Tinggalkanlah Salafy

Tinggalkanlah metode pemahaman Salaf(i) (madzhab Taimiyah).
Saya menyarankan kepada saudara-saudara muslim  Salaf(i), sebaiknya untuk meninggalkan metode pemahaman Salaf(i)  (Salaf ala Syaikh Ibnu Taimiyah).
Lihatlah bagaimana tanggapan saudara-saudara muslim pada umumnya terhadap pengikut Syaikh Ibnu Taimiyah / Salaf(i) ?
Beberapa gambarab  situasi dapat dibaca di sini,
atau situasi adanya perbedaan tanggapan muslim menghadapi maulid Nabi.
Bahkan ada contoh sebuah ungkapan/”rumus”  kalangan Salaf(i), yakni:
- Mengkritik ulama/syaikh Salaf(i) (pengikut Taimiyah) artinya mencela dan menyerang.
- Mereka membid’ah-bid’ahkan yang lain artinya nasihat

Madzhab Taimiyah atau metode pemahaman Salaf(i) adalah metode pemahaman yang disusun dan diolah oleh Syaikh Ibnu Taimiyah dalam upaya beliau mengikuti Sunnah dan Salafush Sholeh.  Metode ini dikenal pula sebagai metode pemahaman secara harfiah atau tekstual terhadap Al-Qur’an dan Hadits.
Bagi saya metode pemahaman secara harfiah atau tekstual adalah menunjukkan suatu keterbatasan atau membatasi diri. Allah telah berfirman yang artinya,
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (Al Baqarah : 269)
Syaikh Ibnu Taimiyah terlampau berlebihan memaknai ketundukan akal terhadap nash-nash Al-Qur’an  dan nash-nash Sunnah.
Dalam hal ini ketundukan akal sesungguhnya adalah tidak boleh menambah nash-nash Al-Quran dan nash-nash Sunnah  karena Islam telah sempurna, namun mempergunakan akal untuk mengambil pelajaran dari nash-nash Al-qur’an dan Sunnah adalah sebuah kewajiban muslim yang merupakan anugerah karunia dari Allah, dimana setiap muslim bisa berbeda-beda kadar mendapatkannya.
Sebagai contoh, pengikut Syaikh Ibnu Taimiyah /  Salaf(i)  belum dapat memahami (mengambil pelajaran) dari pernyataan muslim yang belajar  tentang Tasawuf bahwa “Aku beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, bukan karena aku mengharapkan masuk surga, dan juga bukan karena takut masuk neraka“
Bagi Salaf(i) yang pemahaman mereka terbatas (atau membatasi diri) secara harfiah atau tekstual, pernyataan murid Tasawuf ini adalah sebagai bentuk mengenyampingkan aspek al-khauf (rasa takut) dan ar-raja` (pengharapan).
Pelajaran yang dapat ditarik atau makna dari pernyataan murid Tasawuf itu sesungguhnya adalah “Bagi mereka yang sudah mencapai keadaan/tingkatan tertentu, mereka beribadah secara ikhlas kepada Allah bukan karena Surga atau Neraka karena mereka paham bahwa sesungguhnya perintah dan larangan dari Allah adalah wujud dari ke Maha Pemurah dan Maha Penyayang Allah. Sungguh perintah dan larangan Allah adalah demi kebaikan manusia itu sendiri
Kaum Salaf(i) sesungguhnya membatasi diri mereka pada keadaan / tingkatan keimanan berdasarkan aspek al-kauf (rasa takut) dan ar-raja’ (pengharapan) semata.
Kalau kita ambil pelajaran dari kehidupan seorang anak. Seorang anak dilarang oleh orang tuanya untuk menaiki dan berjalan di sebuah tembok yang tinggi. Anak pada umumnya akan mengikuti larangan orangtuanya karena mengertiperintah larangan orang tua itu secara harfiah dan aspek rasa takut pada orangtuanya maupun mengetahui akibat jika larangan itu dilanggar.
Namun bagi anak yang telah “mengenal” orangtuanya, dia akan mengikuti larangan orang tuanya, karena dia paham bahwa orang tuanya melarangnya merupakan wujud rasa sayang orang tua kepadanya. Jadi anak itu ikhlas mengikuti larangan orangtuanya tanpa peduli dengan akibat jika larangan itu dilanggar.
Anak yang “mengenal” orangtua itu adalah ibarat murid Tasawuf  “mengenal” Allah atau pada kalangan ahli Tasawuf dikenal dengan istilah ma’rifatullah.
Nasehat Imam Syafi’i, “Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih (Syariat) dan juga menjalani tasawuf (hakikat & marifat), dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih (syariat) tapi tidak mahu menjalani tasawuf (hakikat & marifat) , maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa.
Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf (hakikat & marifat) tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih (syariat), maka bagaimana bisa dia menjadi baik ?”
Namun sangat disayangkan kaum Salaf(i) dilarang oleh pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah untuk belajar Tasawuf (seputar hakikat dan marifat). Pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah terbatas bahwa ilmu Tasawuf adalah bid’ah dholalah (terlarang sesat).
Syaikh Ibnu Taimiyah sudah “mengumpulkan” hadits-hadits yang berhubungan dengan bid’ah namun kenyataannya beliau belum dapat mengambil pelajaran (al-hikmah) dari sekumpulan nash-nash hadist tersebut. Sehingga beliau berpendapat sekalian bid’ah adalah sesat.
Padahal umat muslim pada umumnya sebagaimana Imam Syafi’i, berpemahaman bahwa bid’ah itu terbagi secara umum dalam dua sifat yakni bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah.
Kita maklum keterbatasan pemahaman Salafy sesuai firman Allah pada Al-Baqarah ayat 269, bahwa anugerah  al hikmah (pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadits) diberikan kepada siapa yang dikehendaki Allah dan dalam derajat/kedalaman pemahaman yang berbeda-beda.
Nah, kenapa kita harus membatasi diri atau mengikuti keterbatasan pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah ?
Sebaiknya ikutilah metode pemahaman Imam Mujtahid yang lain yang dapat membebaskan kita untuk menerima anugerah al-hikmah dari Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Wassalam
Zon di Jonggol
PDF Files:

81 Tanggapan
saudaraku seiman, mengapa tulisanx slalu seputar kritik dan celaan terhadap ibn taymiyah trus. sy berharap ada tulisan yg berbobot tuh menambah iman takwa dan ilmu. trus trang komentar sy dg tulisan di ats. bahwa semua bid’ah itu sesat, dn yg smua sesat tempatnya neraka” itu hadist yg shohi# jd siapa yg mencoba brani membagi2 bid’an jd dua bid’ah baik dn bid’ah sesat, sungguh orang2 itu justru yg tdk taat pd Allah dn rasul-Nya, pahamilah baik2 kata2 “semua bid’ah sesat”



kata “semua” tdk selalu bermakna “semua”. hal tersebut bahkan ditunjukkan melalui alquran dan hadis shahih, plus ilmu ushul fikih.
baca di sini ttg “semua” tdk bermakna “semua”
intinya, ilmu jangan dipahami lewat terjemahan doang. barakallahu fiik




dari awal kamu hanya membahas salafy kamu termasuk kalangan liberalya meskipun kamu juga pernah mengomentari tidak setuju kalangan liberal tp kata aku sih itu pura2 buktinya lewat tulisan ini kamu menyalahkan salafy atas pandangannya terhadap al-qur’an y#g ma’shum dan hadits yang terhindar dari hawa nafsu perbuatan menggugat keimanan spt itu kan pandangan kaum liberal laknatullah. bertobatlah



pada 30 April 2010 pada 10:37 am | Balasmutiarazuhud
Permasalahan paham liberal sudah jelas duduk permasalahannya. MUI pun sudah mengeluarkan fatwa dan kita pun harus mentaati fatwa itu.
Saya sampaikan dalam tulisan diatas adalah Syaikh Ibnu Taimiyahterlampau berlebihan memaknai ketundukan akal terhadap nash-nash Al-Qur’an bersifat ma’shum (terjaga) dari kesalahan, dan nash-nash Sunnah bersifat ma’shum (terjaga) dari hawa nafsu. Dalam hal ini ketundukan akal sesungguhnya adalah tidak boleh menambah nash-nash Al-Quran dan nash-nash Sunnah karena Islam telah sempurna. Mohon dibaca ulang dengan cermat dan sebaiknya awali dengan mengucapkan “Bismillahirohmanirohim” agar kita merasakan pertolonganNya.



lha, postingan tanpa ilmu gini aja aku baca, hemm.. buang waktu



pada 30 April 2010 pada 11:47 am | Balasmutiarazuhud
hemm, kami sekedar menyampaikan. Keputusan apapun tanggung jawab masing-masing



kalau saya keluar dari salafy? terus saya harus berpaham apa?????????????
kalau saya masuk tasawuf saya takut leher saya dipenggal seperti SYAIKH SITI JENAR, DAN AL-HALAJ……



Setahu ane… Salafy, Muhammadiyah, Persis, HT, NU, NW… semua tujuannya, kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah (meskipun dengan cara pendekatan yang berbeda-beda)… jadi kenapa harus ditinggalkan?



pada 1 Mei 2010 pada 9:05 pm | Balasmutiarazuhud
Kita harus bedakan antara Salaf dan Salafy, Salafy adalah mereka yang “berupaya” mengikuti Salaf. Bagaimana upaya mereka kita dapat lihat dari “output” / perilaku mereka. Periksalah pada link-link dalam tulisan



saya ingin meluruskan kesalahpahaman mutiara zuhud dalam memahami makna ‘salafy’,
‘salafy’ bukanlah mereka yang “berupaya” mengikuti manhaj Salaf sebagaimana yg mutiara zuhud pahami,

adapun ‘Salafi’ adalah mereka yang pendapatnya sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah dalam hal ‘aqidah, hukum dan suluknya (jalannya) menurut pemahaman Salafush Shalih meskipun dalam hal waktu dan tempatnya, hidup mereka jauh dengan para salafush shalih (orang-orang terdahulu yg shalih), begitu juga sebaliknya, seseorang yg pendapatnya menyalahi Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka orang tsb tidak bisa disebut ‘salafi’ walaupun ia hidup dijamam para Sahabat, Tabi’in dan Taibi’ut Tabi’in…..
(Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji dalam kitabnya al-’Aqiidatul Islamiyyah bainas Salafiyyah wal Mu’tazilah)

jadi, salah besar jika ‘salafi’ hanya diidentikan dengan Ibnu Taimiyah.
sangat lebih baik lagi jika mutiara zuhud ini belajar lagi dalam memahami salaf, salafi, dan bid’ah, sebelum anda mengkritisi atau bahkan menganjurkan umat muslim untuk meninggalkan seorang Ulama sekaliber Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yg pemahamannya itu sangat jauh diatas kita semua yg ada disini….




pada 10 Mei 2010 pada 9:25 pmmutiarazuhud
Bagaimanapun kita harus bedakan antara Salaf dengan Salafi.
Sedangkan Syaikh Ibnu Taimiyah dan yang sepemahaman, mereka berijtihad dengan metode pemahaman secara harfiah atau tekstual. Mereka adalah orang-orang yang berupaya mengikuti Sunnah, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in.
Kita bisa jumpai imam-imam yang berijtihad dengan metode pemahaman yang tidak sama dengan metode pehaman Syaikh Ibnu Taimiyah.
Lalu kaum Salafi (madzhab Taimiyah) berpendapat bahwa kaum muslim lain menyalahi Al-Qur’an dan Hadits berdasarkan metode pemahaman mereka. Inilah pokok pangkal permasalahan. Sebagai contoh bagaimana kaum Salafi (madzhab Taimiyah) menganggap sebagian muslim lainnya sebagai ahlul bid’ah sedang mereka sendiri belum paham sepenuhnya tentang bid’ah. Bandingkan bid’ah menurut metode pemahaman Imam Syafi’i.
Bagi saya, metode pemahaman Salafi (Taimiyah) yang secara harfiah atau tekstual ibarat memahami dengan menggunakan “mata kepala” sedangkan sebagian muslim lain yang tidak menggunakan metode pemahaman secara harfiah atau tekstual , ibarat memahami dengan menggunkan “mata hati” Itu pokok perbedaannya.

Apa lagi perbedaan ada juga pada bagian i’tiqad . Lihatlahhttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/05/07/itiqad-salafi/
Silahkan antum jika tetap ingin mengikuti metode pemahaman salafi atau “mata kepala”. Saya hanya sekedar menyampaikan. Kalaupun antum ingin menggali (berijtihad) sendiri, cobalah tidak bersandar pada upaya Ibnu Taimiyah, langsung mengkaji pada Al-Qur’an, Tafsir, Hadits-Hadits dan Syarahnya, Kitab-kitab Fiqih, Kitab-Kitab Ushuluddin, Kitab-Kitab Tasawuf dan buku-buku umum lainnya. Namun terkadang kita terkendala untuk mendapatkan sumber dan literatur. Terlebih kehidupan kita telah berjarak terlampau jauh dengan masa kehidupan Salafush Sholeh



pada 1 Mei 2010 pada 4:31 pm | Balashamba Allah
bismillah..masyaallah…dalil darimana antum bisa mengajak ummat untuk menjauhi ilmu seorang ulama besar seperti syaikhul islam ibnu taimiyah… apa antum ga blajar keutamaan seorang ulama?? apakah antum seorang ulama, jika ya maka ulama macam apa?? … antum selalu memakai ra’yu antum bukan dalil…merasa lebih pintar dari syaikhul islam ibnu taimiyah..?? sudah berapa juz Alqur’an yang antum hafal?memang berapa ribu hadist shohih yang sudah antum hafal??,,berapa ribu hadist yang antum sudah pelajari?? apa antum sudah mengerti ilmu Al Jarh Wa At Ta’dil ,sudah mengerti sanad hadist beserta rawinya??… mengerti ilmu syariat? dll?? jika mau mengeritik maka antum haruslah lebih pintar dari yang dikritik..dan YANG TERPENTING HARUSLAH BERDASARKAN QUR’AN DAN SUNNAH…!!!!!!!!!!
beliau (ibnu taimiyyah) berpegang teguh pada qur’an dan sunnah… sedangkan antum berpegang pada dalil tassawuf yang tidak pernah dikenal sebelumnya baik diera rasulullah maupun shahabat yang mulia… coba antum tunjukkan satu dalil saja yang shahih tentang tassawuf dari rasulullah maupun shahabat jika antum tergolong orang yang benar..!!!… jika antum berpegang teguh pada Alqur’an dan hadist yang shahih maka tidak akan antum dapatkan tentang ajaran tassawuf..!!! cukupkanlah dirimu dengan Qur’an dan sunnah dan jangan mengada-ada.. jangan antum menganggap diri antum lebih mengetahui islam dari pada rasulullah dan para sahabatnya… dan muliakanlah ulama2 ahlussunah.. karena berkat merekalah kita bisa belajar islam yang benar serta sempurna dan juga kita juga bisa mengetahui mana dalil yang dho’if dan yang shahih.. bukan dengan tassawuf…!!




pada 1 Mei 2010 pada 9:00 pm | Balasmutiarazuhud
Kajian saya berdasarkan “output” umat/pegikut yang terjadi dari metode pemahaman Salafy. Sekali lagi kita harus bedakan antara Salaf dan Salafy. Salafy adalah yang “berupaya” mengikuti Salaf, namun bagaimana upaya yang terjadi kita bisa lihat dari output yang mengikuti. Periksa kembali link-link yang saya cantumkan bagaimana nafsu amarah bisa tampak dalam tulisan mereka. Mereka-mereka yang belum paham bagaimana menjaga adab di depan Allah ketika mengarungi kehidupan di dunia.
Semoga mereka dirahmati Allah.




Bismillah.
Ana sarankn kpd salafiyyin yg mbaca tulisan ini agar tdk terpancing emosi & mberi komentar2 yg keras. Krn itu yg dcari oleh penulis. Kembalilah mempelajari ilmu2 yg brmanfaat bg kita, krn itu memang tugas kita sbg thalibul ilmi.




pada 3 Mei 2010 pada 2:03 pm | Balasmutiarazuhud
Wahai saudaraku Salafiyyin, sebaiknya antum melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu bukan karena penulis atau memperturutkan hawa nafsu. Begitu juga mencintai dan tidak mencintai kelompok bukan karena hawa nafsu. Sebaiknya semua itu kita lakukan semata-semata dalam rangka menyembah/beribadah kepada Allah.
Saya menyampaikan / melakukan semua ini semata-semata dalam rangka saling mengingatkan atas dasar saling mencintai dengan ruh Allah. Ada “sesuatu” yang kemungkinan besar tidak didapatkan dari metode pemahaman (madzhab) Syaikh Ibnu Taimiyah, metode pemahaman secara harfiah atau tekstual. Kecuali antum berpuas diri atau membatasi diri dengan madzhab itu, yang kami katakan pula sebagai “pendangkalan” ajaran Islam.




Saya puas dengan madzab ibnu taimiyah, tentu ini disebut pendangkalan ajaran islam untuk orang-orang liberal.



pada 10 Mei 2010 pada 9:30 pmmutiarazuhud
Silahkan kalau memang antum berpuas diri dengan hasil pencapaian Ibnu Taimiyah semata. Kalau saya boleh menyarankan galilah lebih “dalam” Al-Qur’an, Tafsir, Hadits-Hadits dan Syarahnya, Kitab-kitab Fiqih, Kitab-Kitab Ushuluddin, Kitab-Kitab Tasawuf dan buku-buku umum lainnya. atau galilah hasil ijtihad imam-imam lainnya.



pada 5 Mei 2010 pada 9:22 pm | BalasAbdulloh
Bismillah. Ketahuilah semoga Alloh menunjuki kita dan melindungi kita dari orang yang menghalangi kita dari jalan yang lurus. Tak kenal maka tak sayang. Untuk lebih mengenal siapa dan apa itu salafy dan manhaj salaf ikuti link berikut: http://www.darussalaf.or.id/stories.php?catid=15
Mohon tidak menghapus komentar ini, mudah2an berguna bagi sekalian kaum muslimin.




pada 6 Mei 2010 pada 8:57 am | Balasmutiarazuhud
Tentu, InsyaAllah kami tidak akan menghapus komentar yang ditulis dengan baik dan sopan. Hak umat muslim untuk mengetahui dan mengambil pelajaran.



fakta sejarah yang akan menjawab,
tidak ada manusia yang maksum,




tentu saja saya mencari yang bermanfaat tidak mau terpancing kepalsuan tipu daya setan maka itu saya masih belajar berusaha mencari yang selamat, saya tidak ingin ujung-ujungnya mengkafirkan sesama muslim walaupun org itu fasik, apa lagi mencela atau mencaci maki, emangnya saya gak trauma sama orang salafy, bersalaman saja dg saya org awam pake buang muka segala



pada 9 Mei 2010 pada 7:53 pm | BalasAlamsyah
apakah benar salafi suka mengkafirkan seorang muslim?
apakah benar yg buang muka kpd anda itu salafi?

fakta dilapangan malah sebaliknya mas, justru sebagian ikhwan salaf-lah yg suka mendapatkan perlakukan yg tidak enak, ada beberapa kejadian yg pernah dialami oleh beberapa ikhwan termasuk saya, kaki saya bahkan pernah dinjak pada saat shalat hanya karena saya ingin merapatkan shaf shalat, ada juga beberapa ikhwan yg ‘memelihara’ jenggot dikatakan dengan sebutan ‘kambing’ bahkan ada yg mengatai dengan sebutan ‘sikat WC’ (padahal jenggot adalah salah satu Sunnah Rasul), dan ada juga ikhwan yg memakai celana diatas mata kaki dikatakan ‘teroris’, ‘abis kebanjiran’ dll.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri (sesama muslim) dan JANGAN MEMANGGIL DENGAN GELARAN YANG MENGANDUNG EJEKAN. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al-Hujaarat : 11)



Kenikmatan orang yang diejek karena mengikuti sunnah itu LEBIH NIKMAT dari pada kenikmatan orang yang tertawa menertawakan sunnah ….



pada 7 Mei 2010 pada 2:31 pm | BalasIbnu Ady
Nasehat Imam Syafi’i, “Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih (Syariat) dan juga menjalani tasawuf (hakikat & marifat), dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih (syariat) tapi tidak mahu menjalani tasawuf (hakikat & marifat) , maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa.
Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf (hakikat & marifat) tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih (syariat), maka bagaimana bisa dia menjadi baik ?”
Benarkah mam syafi’i berkata demikian?
Tolong beri rujukannya! karena islam adalah agama yang berdasarkan dalil bukan hanya prasangka…
apakah benar yang d maksud fasawuf dlam kalimat tersebut adalah ilmu hakikat dan ma’ rifat?
bikankah islam juga menuntut adanya fashfiyah dan tarbiyah?
antu janan sekedar menuduh tanpa adanya bukti yang jelas!
INNA HADZA BUHTAANUL ADZIIIM…




pada 8 Mei 2010 pada 12:48 pm | Balasmutiarazuhud
Informasi mengenai ini ada dalam tulisanhttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/04/12/ilmu-tasawuf/



tapi kenapa harus dihapus, klo memang gak ada akhlak dan adabnya dari salafiyin, bukankah itu menjadi bukti dan juga keuntungan berlipat buat anda untuk membongkar akhlak sebenarnya salafiyin. so kenapa harus dihapus?



Ampe kapanpun juga wahabi itu bagai duri dalam daging pada umat islam.



lebih tepatnya duri buat orang-orang yang membela bid’ah.



pada 18 Mei 2010 pada 10:04 pm | Balassalafi wahabi
Kalau salafi itu ibarat duri dalam daging, trus gimana solusinya? solusi terakhir ya pasti dengan memfitnah..



wahabi???lupain aja dech…..banyak temen2 dan saudara gue yang ngaco setelah masuk aliran ini dan setelah mereka diobati,alhamdulillah baru mereka sadar tentang apa yang selama ini mereka yakini salah..
mana ada seorang muslim yang mengasingkan diri dari keluarganya setelah mengikuti faham tertentu,ampe berani melawan orang tuanya garagara hal sepele…
aliran seperti ini justru cenderung memecah,bukan menyatukan islam dalam satu akidah,karena mereka meyakini hanya mereka sajalah yang benar sesuai dengan aliran salaf yang padahal salah.




hehehe..masalahnya wahabi itu sendiri adalah bid’ah



pada 18 Mei 2010 pada 10:06 pm | Balassalafi wahabi
udah malas ya ngejelasin takwil ?



bukannya males jelasin takwil,,,,kan wahabi itu gak perlu takwil..nelen ayat mentah2.



tu kan,,,,kaum bahlul bid’ah komennya gitu2 melulu.membosankan,kaitannya ama bid’ah melulu,padahal dia sama sekali gak faham mengenai bid;ah.jadi selain aliran dia,semuanya bid’ah.Ya,sesatin aja semua umat muslim sedunia yang tidak sefaham dengan ajarannya.Di hadist nabi juga jelas2 disebutkan,akan muncul tanduk setan di daerah timur….nejb maksudnya,yah cikal bakal wahabi yang menjadi duri dalam daging di umat muslim



pada 20 Mei 2010 pada 8:54 pm | Balassalafi wahabi
Dakwah itu boleh bosen, contoh nabi musa dakwah terhadap fir’aun mesti optimis.
Sampaikan dari nabi walau satu ayat pun.
Yah … mendingan dituduh dajjal deh daripada haramain dikuasai kaum sufi lagi …
Teruslah menuduh dan memfitnah …
Saya pernah dengar tuduhan seperti itu terhadap syaikh wahabi yang kerjasama dengan saudi …. dan alhamdulillah sekarang kuburan nabi SAW dijaga ketat.




pada 20 Mei 2010 pada 9:37 pm | Balassalafi wahabi
Sudah jelas dikatakan bahwa najd itu Irak, bahkan nabi muhammad SAW yang mengatakan sendiri bahwa itu daerah Iraq …..
Terus apa lagi ? belum cukupkah tuduhan mujasimmah, tanduk setan dan dajjal ?



hahahahaa wahabi ngaco,,,tunjukan ada hadist yang menyatakan nejb itu di irak?????timur bi/fi?,emang irak disebelah timur????nejb….biasa,sangkalan kaum wahabi,sampai hadist nabi aja diputer2…..aya-aya wae



pada 21 Mei 2010 pada 11:13 pm | BalasYusuf Ibrahim
Dalam lafadz yang dikeluarkan Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 12/384 no.13422 dari jalur Ismail bin Mas’ud : menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Abdullah bin Aun dari ayahnya dari Nafi’ dari Ibnu Umar dengan lafadz :
“Ya Allah berkahilah kami dari Syam kami, ya Allah berkahi kami dalam Yaman kami. “Beliau mengulanginya beberapa kali, pada ketiga atau keempat kalinya, para sahabat berkata : “Wahai Rasulullah ! DALAM IRAQ KAMI?” Beliau menjawab : Sesungguhnya disana terdapat kegoncangan dan fitnah dan disana pula tanduk setan.”
Sanad Hadits ini bagus. Ubaidullah adalah seorang yang dikenal haditsnya, sebagaimana kata Imam Bukhari dalam at-Tarikh al-Kabir 5/388/1247. Ibnu Abi Hatim juga berkata dalam al-Jarh wa at-Ta’dil 5/322 dari ayahnya : Shalih (bagus) haditsnya.”
Dan dikuatkan dalam riwayat Ya’qub al-Fasawi dalam al-Ma’rifah 2/746-748, al-Mukhallish dalam al-Fawaid al-Muntaqah 7/2-3, al-Jurjani dalam al-Fawaid 2/164, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 6/133, dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimsyaq 1/120 dari jalur Taubah al-‘Anbari dari Salim bin Abdullah bin Umar dari ayahnya dengan lafazh :
“Wahai Allah berkahilah kami dalam Makkah kami, wahai Allah berkahilah kami dalam Madinah kami, wahai Allah berkahilah kami dalam Syam kami. Wahai Allah, berkahilah kami dalam sha’ kami dan berkahilah kami dalam mudd kami. Seorang bertanya, ”Wahai Rasulullah! Dalam Iraq kami.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling darinya dan mengulangi tiga kali. Namun tetap saja orang tersebut mengatakan, ”Dalam Iraq kami.” Nabi pun berpaling darinya seraya bersabda, ”Di sanalah kegoncangan dan fitnah dan di sana pula muncul tanduk setan.” (Sanad hadits ini shahih, sesuai syarat Bukhari-Muslim)
Imam Muslim dalam Shahihnya 2905 meriwayatkan dari Ibnu Fudhail dari ayahnya, dia berkata, ”Saya mendengar ayahku Salim bin Abdullah bin Umar berkata :
“Wahai penduduk Iraq! Alangkah seringnya kalian bertanya tentang masalah-masalah sepele dan alangkah beraninya kalian menerjang dosa besar! Saya mendengar ayahku Abdullah bin Umar mengatakan, ”Saya mendengar Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, ’Sesungguhnya fitnah datangnya dari arah sini –beliau sambil mengarahkan tangannya ke arah timur–, dari situlah muncul tanduk setan….’”
Riwayat tersebut sangat jelas menunjukkan bahwa maksud ”arah timur” adalah Iraq sebagaimana dipahami oleh Salim bin Abdullah bin Umar.
Al-Khaththabi berkata dalam I’lam Sunan 2/1274, ”Nejed: arah timur. Bagi penduduk kota Madinah, nejednya adalah Iraq dan sekitarnya. Asli makna ’Nejed’ adalah setiap tanah yang tinggi, lawan kata dari ’Ghaur’ yaitu setiap tanah yang rendah seperti Tihamah (sebuah kota di Makkah–pen) dan Makkah. Fitnah itu muncul dari arah timur dan dari arah itu pula keluar Ya’juj dan Ma’juj serta Dajjal sebagaimana diriwayatkan dalam banyak hadits.”
Demikian pula dijelaskan oleh para ulama lainnya seperti:
1. al-‘Aini dalam Umdatul Qari 24/200,
2. al-Kirmani dalam Syarh Shahih Bukhari 24/168,
3. al-Qashthalani dalam Irsyad Sari 10/181,
4. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 13/47,
5. dan sebagainya.

Hal ini dapat kita temukan juga dalam kitab-kitab kamus bahasa Arab seperti al-Qamus al-Muhith oleh ar-Razi dan Lisanul Arab oleh Ibnu Manzhur, dan dalam kitab-kitab gharib hadits seperti an-Nihayah fi Gharib Hadits oleh Ibnu Atsir.
Jadi, Nejed yang merupakan tempat munculnya tanduk setan dan sumber kerusakan (fitnah) adalah arah IRAQ. Karena itulah timur kota Madinah Nabawiyah. Maka seluruh riwayat dan lafazh hadits ini kalau digabungkan, ternyata saling menafsirkan antara satu dengan lainnya, sebagaimana hal ini juga dikuatkan oleh penafsiran para ulama –yang terdepan adalah Salim, anak Ibnu Umar-radhiyallahu a’nhu- dan para pakar ahli bahasa.
Dan kenyataan yang kita saksikan dengan mata kepala kita pada saat ini adalah keamanan di Iraq terasa begitu mahal. Banyak peperangan dan pertumpahan darah, serta andil (campur tangan) orang-orang kafir dalam menguasai Iraq. Kita berdo’a kepada Allah agar memperbaiki keadaan di Iraq, menetapkan langkah para mujahidin di Iraq dan menyatukan barisan mereka…..Amiin…….



pada 21 Mei 2010 pada 11:16 pm | BalasYusuf Ibrahim
Anggaplah bahwa ”Nejed” yang dimaksud hadits di atas adalah Nejed Hijaz, tetap saja tidak mendukung keinginan anda, sebab hadits tersebut hanya mengabarkan terjadinya fitnah di suatu tempat, tidak menvonis perorangan seperti Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Terjadinya suatu fitnah di suatu tempat, tidaklah mengharuskan tercelanya setiap orang yang bertempat tinggal di tempat tersebut bukan?
Bukankah Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- juga mengkhabarkan akan terjadi fitnah di kota Madinah Nabawiyah?! Seandainya terjadinya fitnah di suatu tempat pasti mengakibatkan setiap penduduknya tercela, maka itu artinya seluruh penduduk Madinah tercela, padahal tak seorangpun mengatakan hal ini. Bahkan tidak ada suatu tempat pun di dunia ini –baik telah terjadi maupun belum– kecuali akan terjadi fitnah di dalamnya. Lantas akankah seseorang berani mencela seluruh kaum muslimin seantero dunia?! Jadi, timbangan celaan seorang bukanlah karena dia lahir di tempat ini dan itu. Tetapi timbangannya adalah kalau dia sebagai pencetus fitnah berupa kekufuran, kesyirikan, dan kebid’ahan. (Shiyanatul Insan ‘an Waswasah Syaikh Dahlan hal. 498-500 oleh Syaikh Muhammad Basyir al-Hindi)
Seandainya Nejed tercela karena Musailamah (al-Kadzdzab) setelah kemusnahannya bersama para pengikutnya, niscaya Yaman juga tercela karena Aswad al-Ansiy yang mengaku nabi, begitu juga India yg di dalamnya terdapat seorang Mirza Ghulam Ahmad….



pada 21 Mei 2010 pada 11:25 pm | BalasYusuf Ibrahim
sekarang giliran anda untuk menunjukan dalil naqli dan dalil aqli beserta riwayatnya yg menerangkan bahwa arah timur yg dimaksud dalam sabda Rasulullah itu adalah Nejd….



hadits itu sebagaimana sabda Rasulullah saw :
“Wahai Allah berkahilah wilayah Yaman kami dan wilayah Syam kami”
lalu mereka berkata : dan juga untuk wilayah Najd kita wahai Rasulullah..!
Rasul saw berdoa lagi : “Wahai Allah berkahilah wilayah Yaman kami dan wilayah Syam kami”
lalu mereka berkata lagi : dan juga untuk wilayah Najd kita wahai Rasulullah..!,
Rasul saw menjawab : “Disitulah goncangan, fitnah, dan disanalah terbitnya tanduk syaitan”
(Shahih Bukhari hadits no.990)

menurut para ulama bahwa memang anggapan para muhaddits Najd adalah iraq, karena saat itu belum terjadi apa apa, namun setelah kelahiran faham wahabi ini maka jelaslah sudah apa yg dimaksud nabi saw adalah Najd tempat kelahiran Ibn Abdulwahab, sebab para muhaddits belum menemukan fitnah yg demikian dahsyatnya sebagaimana faham wahabi ini. namun Nabi saw mengabarkan hal itu.
bahwa nabi saw tak mau mendoakan Najd, karena Nabi saw memahami bahwa Allah telah menghendaki fitnah muncul dari wilayah itu.



kagak ada darisononya di hadis itu disebutkan IRAQ, ada juga nejb,,tempat lahir dua tanduk setan…sejarah kok diputer2,,,timur dimana???iraq????lihat peta donk ndooooo



Sungguh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: “Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana,” sambil menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)
“Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur.” (HR Bukhari no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berdo’a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo’a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” dan pada yang ketiga kalinya beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan.” Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.



pada 24 Mei 2010 pada 9:45 pmYusuf Ibrahim
(menurut para ulama bahwa memang anggapan para muhaddits Najd adalah iraq, karena saat itu belum terjadi apa apa, namun setelah kelahiran faham wahabi ini maka jelaslah sudah apa yg dimaksud nabi saw adalah Najd tempat kelahiran Ibn Abdulwahab……)
komentar saya ;
terbukti perkataan si ‘danie’ tsb menandakan bahwa tafsiran yg menyebutkan bahwa arah timur adalah nejd hijaz (tempat kelahiran Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab) merupakan tafsiran yang baru muncul belakangan, tidak dikenal tafsiran seperti itu sebelumnya,
saya justru lebih memegang tafsiran menurut para ulama dan muhaddits bahwa Nejd (arah timur) yg dimaksud adalah IRAQ ! daripada tafsiran-tafsiran yg datang belakangan….

————————————————–
(sebab para muhaddits belum menemukan fitnah yg demikian dahsyatnya sebagaimana faham wahabi ini…..)

komentar saya ;
Muhaddits mana yg mengatakan demikian? mengatakan belum pernah ada fitnah yg sedemikian dahsyatnya,
apakah anda tidak pernah membaca sejarah?
perang Jamal, perang Shifin, terbunuhnya al-Husain, dan lain sebagainya dari fitnah yang terjadi di Iraq dan Khurasan, Khawarij yang muncul di kota Harura’ –kota dekat Kufah– , fitnah Ibnu Asy’ats, fitnah Mukhtar yang mengaku sebagai nabi dan apa yang terjadi pada masa pemerintahan Hajjaj berupa pertumpahan darah…
Maka berdaasarkan peristiwa-peristiwa tsb terbuktilah benar sabda Rasulullah bahwa yg dimaksud arah timur disitu adalah IRAQ karena banyak pergolakkan yg terjadi disana (IRAQ) pada saat itu, saat sekarang, bahkan dimasa yg akan datang dengan munculnya Ya’juj Ma’juj serta Dajjal….




pada 24 Mei 2010 pada 10:16 pmYusuf Ibrahim
“Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur.” (HR Bukhari no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban)
———————
Siapa yg menafsirkan bahwa sabda Rasulullah tsb ditujukan untuk Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab?
luar biasa sekali (dosa) anda, menafsirkan sabda Rasulullah tanpa ilmu sesuai dengan hawa nafsu anda untuk memfitnah Syaikh Muhammad….

Para ulama menjelaskan bahwa hadits tsb bercerita tentang akan munculnya kelompok khawarij, oleh karena Imam Abu Dawud (wafat tahun 275 H) memasukkan hadits ini di dalam: Bab Fii Qitalil Khawarij (bab tentang memerangi khawarij).
Orang-orang khawarij telah menjadikan syiar mereka tahliq (gundul).

Berkata Ibnu Hajar (wafat tahun 852 H):
Ų£َŁ†َّ Ų§Ł„ْŲ®َŁˆَŲ§Ų±ِŲ¬ Ų³ِŁŠŁ…َŲ§Ł‡ُŁ…ْ Ų§Ł„ŲŖَّŲ­ْŁ„ِŁŠŁ‚ ، ŁˆَŁƒَŲ§Ł†َ Ų§Ł„Ų³َّŁ„َŁ ŁŠُŁˆَŁِّŲ±ُŁˆŁ†َ Ų“ُŲ¹ُŁˆŲ±Ł‡Ł…ْ Ł„َŲ§ ŁŠَŲ­ْŁ„ِŁ‚ُŁˆŁ†َŁ‡َŲ§ ، ŁˆَŁƒَŲ§Ł†َŲŖْ Ų·َŲ±ِŁŠŁ‚َŲ© Ų§Ł„ْŲ®َŁˆَŲ§Ų±ِŲ¬ Ų­َŁ„ْŁ‚ Ų¬َŁ…ِŁŠŲ¹ Ų±ُŲ”ُŁˆŲ³ِŁ‡ِŁ…ْ .

“Sesungguhnya orang-orang khawarij ciri khas mereka adalah gundul, dan dahulu para salaf membiarkan rambut mereka dan tidak menggundulnya, dan cara orang khawarij adalah mencukur habis kepalanya.” (Fathul Bary 8/68-69).
Demikian pula ‘arah timur’ dalam hadits Rasulullah bahwa yg dimaksud adalah arah timur Madinah yaitu negeri IRAQ, tempat keluarnya khawarij. Sedangkan daerah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah timur Mekkah bukan timur Madinah.
Berkata Al-Khaththaby (wafat tahun 388 H):
ŁˆŁ…Ł† ŁƒŲ§Ł† ŲØŲ§Ł„Ł…ŲÆŁŠŁ†Ų© ŁƒŲ§Ł† Ł†Ų¬ŲÆŁ‡ ŲØŲ§ŲÆŁŠŲ© Ų§Ł„Ų¹Ų±Ų§Ł‚ ŁˆŁ†ŁˆŲ§Ų­ŁŠŁ‡Ų§، ŁŁ‡ŁŠ Ł…Ų“Ų±Ł‚ Ų£Ł‡Ł„ Ų§Ł„Ł…ŲÆŁŠŁ†Ų©، ŁˆŲ£ŲµŁ„ Ł†Ų¬ŲÆ Ł…Ų§ Ų§Ų±ŲŖŁŲ¹ Ł…Ł† Ų§Ł„Ų£Ų±Ų¶، ŁˆŁ‡Łˆ Ų®Ł„Ų§Ł Ų§Ł„ŲŗŁˆŲ±، ŁŲ„Ł†Ł‡ Ł…Ų§ Ų§Ł†Ų®ŁŲ¶ Ł…Ł†Ł‡Ų§

“Dan barangsiapa yang ada di Madinah maka nejdnya adalah pegunungan Iraq dan sekitarnya, maka inilah arah timur penduduk Madinah, dan asal kalimat “nejd” adalah bagian tanah yang meninggi (dataran tinggi), lawan kata dari Al-Ghaur yaitu bagian tanah yang merendah (dataran rendah).” (Dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bary 13/47)
Kemudian Syaiikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya tidaklah memiliki sifat yang tercantum dalam hadits “membaca Al-Quran tidak melewati kerongkongan” seperti orang-orang khawarij yang mereka dahulu dikenal orang-orang yang sangat banyak membaca Al-Quran akan tetapi jauh dari pemahaman yang benar sehingga mengkafirkan sebagian generasi terbaik ummat , para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memerangi mereka.
Justru Syaiikh Muhammad bin Abdul Wahhab dikenal telah menampakkan kembali tauhid yang didakwahkan oleh para rasul, dan mengajak manusia meninggalkan kesyirikan, beliau mengajak manusia beramal dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meninggalkan bid’ah, semuanya berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in.
Dan bukanlah mereka orang yang mudah dalam mengkafirkan manusia, bahkan Syaikh termasuk orang yang sangat ekstra hati-hati dalam masalah pengkafiran, sebagaimana tercantum dalam perkataan beliau.
Berkata Syaiikh Muhammad bin Abdul Wahhab:
ŁˆŁ„Ų§ Ų£ŁƒŁŲ± Ų£Ų­ŲÆŲ§ Ł…Ł† Ų§Ł„Ł…Ų³Ł„Ł…ŁŠŁ† ŲØŲ°Ł†ŲØ ŁˆŁ„Ų§ Ų£Ų®Ų±Ų¬Ł‡ Ų¹Ł† ŲÆŲ§Ų¦Ų±Ų© Ų§Ł„Ų„Ų³Ł„Ų§Ł…

“Dan aku tidak mengkafirkan orang islam hanya karena melakukan dosa, dan aku tidak mengeluarkannya dari islam.” (Majmu’ Muallafat Asy-Syeikh 5/11).
Dan sebuah kedustaan atas nama beliau kalau beliau memerintahkan pengikutnya untuk senantiasa menggundul kepala, lagipula gundul tidaknya seseorang tidaklah menjadikan ukuran islam tidaknya seseorang,
ciri khawarij memang gundul, akan tetapi bukan berarti setiap orang gundul itu dikatakan khwarij…..bisa marah nanti orang-orang yg gundul….

Yang gundul diantara mereka (pengikut Syaikh) ada beberapa kemungkinan, diantaranya karena baru masuk islam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seorang sahabat yang baru masuk islam:
Ų£Ł„Ł‚ Ų¹Ł†Łƒ Ų“Ų¹Ų± Ų§Ł„ŁƒŁŲ±

“(Tinggalkanlah rambut kekufuran).” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany).
Atau karena itu kebiasaan sebagian penduduk di daerah beliau, karena menurut pendapat yang kuat diperbolehkan kita menggundul kepala dan yang demikian tidak dibenci, sebagaimana dalam hadits:
Ų¹Ł† Ų§ŲØŁ† Ų¹Ł…Ų± : Ų£Ł† Ų§Ł„Ł†ŲØŁŠ ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ Łˆ Ų³Ł„Ł… Ų±Ų£Ł‰ ŲµŲØŁŠŲ§ Ł‚ŲÆ Ų­Ł„Ł‚ ŲØŲ¹Ų¶ Ų“Ų¹Ų±Ł‡ ŁˆŲŖŲ±Łƒ ŲØŲ¹Ų¶Ł‡ ŁŁ†Ł‡Ų§Ł‡Ł… Ų¹Ł† Ų°Ł„Łƒ ŁŁ‚Ų§Ł„ ” Ų§Ų­Ł„Ł‚ŁˆŁ‡ ŁƒŁ„Ł‡ Ų£Łˆ Ų§ŲŖŲ±ŁƒŁˆŁ‡ ŁƒŁ„Ł‡ ” .

“Dari Ibnu Umar bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat anak kecil telah dicukur sebagian rambutnya dan dibiarkan sebagian yang lain, maka beliau melarangnya seraya bersabda: Cukur semuanya atau biarkan semuanya.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany).
Berkata Al-Munawy:
ŁˆŁ‚ŁˆŁ„Ł‡ Ų§Ų­Ł„Ł‚ŁˆŁ‡ ŁƒŁ„Ł‡ ŁŠŲÆŁ„ Ų¹Ł„Ł‰ Ų¬ŁˆŲ§Ų² Ų§Ł„Ų­Ł„Ł‚ ŁˆŁ‡Łˆ Ł…Ų°Ł‡ŲØ Ų§Ł„Ų¬Ł…Ł‡ŁˆŲ±

“Sabda beliau “cukurlah semuanya” menunjukkan bolehnya menggundul, dan ini adalah madzhab mayoritas ulama.” (Faidhul Qadir 1/201, Darul Ma’rifah 1391 H)



wahabi ngeles,ya iyalah mereka pasti gak akan ridlo kalo disebut tanduk setan,ampe kapanpun juga ckckkkkk…menurut para ulama bahwa memang anggapan para muhaddits Najd adalah iraq, karena saat itu belum terjadi apa apa, namun setelah kelahiran faham wahabi ini maka jelaslah sudah apa yg dimaksud nabi saw adalah Najd tempat kelahiran Ibn Abdulwahab, sebab para muhaddits belum menemukan fitnah yg demikian dahsyatnya sebagaimana faham wahabi ini. namun Nabi saw mengabarkan hal itu.,,,,dan perlu diketahui juga ada indikasi bahwa wahabi mirip dengan Khawarij..ya entemah gak akan nyadar bahwa mazhab yang ente pegang membuat fitnah.biasanyakan pencuri atau perampok gak akan pernah ngerasakan penderitaan yang dirampoknya ckckkkkk..udahlah,jangan ngeles lagi.bukan hanya satu atau dua ulama aja yang wanti2 dan waspada terhadap aliran ini.gitu aja kok repot………dan ulama2 yang menyatakan hal itu bukan ulama2 sekelas bin baz atau albany…



Sampaikan dari nabi walau satu ayat pun. gak salah tuh????emang yang nurunin ayat siapa?nabi,,,wah wahabi ngaco lagi



pada 22 Mei 2010 pada 1:54 pm | Balassalafi wahabi
mas, ada haditsnya dalam bukhari. yang nurunin Ayat itu Allah disampaikan ke malaikat Jibril lalu ke Nabi muhammad lalu beliau menyuruh menyampaikan qur’an dan sunnah kepada manusia2 lain yang belum tersampaikan.
koq gak ngerti ya.



je ilah,,salah tulis tuh fi



syaikh wahabi yang kerjasama dengan saudi????anda sebutkan tuduhan?????bukannya itu fakta yang dicatat sejarah,,,wah wahabi ini gimana sih,,kok sejarah diputer2…



pada 22 Mei 2010 pada 1:57 pm | Balassalafi wahabi
Pak dani… yang menjadi tuduhan itu adalah terhadap syaikh abdul wahab sebagai tanduk setan, bukannya tuduhan bahwa dia kerjasama dengan saudi.
baca dulu yang jelas kalimatnya..
terburu nafsu sih …



itusih bukan tuduhan,tapi sebagian besar ulama aswaja mengatakan bahwa nejab ada dua tanduk setan satu musailamah,satu lagi yang itu tu……ckckkkkkk



kadang wahabi suka lucu dan ngegemesin deh……….



pada 22 Mei 2010 pada 2:18 pm | Balassalafi wahabi
Lebih kuat bukti al asy’ariyah al-azhar sebagai pengikut moyang fir’aun lho daripada bukti wahabi sebagai tanduk setan pengikut dajjal….
Lha iya ….
Dahulu fir’aun menyuruh budaknya untuk mendirikan bangunan bata buat mengolok-olok ingin melihat tuhannya Musa,
Sekarang Harun Yahya pun mengejeknya dengan mengatakan masa iya Allah ada balik planet-planet di langit.



yang lucu lagi salah satu ulama wahabi menyatakan bahwa seluruh planet memutari bumi,,kalo gak salah bin baz yah….kayanya ulama itu gak belajar ilmu geografi kali,,,eh mungkin aja,karena ilmu geografi kan bid’ah yang tidak ada di jaman rosul……



pada 24 Mei 2010 pada 10:23 pmYusuf Ibrahim
Ironis, si ‘danie’ ini lebih percaya pythagoras (seorang tokoh filsafat) dan galileo….
jangan2 si ‘danie’ ini juga percaya dengan ‘teori darwin’ lagi?




ckkkkk,,,yang ketularan filsafat sesat itu bin baz ckckckkkkk,,ngomong bumi diputerin planet,,ngeles lagi…



fitnah???yang saya beberkan adalah fakta bi….bi..bi..maen congklak aja deh yu



pada 22 Mei 2010 pada 2:07 pm | Balassalafi wahabi
Kalau wahabi itu fitnah buat anda, lalu apa solusinya jelasin dong harus berbuat apa dan bagaimana menurut anda ..



pada 21 Mei 2010 pada 11:31 pm | BalasYusuf Ibrahim
@salafi wahhabi
sabar boz….jangan sampe terpancing……kalo bisa tetap pada koridor ilmiah……




pada 22 Mei 2010 pada 12:58 pm | Balassalafi wahabi
hmmm… iya ya … sekarang giliran Dia sendiri yang merasa benar dan yang lain salah… ok lah klo begitu…



ok dech bi,fi,laf biasanya kan wahabi yang ngerasa benar dan yang lain salah…..



koridor ilmiah,,yah besok pasti beli dan baca buku karya wahabi atau karya ulama yang telah diamputasi oleh wahabi..bi..bi..bi..malang nasib lo



solusinya,,ya tinggalin salafi ,,,heheheheee…gitu aja repot



Wah,,,,tambah gawat nih…nyuruh keluar dari salaf,,,apakah kita2 mau di giring ke paham JIL & PLURALISME, SEKULER,,,afwan MANHAJ SALAF JALAN HIDUPKU !!!



pada 4 Juni 2010 pada 7:16 pm | Balasmutiarazuhud
Bacalah seluruh tentang salaf(i) dan/atau wahabi. Insyaallah dapat membedakan antara salaf(i) dengan salaf sesungguhnya. Sedangkan Liberal & Pluralisme & Sekulerisme, jelas sudah dinyatakan oleh MUI dengan fatwa mereka.




fatwa ulama wahabi ngaco ngaco, penduduk paletina disuruh keluar dari negaranya, benar-benar ngaco fatwanya.



Fatwa ini tidak jelas dan sudah di bantah oleh Syeikh Albani..



waduh..dah gawat nih pada ribut aja ya, udah jalani aja yg disunahkan rosul end jangan kerjakan yang ndak rosul kerjakan …..itu aja kok repot hehehehehe



pada 18 Juni 2010 pada 4:03 am | Balasmutiarazuhud
Benar, akhi, kita harus menjalankan sunnah Rasulullah SAW, namum kalau menjalankan pemahaman orang tentang sunnah Rasulullah SAW atau wahabi atau salaf(i) harus berhati-hati. Itu aja koq.



Jika terjadi perselisihan kita kembalikan atau merujuk ke Qur’an dan Hadist, kalau berdebat tanpa dalil ya jelas ngawur alias menyimpang gitu aja komen ana wassalam



pada 4 Juli 2010 pada 11:23 pm | BalasAnti Bid'ah
Bismillaah…
Yang paastiiiiii….namanya kata orang disebut ASWAJA itu pasti lawannya dari ABWAFIR (Ahlul Bid’ah wal Firqoh).
TOh tinggal pilih aja mau yang mana kok gitu aja repot2 sih…
ASWAJA (Ahli Sunnah Wal Jama’ah) yang pasti ngikut Sunnah2 Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallaam. Bisa disebut gembongnya Nabi Muhammad dan para sahabatnya, seperti tabi’in, tabi’ut tabi’in dan orang2 setelahnya yang mengikutinya. Coba baca aja di QS. At-Taubah ayat 100. Siapakah mereka itu orang2 yang Allah ridhai jalannya? jangan lupa baca tafsirnya juga ya….yang paling tenar dikalangan kita ya pasti punya tafsirannya Ibnu Katsiir. Tapi kalo punya tafsir ‘Ibnu ‘Abbas yaa juga dibaca…

Dan siapakah Salafi itu?
ya mereka yang belakangan itu tu…yang termasuk juga dalam gembongnya Rasulullullah dan para Sahabatnya sampai akhir zaman….Insya Allah saya Salafi…mungkin orang2 menyebutnya dengan sebutan wahabi. Yaa ngga apa2 lah, daripada jadi anjing2 penghuni neraka seperti khawarij sesuai dengan apa yang dikatakan Rasulullah untuk khawarij (al-Hadits) wal’iyadzubillah.
Apalagi ahlul bid’ah….waaahh udah pasti kesasar tuh jalannya, dan mesti dibenahin kayak dizaman Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab…




pada 5 Juli 2010 pada 8:27 am | Balasmutiarazuhud
Saya memberikan saran ini atas dasar bahwa sesama muslim adalah bersaudara dan saling mencintai
Silahkan jika akhi berketetapan dengan jalan salaf(i). Kita harus membedakan antara salaf dengan salaf(i). Salaf kita sudah paham sedangkan salaf(i) adalah orang yang berupaya mengikuti salaf. Namun bagaimana hasil upaya orang itu, sebelum kita mengikuti mereka sebaiknya pahami dahulu. Apakah jalan orang yang kita ikuti itu dapat menghantarkan kita sebagai muslim yang ihsan (seolah-olah melihatNya) atau sampai (wushul) ke hadirat Allah ? Kalau tidak, mengapa kita harus buang-buang waktu kehidupan kita di alam dunia, yang sesungguhnya kesempatan untuk berbekal bagi kehidupan akhirat ?




pada 5 Juli 2010 pada 11:10 am | BalasAnti Bid'ah
Afwan, tadi ada yang ketinggalan di post ana.
Tadi kan Khawarij, Ahlul bid’ah,
Ana mau tambahin lagi deh Sufiyah (Toriqot Tasawuf).
Kelahiran aliran sesat yang satu ini…asal muasalnya…hmmm gimana jelasinnya ya.???

Sepertinya percuma deh klo disini mending di forum dakwah Sunnah aja deh…
Afwan, ana kabur dulu dari sini…Ngeriii nantinya nambah….pemikiran yang aneh dan nyeleneh keluar…dari para pemaham tasawuf deh…hehe…



pada 5 Juli 2010 pada 11:26 am | BalasAnti Bid'ah
Lupa ada ritual aneh bin nyeleneh disini coba buka deh:



pada 7 Juli 2010 pada 2:40 am | Balasmutiarazuhud
Antum serupa saja dengan orang yang mengatakan, “Lihat tuh orang muslim, mereka berani juga berzina di depan kamera” untuk mewakili seluruh orang muslim. Bukankah sebuah kejadian tidak dapat mengeneralisir suatu kaum ?
Oleh karenanya bacalah ebook penting ini untuk membuka mata hati antum
Aqidah Ahlussunnah Wal Jam’ah untuk membantah firqah-firqah lainnya.




pada 7 Juli 2010 pada 10:22 amAnti Bid'ah
Wah antum mau coba menyesatkan saya ya….
Afwan, ngga kena… Alhamdulillaah.
Dalam E-Book tersebut banyak sekali penyimpangan-penyimpangan seperti pengingkaran Allah tidak berada di atas langit. Mana dalilnya tunjukkan kalau Allah tidak di atas langit?
Imam al-Asy’ari dan Maturidi aja ngga tahu kapan lahirnya…
gimana bisa menisbatkan kepada kedua orang tersebut padahal orangnya belum lahir!!!
Masih duluan Imam asy-Syafi’i Rahimahullah yang wafat tahun 205H!!
Ini aneh bin nyeleneh…




pada 7 Juli 2010 pada 10:57 ammutiarazuhud
Silahkan apapun pemahaman antum , toh semua tanggung jawab kita masing-masing.
Kami beriman pada ayat-ayat mutasyabihat, sesuai lafadz nya, semua dari Allah. Namun kami memahami tidak secara dzahir atau tekstual, karena Allah akan mengkaruniakan pemahaman yang dalam (al-hikmah) kepada orang-orang berakal (ulil albab) untuk dapat mengambil pelajaran dari firman Allah.



Ada yang bilang,
- Acara Mauludan itu adalah bentuk ibadah kepada Allah Subhanallahu Wata’ala..
- Perbanyak Amal itu bagus dan mendapatkan pahala yang banyak..
- Kita diperintahkan untuk Sholat.. (sholat wajib, sunnah) karena memang ada dalil.
Isya 4 raka’at, Maghrib 3 rakaat, Dzuhur 4 rakaat, Ashar 4 rakaat, dan Subuh 2 rakaat.. (Karena ada contoh yang jelas). Ngga mungkin kita nambahin rakaat Sholat Subuh menjadi 3 Rakaat…

Apakah acara mauludan ada dasar perintahnya..? jika memang ada dalilnya.. Saya akan mengikuti acara mauludan tersebut.. (walaupun dulu saya sering mengikuti, tapi sekarang sdh nga lagi karena sudah tahu itu tidak ada dalil)..
Ibadah itu pada dasarnya haram, sebelum ada dalil yang memerintahkan. Kita beribadah itu harus dengan dalil, bukan hanya ikut ikutan…
tks..




pada 15 Juli 2010 pada 8:43 pm | Balasmutiarazuhud
Semua perbuatan muslim di alam dunia adalah ibadah, karena Allah menciptakan manusia dan jin, hanyalah untuk beribadah kepadaNya. Ibadah itu terbagi dua yakni, mahdah dan ghairu mahdah. Selanjutnya silahkan lihat tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/04/20/semua-ibadah/



Jika semua perbuatan muslim di alam dunia ini ibadah, berarti berzina, mencuri, minum khamar.. apa itu termasuk ibadah..? sedangkan Allah Subhanahu Wata’ala sudah menjelaskan bahwa perbuatan tersebut adalah dosa besar dan harus di tinggalkan..
Admin: Muslim yang melakukan perbuatan yang dilarang Allah berarti berdosa. Oleh karenanya seluruh perbuatan muslim di dunia haruslah merujuk kepada Al-Qur’an dan hadits. Perbuatan muslim terbagi dalam 2 jenis yakni Mahdah (ibadah khusus) dan Ghairu Mahdah (ibadah umum) tiada yang bukan Ibadah, karena Allah menciptakan manusia dan jin hanya untuk beribadah kepada Nya.
jika semua bentuk perbuatan ibadah, apa relevansinya dengan Hadits Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wassalam mengenai perkara ibadah yang tidak ada asal usulnya dari Rasul….
“Dan seburuk-buruk perkara adalah sesuatu yang diada-adakan (bid’ah).” (HR. Muslim no. 867)
Dan sabda nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam,
“Karena setiap perkara yang baru (yang diada-adakan) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)
Admin: Yang dimaksud hadits-hadits di atas adalah mahdah (ibadah khusus).
Apakah dengan membuat perkara Ibadah baru, ibadah ibadah yang sudah ada dan diperintahkan Rasul itu kurang cukup..? atau kurang sempurna jika tidak di tambah tambah dengan ibadah lain yang tidak dicontohkan Rasul..?
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al-Maidah:3)
Dengan turunnya ayat ini, berarti Syari’at Islam yang diturunkan itu sudah sempurna, tidak boleh seorang muslim menambah – nambah dalam urusan agama.
Yang membuat kita heran, banyak sekali saudara-saudara seiman yang merasa risih untuk menjalankan sunnah-sunnah Rasul, tapi merasa berbangga dengan cara-cara beribadah yang tidak berdalil..
Admin : mudah-mudahan antum sudah dapat membedakan antara mahdah dengan ghairu mahdah, kecuali antum seperti kaum sekuler yang meyakini ada perbuatan yang bukan ibadah atau ada perbuatan yang tidak berhubungan dengan Allah atau agama.
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar