Inilah sesungguhnya bentuk ketaqwaan kepada Allah yang menentukan tingkat/ukuran kemuliaan seorang muslim di hadapan  Allah.
Sesuai firman Allah, “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa” (QS. Al-Hujurat: 13)

Nah sebagian muslim tidak menyadari bahwa mereka hidup di dunia ini “di hadapan Allah“.
Mereka pahami “di hadapan Allah” adalah sewaktu diakhirat saja.
Ini kekeliruan besar! karena kita pahami bahwa Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Bayangkan sekarang, apa yang bisa kita “sembunyikan” di hadapan Allah ?

3 Tanggapan
bagaimana resep mengembalikan saudara yang terkena doktrin aliran sesat ?



Assalamu’alaikum warahmatullah
Ibadah adalah ittaba’, hanya Allah swt yang berhak menentukan semuanya.
Adapun zakat, membaca alQuran, dzikrullah, maka itu adalah ibadah yang ada tata aturannya dari Allah swt, menyelisihinya, maka berdosa. Ada yang dihukumi sunnah, ada yang wajib. Ia asli sebagai ibadah.
Adapun bekerja, maka bisa menjadi ibadah bila yang bersangkuan berniat ikhlas untuk mencari nafkah untuk keluarga sebagai kewajiban dari Allah swt.
Adapun bila ia bekerja semata bekerja, tanpa niat ibadah, maka itu bukanlah ibadah. maka dalam hal inilah dinamakan BERNILAI IBADAH.

ADA IBADAH, TANPA NIAT DAN KEIKHLASAN, MAKA TETAPLAH ITU IBADAH SECARA ASLI.
DAN ADA PULA YANG BISA MENJADI IBADAH OLEH SEBAB NIAT, TAPI TANPA ADANYA NIAT BUKANLAH IBADAH.

WAllahua’lam



pada 22 April 2010 pada 10:14 pm | Balasmutiarazuhud
Walaikumsalam warahmatullah
Silahkan akhi berpemahaman seperti itu.
Bagi saya sebagai muslim semua perbuatan di dunia adalah ibadah atau dalam rangka mengabdi kepada Allah.
Saya berupaya tidak ada satu waktupun saya tidak mengabdi Allah karena saya berupaya memenuhi keinginan Allah sebagaimana firmanNya yang artinya,
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (Az Zariyat : 56)
“Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian menjemputmu” (al Hijr: 99)

Yang utama adalah saya penuhi keinginan Allah, setelah itu Allah memenuhi/memilih keperluan saya.
Berdasarkan pilihan Allah maka saya memohon pertolonganNya agar dapat melaksanakan pilihanNya secara profesional, istiqomah dan tawakal.

Firman Allah,
“Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan.”(QS Qasas :8)

Tahukah Akhi jika kita mendahulukan keinginan sendiri ?
Firman Allah , yang artinya
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, maka Kami penuhi balasan pekerjaan-pekerjaannya di dunia dan mereka tidak akan dirugikan sedikitpun. Tetapi di akhirat tidak ada bagi mereka bagian selain neraka. Dan sia-sialah apa-apa yang mereka perbuat di dunia dan batallah apa-apa yang mereka amalkan”. (QS. Hud : 15-16)

”Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat” [Asy Syuura:20]
Lihat tulisan saya
dan

Alhamdulillah, akhi, saya berupaya berserah diri (Islam) pada Allah.
Saya berupaya menjaga adab di hadapan Allah.
Sebagian muslim tidak menyadari bahwa mereka hidup di dunia ini “di hadapan Allah“.

Mereka pahami “di hadapan Allah” adalah sewaktu diakhirat saja.
Ini kekeliruan besar! karena kita pahami bahwa Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Bayangkan sekarang, di hadapan Allah apa yang bisa kita “sembunyikan” atau perbuatan apa yang tidak kita “niatkan” ?
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar