Mengapa Salafiyyah

Sebagian bertanya, “Mengapa saya merasa perlu mengungkap Wahabi/Salaf(i) ?”
Selain keanehan mereka  ketika memasuki bulan Rabiul Awwal dengan penuh amarah dan berdasarkan buku-buku,  berita/tulisan situs-situs yang saya pelajari saya menemukan beberapa keanehan salah satunya,
Kaum salaf(i) / wahabi karena amarahnya melihat muslim bermaulid Nabi sering menyampaikan bahwa “Nabi Maupun Wali Adalah Manusia Biasa, Tidak Berhak Disembah! ”
lihat contoh http://www.almanhaj.or.id/content/2709/slash/0
Padahal kalimat sebaiknya adalah “Nabi maupun Wali adalah manusia, tidak berhak disembah”. Bukannya “Manusia Biasa” !.   Keterlaluan.
Juga kalimat tersebut bisa mempunyai arti  lain bahwa manusia luar biasa berhak disembah.  Ini mengingatkan saya kepada kepercayaan orang-orang Yahudi & Orang-Orang Musyrik bahwa “Manusia dalam perwujudan yang tinggi menyerupai Tuhan” lihat tulisan di  penghambaan sesama manusia.
Saudara-saudara ku  Wahabi / Salafi   (bukan yang dimaksud salaf) mengelompokkan saudara muslim lainnya Ahlu bid’ah namun mereka tidak paham dengan bid’ah. Apakah kita biarkan ?
Dikarenakan mereka menganggap saudara muslim lainnya sebagai ahlul bid’ah maka mereka memutus silaturahim, meng-hajr (boikot/isolir) atau tindakan-tindakan lainnya. Padahal semua itu karena mereka tidak paham tentang bid’ah.
Dan sesungguhnya pelabelan  “Ahlul bid’ah” adalah pelabelan secara halus yang sesungguhnya bisa diartikan  sebagai “kamu sesat”,  karena mereka tahunya bahwa sekalian bid’ah adalah sesat.
Kaum wahabi/salaf(i) diindoktrinasi oleh syaikh-syaikh mereka dengan pernyaatan sbb:  “Jangan mengambil ilmu agama dari ahli bid’ah, karena mereka akan menyesatkan, baik disadari atau tanpa disadari. Sehingga hal ini akan mengantarkannya kepada jurang kehancuran”  Lihat contoh :http://www.almanhaj.or.id/content/2602/slash/0
Dengan pengaruh ini maka pengikut wahabi salaf(i) akan “menutup diri” dengan pemahaman saudara-saudara muslim lainnya. Andaikata pemahaman mereka sesat/keliru maka sulit bagi saudara-saudara muslim diluar mereka memberikan nasehat.
Kalau jam’ah/majlis yang menutup diri seperti ini biasanya mengarah ada sesuatu/misi yang disembunyikan.  Dari sejak dahulu seorang yang mempelajari agama bebas berganti guru/syaikh karena sesungguhnya dasar pegangan adalah sama yakni Al-Qur’an dan Hadits. Yang berbeda dari guru/syaikh adalah semata-mata besarnya karunia al hikmah yang telah dianugerahi Allah sesuai dengan firmanNya yang artinya,
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (Al-Baqarah – 269)
Apakah mereka menjamin bahwa Allah menganugerahkan al-hikmah hanya dikalangan syaikh-syaikh mereka saja ?
Orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik sudah paham mereka tidak dapat “mengutak-utik” ayat-ayat Al-Qur’an karena terjaga sampai akhir zaman. Hal yang mungkin mempengaruhi bagi umat Islam adalah di tataran pemahaman/pemikiran  (ghazwul fikri).
Mengingat firman Allah yang artinya, “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” (Al Maaidah: 82).
Saya menduga semua keanehan ini,  tanpa kita sadari,  bisa jadi ulah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik.  Ketika mereka berupaya menjatuhkan khalifah Turki Ustmani, mereka sebenarnya yang turut mengangkat kembali pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah bersama Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mempunyai kepentingan membantu kekuasaan cikal bakal keluarga saudi.  (Lihat tulisan bahaya laten).
Orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik tentu paham bahwa pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah ditolak banyak ulama pada zamannya, sehingga dengan mengangkat kembali pemahaman ini akan terjadi konflik diantara umat Islam di kemudian hari.
Bahkan menurut info mereka pun turut membantu mencetak kembali karya-karya Ibnu Taimiyah, sehingga umat Islam pun dengan mudah mendapatkannya.
Bahkan di Arab sendiri buku-buku untuk menyebarluaskan paham wahabi / salaf(i) dibagi-bagikan secara gratis.
Pertimbangan lain adalah sebuah  hadist tentang Imam Mahdi akan berperan sebagai panglima perang ummat Islam di akhir zaman. Beliau akan mengajak ummat Islam untuk memerangi para Mulkan Jabriyyan (Para Penguasa Diktator).
“Kalian perangi jazirah Arab dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian Persia (Iran), dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Rum, dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Dajjal,dan Allah beri kalian kemenangan.” (HR Muslim 5161)
Wallahu a’lam.
Selengkapnya lihatlah tulisan untuk saudaraku wahabi / salaf(i).
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar