Membuat perkara baru

Mereka membuat perkara baru dalam kewajiban dan larangan
Mereka masih bersikeras melarang berdoa dalam bahasa Arab dengan lafazh-lafazh yang tidak ada atau tidak diajarkan atau tidak dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan bagi mereka hal itu termasuk bid’ah dlolalah di mana segala kesesatan tempatnya di neraka.
Namun mereka membolehkan berdoa dalam bahasa kita sendiri, bahasa Indonesia.
Larangan tersebut tidak masuk akal sama sekali karena bagaimana orang Arab berdoa menggunakan bahasa mereka sendiri kalau doa yang dibuat dengan bahasa Arab terlarang ?
Andaikata doa dalam bahasa Arab yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam itu kelirupun hanya menyebabkan doa tersebut tertolak atau tidak terkabulkan, tidak sampai membuat orang yang berdoanya masuk neraka.
Jelas, hal itu adalah contoh batas atau larangan yang mengada-ada yang tidak pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Mereka juga bersikeras melarang bersholawat dengan lafazh-lafazh yang tidak ada atau tidak diajarkan atau tidak dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan bagi mereka hal itu termasuk bid’ah dlolalah di mana segala kesesatan tempatnya di neraka.
Bagi mereka, kita wajib bersholawat hanya dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam seperti sholawat Ibrahimiyah. Tidak boleh kita bersholawat dengan seperti, Sholawat Nariyah, Sholawat Badar, Shalawat Munjiah, dll
Jelas, hal itu adalah contoh kewajiban yang mengada-ada yang tidak pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Begitupula mereka melarang keras sholawat yang didendangkan dalam qasidah atau nasyid.
Mereka gemar membuat larangan dan kewajiban yang mengada-ada yang tidak pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , pada hakikatnya inilah yang dinamakan bid’ah dlolalah , mengada-ada dalam kewajiban, batas atau larangan dan pengharaman.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa batas, maka jangan kamu langgar dia; dan Allah telah mengharamkan sesuatu, maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincangkan dia.” (Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi).
Pada hakikatnya seluruh kewajiban, batas/larangan ataupun pengharaman telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla, berlaku bagi manusia sampai akhir zaman dan Allah Azza wa Jalla tidak lupa.
Jika seorang ulama menetapkan atau memfatwakan perkara kewajiban, batas/larangan atau pengharaman wajib berdasarkan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla atau “turunan” dari apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla karena perkara kewajiban, batas/larangan atau pengharaman adalah hak Allah Azza wa Jalla semata.
Mereka telah mengambil hak Allah Azza wa Jalla karena membuat kewajiban dan larangan tanpa dalil dari Al-Qur’an dan Hadits.
Bagi mereka yang menetapkan dan mengikuti fatwa berdasarkan ra’yu atau akalnya sendiri tanpa dalil dari Al Qur’an dan Hadits maka itulah penyembahan di antara mereka sendiri.
“Betul! Tetapi mereka itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian itulah penyembahannya kepada mereka.” (Riwayat Tarmizi).

Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada
Boleh jadi mereka terpengaruh kaidah tanpa dalil dari Al-Qur’an dan Hadits yakni kaidah “LAU KAANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIHI” (Seandainya hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukannya).

Kesalahpahaman kaidah tersebut telah kami uraikan dalam tulisan pada
Boleh jadi mereka telah menuhankan pendapat (kaum) mereka sendiri atau istibdad bir ro’yi.
Boleh jadi mereka telah fanatik (ta’assub) dengan pendapat syaikh/ulama/ustadz kalangan mereka sendiri yang mengatakan bahwa pendapat yang mereka sampaikan adalah mazhab salaf.
Boleh jadi mereka terpengaruh fatwa yang mengada-ada bahwa “mazhab salaf itu pasti benar” [Majmu Fatawa 4/149] , padahal kita paham yang pasti benar hanyalah lafazh /nash Al Qur’an dan Hadits bahkan terjemahan atau tafsir Al-Qur’an pun pada hakikatnya tidaklah pasti benar..

Pada hakikatnya mazhab salaf tidak pernah ada, yang dikatakan mereka sebagai mazhab salaf sebenarnya adalah pemahaman (kaum) mereka sendiri terhadap lafadz/tulisan ulama salaf dimana pemahaman mereka tentu tidak pasti benar (bisa benar dan bisa juga salah). Hal ini telah kami uraikan dalam lima buah tulisan yakni
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah melarang kita berdoa atau bersholawat dengan lafazh sesuai dengan keinginan kita sendiri. Memang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada mencontohkan kita doa dan sholawat namun bukan berarti doa atau sholawat selain yang dicontohkan adalah sesat.
Imam Mujtahid yang telah jumhur ulama sepakati dan kompetensinya jauh daripada kompetensi syaikh/ulama/ustadz mereka seperti Imam Asy Syafi’I mempunyai lafazh sholawat sendiri seperti yang artinya,

“Ya Allah, limpakanlah shalawat atas Nabi kami, Muhammad, selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang lalai melupakan untuk menyebut-Mu ”
atau
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas cahaya di antara segala cahaya, rahsia di antara segala rahasia, pe-nawar duka, dan pembuka pintu kemudahan, yakni Say-yidina Muhammad, manusia pilihan, juga kepada ke-luarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karunia-Nya.”
Imam Mujtahid atau Imam Mazhab memang tidak maksum namun bagi kami mereka adalah mahfuzh (dipelihara) dengan pemeliharaan Allah subhanahu wa ta’ala terhadap orang-orang soleh. Mereka yang dengan sholatnya telah terjaga dari perbuatan keji dan mungkar atau mereka yang dengan sholatnya telah terjaga dari kesalahan.
Pada jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam syair sholawat boleh didendangkan dengan rebana biasanya dalam pesta pernikahan.
[47.76]/4750 Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al Mufadldlal Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Dzakwan ia berkata; Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin ‘Afran berkata; suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan masuk saat aku membangun mahligai rumah tangga (menikah). Lalu beliau duduk di atas kasurku, sebagaimana posisi dudukmu dariku. Kemudian para budak-budak wanita pun memukul rebana dan mengenang keistimewaan-keistimewaan prajurit yang gugur pada saat perang Badar. Lalu salah seorang dari mereka pun berkata, “Dan di tengah-tengah kita ada seorang Nabi, yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari.” Maka beliau bersabda: “Tinggalkanlah ungkapan ini, dan katakanlah apa yang ingin kamu katakan.“
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hanya mengkoreksi syair/perkataan “Dan di tengah-tengah kita ada seorang Nabi, yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari” karena Beliau tahu sebatas yang diwahyukan namun beliau tidak melarang ungkapan cinta (sholawat) sebagaimana kita ingin mengungkapkannya dengan pernyataan “katakanlah apa yang ingin kamu katakan“
Jadi jelaslah bagi kita memang mereka telah mengada-ada dalam kewajiban maupun larangan sehingga mereka pada hakikatnya terjerumus ke dalam bid’ah dlolalah sebagaimana yang telah kami uraikan dalam tulisan sebelumnya pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/04/terjerumus-bidah/
Zionis Yahudi (freemason, iluminati, lucifier atau apapun namanya) melalui Paulus (Yahudi dari Tarsus) telah berhasil mengelabui kaum Nasrani. Mereka mengubah kitab suci dan menjadikan rahib/pendeta yang dapat menetapkan kewajiban , batas/larangan dan pengharaman yang merupakan hak Allah Azza wa Jalla semata. Rahib/Pendeta/Ulama mereka menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram. Konsumsi babi dan khamr yang semula haram menjadi dibolehkan. Semula mereka katakan babi hutan yang haram namun halal bagi babi yang diternakan. Dahulu kaum Nasrani itu satu kemudian mereka terpecah belah. Kaum Protestan memprotes adanya sertifikat penebusan dosa yang diyakini kaum Katolik.
Firman Allah ta’ala yang artinya , “Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).” ( QS Al Mu’Minun [23]:53 ).
Zionis Yahudi melalui Mirza Ghulam Ahmad, Freemasonry India dengan dibiayai oleh Freemasonry International melalui penguasa Inggris berupaya mempengaruhi keyakinan sebagian kaum muslim dengan beberapa keyakinan yang menyalahi syariat Islam. Hal yang paling mudah kita ketahui adalah mereka tidak boleh sholat berjamaah dengan imam sholat bukan dari kaum mereka. Padahal ketidakmauan sholat berjamaah atau “lepasnya ikatan sholat” telah diingatkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Umamah al Bahiliy dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,”Ikatan-ikatan islam akan lepas satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh lepasnya ikatan berikutnya. Ikatan islam yang pertama kali lepas adalah pemerintahan dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad)
Pada zaman sekarang ditengarai Zionis Yahudi berupaya agar ada ulama dari kalangan kaum muslim yang dapat menetapkan kewajiban, batas/larangan dan pengharaman berdasarkan kesepakatan bersama diantara manusia tidak berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan Hadits.
Zionis Yahudi berupaya agar melupakan atau menghilangkan larangan menjadikan kaum non muslim sebagai teman kepercayaan. Padahal Allah Azza wa Jalla telah menegaskan dalam beberapa firmanNya yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (Ali Imran, 119)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Qs. Al Mujadilah : 22)
“Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah…” (Qs. Ali-Imran : 28)
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
Kaum Amerika dimana dibelakangnya adalah Zionis Yahudi berhasil menyusun kurikulum pendidikan agama bersama dengan penguasa kerajaan dinasti Saudi, sebagaimana yang terurai dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/
Ditengarai disamping Zionis Yahudi berupaya menjadikan ulama yang dapat berfatwa tanpa dalil dari Al-Qur’an dan Hadits, mereka juga berupaya menyebarluaskan kekufuran dalam i’tiqod. Mereka (zionis yahudi) telah berhasil mengelabui kaum Nasrani dengan konsep trinitas bahwa Tuhan berada di surga dan Tuhan Yesus dan Bunda Maria di muka bumi. Sekarang mereka menyerang (ghazwul fikri) kaum muslim dengan i’tiqod “Allah is in the heavens, and His Knowledge is in every place” atau “Allah is above the sky and His Knowledge is in every place” , Allah Azza wa Jalla (dzatNya) bertempat di atas langit dan ilmuNya berada di mana mana. Hal ini telah kami uraiakan dalam tulisan pada
Kenapa hal tersebut ditengarai dilakukan oleh Zionis Yahudi karena mereka ingin “memojokkan” Tuhan di tempat yang jauh dan mereka ingin menunjukkan bahwa mereka dapat berkuasa terhadap seluruh manusia di muka bumi. Dengan “hak veto” di majelis PBB mereka dapat menetapkan yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar sesuai dengan hawa nafsu mereka sendiri sebagaimana mereka dari dahulu telah berpaling dari kitab dan mengikuti ajaran paganisme peninggalan Mesir kuno yang pada hakikatnya mereka telah menjadi penyembah syaitan sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,
“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).” (QS Al Baqarah [2]: 101 )
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS Al Baqarah [2]:102 )
Mereka, Zionis Yahudi ingin berkuasa terhadap seluruh manusia di muka bumi. Prof. J.S. Malan dalam tulisannya, New Age Reforms bahwa seluruh sumber daya alam dunia, seperti moneter dan industri harus dikontrol sepenuhnya oleh “pemerintahan dunia” karena dengan cara seperti ini, sistem persamaan ekonomi serta kesejahteraaan dunia dapat dilaksanakan serta dinikmati secara merata. Seluruh dunia hanya mempunyai satu sistem moneter yang pengawasannya di bawah satu badan yang tersentralisasi. Dengan cara seperti ini memungkinkan “pemerintahan dunia” menjalankan kebijaksanaannya untuk mengendalikan seluruh negara dan rakyatnya. Inilah yang dinamakan the New World Order (NWO); tatanan dunia baru.
Dunia harus “tunduk” dan “menyembah” kepada dolar sebagai medium untuk mendapatkan karunia dari tuhan (setan) Lucifer / Zionis Yahudi. Mereka yang mendapatkan limpahan dolar akan mampu menjadi manusia unggul. Dan mereka yang menguasai dolar –di bidang ekonominya– adalah mereka yang menguasai dunia.
Hal ini telah diuraikan dalam tulisan pada
Oleh karenanya marilah kita teguhkan Ukhuwah Islamiyah walaupun kita berbeda pemahaman terhadap Al-Qur’an dan hadits. Janganlah taklid buta kepada syaikh/ulama/ustadz walaupun mereka mengatakan bahwa apa yang mereka sampaikan adalah pemahaman Salafush Sholeh. Ingatlah selalu bahwa apa yang mereka katakan tidaklah pasti benar untuk itulah kita harus selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits. Jika kita belum mempunyai kemampuan untuk merujuk langsung kepada Al Qur’an dan hadits maka bertanyalah kepada ulama yang memahaminya.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS An Nahl [16]:43).
Lebih baik kita bertanya kepada ulama yang mempunyai sanad ilmu yang terhubung dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ketimbang ulama yang belajar secara otodidak, membolak-balik kitab di perpustakaan. Ulama yang sebagian besar memahami Al Qur’an dan Hadits secara otodidak besar kemungkinan pemahaman mereka bercampur dengan ra’yu atau akal mereka sendiri bahkan bercampur dengan kepentingan atau hawa nafsu. Padahal kita paham bahwa segala yang memperturutkan hawa nafsu adalah kesesatan.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya “…Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26 )
Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar