Keluar dari pemahaman Salaf(i) Wahabi

Mengapa Mereka “keluar” dari pemahaman Salaf(i) Wahabi
Sesungguhnya saudara-saudara muslimku kaum Salaf(i) (pengikut Salafy Wahabi) dan Syaikh-Syaikh mereka seperti Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Syaikh Al Albani dan lainnya yang sepemahaman  adalah saudara-saudara muslim ku yang “berupaya” mengikuti Sunnah, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ Tabi’in namun pada kenyataannya mereka menyandarkan pada metode pemahaman (madzhab) Syaikh Ibnu Taimiyah semata.
Kesimpulan kami (lihat tulisan-tulisan di blog kami ini tentang Salaf(i) ) , Syaikh Ibnu Taimiyah mempergunakan nama madzhab “generik” agar dikalangan muslim beranggapan sesuai dengan yang dimaksud sebagai “generasi terbaik”. Padahal sesungguhnya untuk “membungkus” nama Madzhab Taimiyah
Bahkan Syaikh Ibnu Taimiyah menfatwakan sendiri bahwa madzhab beliau adalah pasti benar.
“Barangsiapa mengingkari penisbatan kepada salaf dan mencelanya, maka perkataannya terbantah dan tertolak ‘karena tidak ada aib untuk orang-orang yang menampakkan madzab salaf dan bernisbat kepadanya bahkan hal itu wajib diterima menurut kesepakatan ulama, karena mazhab salaf itu pasti benar” [Majmu Fatawa 4/149]
Oleh karena banyak fitnah ditimbulkan atas metode pemahaman mereka maka saya sarankan bebaskanlah diri kita dari mereka.
Jadi sudah saatnya kita merujuk (fanatik) kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Sesuai firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 59 yang artinya:
“Jika kamu berselisih pendapat maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnah-nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.”

Bebaskan akal dan hati kita untuk mempersiapkan menerima anugerah Al-hikmah dari Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang sebagaimana firman Nya yang artinya.
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (Al-Baqarah – 269)
Kesimpulan:
Sebaiknya tidak membatasi diri kita dengan terbatasnya atau sebatas anugerah al-hikmah yang diterima orang lain.

Klo mau mengikuti metode pemahaman (madzhab) maka ikutilah yang sudah disepakati jumhur ulama yakni Imam Madzhab yang empat.
Alhamdulillah, beberapa orang yang  “keluar” dari metode pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah adalah orang-orang yang membebaskan akal dan hati mereka dan kembali fanatik pada Al-Qur’an dan Hadits.
Nyatalah sudah mengapa metode pemahaman (madzhab) Syaikh Ibnu Taimiyah ditentang oleh jumhur ulama pada zamannya
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab  yang “mengangkat” kembali metode pemahaman (madzhab) Syaikh Ibnu Taimiyah pun ditentang oleh kakaknya (Sulaiman bin Abdul Wahab) yang bermadzhab Hanbali
Anggapan saudara-saudara muslimku kaum Salaf(i)  justru sebaliknya bahwa kakaknya menentang da’wah sunnah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Anggapan yang keliru atau memutar balikkan fakta. Naudzubillah min Zalik.
Kami sama sekali bukan menentang da’wah Sunnah namun kami tidak sependapat dengan da’wah Sunnah ala Syaikh Ibnu Taimiyah.
Salah satu guru Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat: “Wahai Muhammad bin Abdul Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’zham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.”
Wassalam
Catatan : Untuk seluruh istilah kaum Salaf(i) dalam blog ini adalah yang dimaksud dengan Salaf(i) Wahabi. Agak sulit untuk menulis “pangillan”nya karena mereka melarang penamaan kelompok.
Info penting ! Sebuah ebook sudah dipublikasikan
Inilah Ahlus Sunnah Wal Jamaah oleh A. Shihabuddin
(Kumpulan Dialog Membela Faham Aswaja Dari Faham Salaf(i) Wahabi)

Penerbit menganjurkan bagi setiap muslim untuk mencetak ulang dan menyebarkan serta mengajarkan materi buku tsb  ke seluruh pelosok dunia, dan baginya pahala dari Alloh ‘azza wa jalla.
Untuk download silahkan melalui link dibawah ini.
Alternatif 1

Alternatif 2

Alternatif 3 (download langsung)


20 Tanggapan
saudaraku seiman, aku paham bahwa dalm siar islam ini tdk mudah menerimanya kecuali orang2 yg dianugrahi petunjuk dn rahmat Allah Swt. jd kewajiban manusia itu menasehati dn menyampaikan apa yg diprintahkn oleh Allah dn rasul-Nya, tp jk kt perbeda pendpt tdk usa sling brmushan at sling menjstuhkn 1 dg yg lain. sbb kebenran yg hakiki itu hanya mlik Allah Swt. kmblilah pd Al-qur’an dn hadist shohi sja. menurut aku,islam tdk kenal namax mazab,kt boleh ikuti pendpt ssorng asal tdk brttngn dg qur’an dn hadist



pada 26 April 2010 pada 11:39 am | Balasmutiarazuhud
Alhamdulillah, saya tidak memusuhi mereka. Saya hanya sekedar menyampaikan letak perbedaan dalam rangka saling mengingatkan. Lihat tulisan Saya tidak membenci saudara-saudara muslimku kaum Salafiyyah



Bahkan Syaikh Ibnu Taimiyah menfatwakan sendiri bahwa madzhab beliau adalah pasti benar.
“Barangsiapa mengingkari penisbatan kepada salaf dan mencelanya, maka perkataannya terbantah dan tertolak ‘karena tidak ada aib untuk orang-orang yang menampakkan madzab salaf dan bernisbat kepadanya bahkan hal itu wajib diterima menurut kesepakatan ulama, karena mazhab salaf itu pasti benar” [Majmu Fatawa 4/149]
Kebodohan nt terhadap manhaj salaf, kasiyan banget!!!
Coba nt baca ini:

Moga-moga setelah nt baca, nt ngerti apa itu salaf, Barakallahufiik



pada 27 April 2010 pada 1:33 pm | Balasmutiarazuhud
Alhamdulillah, antum menilai saya sebagai sebuah kebodohan. Bacalah tulisan-tulisan saya di blog ini.

Saya meyakini ulama-ulama pada generasi salaf, klo batasnya sebelum 300H, maka termasuk didalamnya empat Imam Madzhab.
Namun saya berbeda pendapat dengan ulama-ulama Salafy Wahabi / Salafiyyah (ulama-ulama yang “berupaya” mengikuti ulama-ulama pada generasi salaf)
Yang paling jelas perbedaan adalah bagaimana ulama-ulama Salafy Wahabi / Salafiyyah melabelkan saudara-saudara muslim lainnya sebagai ahlul bid’ah namun mereka sendiri tidak paham tentang bid’ah. Bagi mereka bid’ah hanyalah bid’ah dholalah. Sedangkan kita ketahui Imam Syafi’i (ulama pada generasi salaf) mengatakan adanya bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah.
Selengkapnya tentang bid’ah ada di
Mohon baca berurutan. Semoga antum dirahmati Allah




Emangnya Ibnu taymiah dan muhamad bin abdul wahab (dedengkot wahabi) hidup jaman salaf?jangankan jaman salaf,jaman kalaf pun mereka tidak mengalaminya,tapi fatwa dan tulisan mereka dijadikan rujukan bahwa merekalah yang bener2 salaf?waduh cilaka 12,dikemanakan 600 tahun sebelum Ibnu taymiah dan 1200 tahun sebelum wahabi muncul. Jangan2 mereka dicap sesat gara2 tidak mempelajari 3 tauhid mereka dan tidak mengikuti mazhab taimiyah?



pada 16 Mei 2010 pada 11:07 am | Balassalafi wahabi
Madzab salaf adalah madzab para sahabat.
Salafi wahabi adalah mengikuti metoda mereka para sahabat yang mengerti dan tidak kebingungan dalam memahami Islam.




mengikuti,,,,lansung loncat dari abad ke 18 ke abad 6..selisihnya dapet dari wangsit si abdul wahab yah,,ckckckkkk,…dikemanain tuh ulama yang menyiarkan islam 12 abad sebelum si wahab muncul…..ngaku salaf,,padahal salah



halahhhh,,,itukan cuma karang2an wahabi aja.emang taimiyah dan abdul wahab ngalamin jaman salaf,wong pemikiran mereka aja banyak yang bertentangan dengan ulama2 sejaman dengan mereka.yang membuat bingung dalam memahami islam ya karena mereka menukil hadis dan ayat sepotong2 tidak pada tempatnya,sehingga yang difahaminya hanya setengah2.



wahabi mengklaim sebagai yang mengikuti generasi salaf adalah untuk mengkelabui orang-orang awam agar mereka tertarik, adapun orang-orang yang mempunyai sedikit ilmu agama mereka tidak akan terpedaya oleh wahabi.



udah-udah mau salaf mau bukan kek !! yg pnting jika tdk ada dalil jgn diikuti iya ngak!!!….gitu ja kok repot heheheheh



pada 18 Juni 2010 pada 4:00 am | Balasmutiarazuhud
Mengikuti salaf (salafush sholeh) sih ok dan dianjurkan tentu , tapi kalau mengikuti kaum yang “mengikuti salaf” atau wahabi atau salaf(i) harus berhati-hati. Itu aja koq



pada 9 Juli 2010 pada 10:54 am | Balasdenny prabowo
Sori mas, yang gw tahu salaf itu generasi sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin.
kalo kita ga menisbatkan cara beragama kita dg mereka, maka pada siapa kita harus menisbatkan cara beragama?
menurut gw perkataan ibn Taimiyah konteksnya sama aja kok, coba baca ulang:
“Barangsiapa mengingkari penisbatan kepada salaf dan mencelanya, maka perkataannya terbantah dan tertolak ‘karena tidak ada aib untuk orang-orang yang menampakkan madzab salaf dan bernisbat kepadanya bahkan hal itu wajib diterima menurut kesepakatan ulama, karena mazhab salaf itu pasti benar” [Majmu Fatawa 4/149]
dalam bahasa lainnya:
barang siapa mengingkari penisbatan cara beragama kepada sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin dan mencelanya maka perkataannya terbantah… dst… karena mazab sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin itu pasti benar.
saya ga liat dimana letak salahnya. bukannya kita memang harus menisbatkan cara beragama pada sahabat, tabiin, tabiut tabiin? dan itu juga mazab imam yg 4.
terus pernyataan ente yang menganjurkan kita fanatik sama alquran dan sunnah itu gimana?
apa maksudnya kita ga boleh berpegang sama penjelasan sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin?
nah terus kita harus mengambil al quran dan sunnah berdasarkan tafsir dan syarah dari diri kita sendiri gitu maksudnya?
bukannya Rasulullah yg bilang: berpeganglah kepada sunnahku dan sunnah khuafur yg diberi petunjuk?



pada 9 Juli 2010 pada 6:37 pm | Balasmutiarazuhud
Kalau salafush sholeh, ana setuju.
Kita harus bedakan antara salaf dengan salaf(i).
Salaf(i) adalah orang yang berupaya mengikuti salaf. Bagaimana hasil upaya mereka silahkan pahami sendiri.
Silahkan bandingkan dengan i’tiqad / akidah salaf yang sebenarnya, antum akan melihat perbedaannya dengan salaf(i)
pada ebook berikut ini




Daripada debat kusir tak ada juntrungannya yukk ajarin kite2 berdoa sehabis sholat fardhu menurut Ahlussunnah wal Jamaah yukk. Syukron yah wass Zainal



pada 7 November 2010 pada 7:02 pm | Balaspencari_kebenaran
pertama membaca tulisan tentang hadits jariyah dan juga tanggapan terhadap komentar pembaca oleh penulis,saya awalnya senang.akan tetapi ketika membaca artikel tentang salafi khususnya pencelaan terhadap ulama disana.saya seprti mendapatkan tidak ada bedanya antara penulis dengan salafi yg terkadang suka mencela juga.hampir tidak seluruhnya benar akhirnya perkataan penulis bahwa tidak memusuhi orang-orangnya tapi sepertinya hanya kata-kata saja.memang sangat berat berlapang dada kalau ada kebencian.maaf saya tidak bermaksud membela salafi karena saya jg bukan dari kelompok itu,hanya ingin mencari kebenaran terutama dari orang (ulama) yg berilmu,mengamalkan ilmunya,tidak mencari makan dari pemberian pemerintah atau pengikutnya tapi dari tangan sendiri dan tidak hidup di alam kemewahan dunia.tapi sampai saat ini belum ketemu juga…yah harus kecewa lagi.



yg nulis kayaknya lbh pantas kta jadikan ulama dech! Krn lbh hebat dari syaikhul islam ibnu taimiyah! Sampeyan sudah berapa ribu hadits yg hafal mas! Apa jgn2 smpy jg hafal Al qur’an. Apa smpyn jg sudah tau betul kitab2 ibnu taimiyah dan memahaminya?! Dan jg kitab murid2nya yg menceritakan perjalanan hidup ibnu taimiyah hingga wafatnya. Smpyn puinter buanget! Ga jauh beda sama salman rusdi. Bisa mencaci tanpa ilmu memadai! Kyk anak sy yg 3 tahun kalo ngomong persis smpym.



pada 23 Mei 2011 pada 3:15 am | Balasmutiarazuhud
Mas , ini bukan masalah siapa yang lebih hebat namun kami sekedar menyampaikan apa yang kami pahami dari Al-Qur’an dan Hadits.



satu pertanyaan untuk al akh MZ yang mulia, apakah seseorang yang tidak berpendapat dengan pendapat salah satu atau semua dari 4 madzhab besar dianggap telah keluar dari salaf atau ahlus sunnah?



pada 24 Mei 2011 pada 5:18 am | Balasmutiarazuhud
Mas Ajam, semoga kesejukkan rahmatNya menaungi hari-hari antum.
Jika orang yang tidak mau mengikuti pendapat imam mazhab dan mereka merujuk langsung (menggali hukum) dari Al-Qur’an dan Hadits namun mereka tidak berkomepetensi sebagai imam mujtahid serta menggunakan metodologi “terjemahkan saja” maka itu kemungkinan besar akan timbul kesalahpahaman-kesalahpahaman. Sebagai contoh kecil bagaimana mereka salah memahami kata kiasan (balaghah) “dengan Rasulullah” seperti yang kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/05/10/dengan-rasulullah-2/




dari jawaban antum, ana menangkap maksud bahwa boleh jadi, sekali lagi, boleh jadi ada pendapat (atau mungkin dalam scope lebih besar adalah madzhab) di luar 4 madzhab besar yang termasuk dalam ahlus sunnah asalkan pendapat tersebut dilandaskan pada prinsip ahlus sunnah, yakni berpegang pada Alquran dan Assunnah dengan pemahaman salafush sholih. begitu bukan? jika ana salah menangkap maksud antum, mohon diluruskan.
akan tetapi (entah ini terjadi hanya pada sebagaian saja atau keseluruhan) secara umum yang ana temui, golongan NU atau Asy’ariyun mewajibkan untuk bermadzhab pada salah satu dari 4 madzhab besar dan mencela golongan lain yang tidak bermadzhab pada salah satu dari 4 madzhab besar tersebut. golongan Nu dan Asy’ariyun menyebutnya sebagai golongan anti madzhab atau tidak bermadzhab atau mengharamkan madzhab atau madzhab baru, dan sebutan2 lain yang berkonotasi negatif.
lalu bagaimana dengan antum sendiri mengenai suatu golongan yang tidak menisbatkan dirinya pada madzhab tertentu atau pendapatnya tidak sesuai dengan pendapat salah satu dari 4 madzhab besar?
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar