Kitab Tidak Bermazhab

Sebaiknya hindari kitab ulama yang belajar sendiri dan tidak bermazhab
Dalam tulisan kami sebelumnya pada
berisikan himbauan agar kita mengambil ilmu dari mulut ulama yang sholeh yang mengikuti pemimpin ijtihad kaum muslim atau imam mujtahid alias Imam Mazhab.
Dalam tulisan tersebut kami mencontohkan ulama Al Albani yang belajar agama secara otodidak.
Lalu mereka bertanya apa buku karya Al  Albani  yang pernah khatam kami baca sehingga dapat memberikan penilaian terhadap ulama  Al Albani
Kami menyampaikan tentang Ulama Al Albani yang belajar agama secara otodidak berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Al Muhaddits Al Kabir Abdullah al Ghumari Al Hasany  yang merupakan guru dari Mufty Addiyar Al Mishriyah Al Allamah Al Imam Ali Jum’ah (mufti Mesir).
Al Muhaddits Al Kabir Abdullah al Ghumari Al Hasany adalah Al Allamah di bidang hadits dan ilmu lain. Pada awalnya Hafalan hadits beliau mencapai 50.000 hadits baik sanad maupun matannya namun setelah beliau meninggal banyak ulama yang menjuluki Al Hafidz.
Jadi yang berpendapat tentang ulama Al Albani adalah ahli hadits yang hafalan hadits mencapai 50.000 hadits baik sanad maupun matan.
Ulama besar Syria, pakar syariat (fiqih), DR. Said Ramadhan Al-Buthy telah melakukan dialog dengan ulama Al Albani. Kesimpulan dari dialog tersebut dituliskan dalam bukunya yang berjudul Al-Laa Mazhabiyah, Akhtharu Bid’atin Tuhaddidu As-Syariah Al-Islamiyah. Kalau kita terjemahkan secara bebas, kira-kira makna judul itu adalah : Paham Anti Mazhab, Bid’ah Paling Gawat Yang Menghancurkan Syariat Islam. Sekilas tentang buku beliau telah diuraikan dalam tulisan pada
Kami menyarakan sebaiknya hindari  membaca kitab yang ditulis oleh ulama yang dikenal belajar agama bersandarkan belajar secara otodidak atau ulama yang tidak mengikuti pemahaman pemimpin ijtihad (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab karena kemungkinan besar akan tercampur dengan akal pikiran mereka sendiri.
Para ulama menyampaikan ilmu agama tidak diambil dari “Muthola’ah” (menelaah kitab) semata  dengan mengesampingkan “Talaqqi” (mengaji) kepada Ahl Al Ma’rifah Wa Al Tsiqoh (ahli pengetahuan khushush dan dapat dipercaya) dikarenakan terkadang dalam beberapa kitab terjadi “penyusupan” dan “pendustaan” atas nama agama atau terjadi pemahaman yang berbeda dengan pengertian para “salaf” maupun “kholaf” sebagaimana mereka (para ulama) saling memberi dan menerima ilmu agama dari satu generasi ke generasi lainnya maka pemahaman yang berbeda dengan ulama salaf maupun kholaf itu dapat berakibat kepada pelaksanaan “Ibadah fasidah” (ibadah yang rusak) atau dapat menjerumuskan kedalam “Tasybihillah Bikholqihi” (penyerupaan Allah dengan makhluq Nya) atau implikasi negative lainnya. 
Ada yang meluangkan waktu menganalisa kitab-kitab Al Albani, inilah pesannya
Al Albani sudah keluar dari kaidah ilmu hadis yang sudah ditetapkan oleh para muhaddisin.
Silahkan buka kitab karangan Al Albani silsilatu al-ahadis al-dho’ifah a al-madhu’ah lihat halaman 95 pada hadis نعم المذكر السبحة
Al Albani mengatakan hadis ini maudhu’…alasannya هذا اسناد ظلمات بعضها فوق بعض( karena sanadnya tidak mendukung antara satu dengan yang lain ). kemudian syekh juga berkata جل رواته مجهلون بل بعضهم متهم ( rawinya sudah jelas majhul serta muttaham )
Perkataan Al Albani dikomentari oleh Syekh Al Ghumari (Dalam itqan al-sun’ah halaman 47) muhadis besar mesir yang juga guru hadis dari mufti mesir sendiri Syekh Ali Jum’ah :وهذه العبارة منه تدل علي جهله او تجاهله باصطلاح أهل الحديث. ( ini menunjukan bahwa Al Albani tidak tahu dengan istilah ahli hadis ). karena ‘ibarah tadi bukan untuk rijal yang majhul serta muttaham, tapi untuk rijal yang dha’if ( atau dibahasakan oleh Syekh al-Ghumari dengan rijal dhu’afa ).
Ini jelas sangat bertentangan dengan kaidah ilmu hadis, karena Al Albani berani mengatakan hadis dengan MAUDHU’, padahal rawinya cuma majhul serta muttaham !
Siapakah imam-imam ahli hadis yang mengatakan sebuah hadis dengan maudhu’ padahal rawinya cuma majhul dan muttaham. Tetapi dua hal tadi adalah penyebab dha’if wustho. bukan maudhu’.
Untuk membuktikan ini, silahkan periksa Tadrib al-Rawi milik Imam Nawawi halaman 111. tentang kriteria rawi yang majhul dan muttaham.
Kemudian silahkan cek juga Shohih Muslim kitabu al-iman dalam bab “bayanu khisali al-munafiq” apakah Imam Muslim mengatakan hadis yang rawinya muttaham serta majhul dengan maudhu’ ?
Juga silahkan cek kitab imam-imam muhaddis lain yang jelas masyhurnya mengenai apa itu hadis maudhu’ dan kriterianya.
Kemudian lihat Syarah Alfiah Hadis milik Imam Suyuthi oleh Al-Hafidz al-’Iraqi halaman 88 tentang hadis yang salah satu rawinya muttaham dan majhul apakah beliau mengatakan hadis itu dengan maudhu’ ?
Albani tidak konsisten dalam mentadh’ifkan atau mentashihkan suatu hadis.
Dalam kitab Irwau Al-Ghalil karangan Al Albani halaman 234 hadis nomor 1839 Al Albani mengatakan sanadnya dha’if dan rijalnya shahih selain Abi ‘Amiirr.
Dan silahkan buka kitab silsilatu al-ahadis al-shohihah milik Al Albani halaman 377 hadis nomor 216 dalam pembahasan hadis yang sama seperti yang ada dalam kitab Irwau al-Ghalil. Al Albani mengatakan dalam kitab ini mengenai hadis tadi hadis tadi dengan “hasanulhadis insyaallah”. maksudnya hasan. Jelas ini bertentangan : dalam kitab Irwau al-Ghalil Al Albani mengatakan hadis tadi dha’if, dalam kitab Al-Ahadis Al-Shohihah Al Albani mengatakan hadis tadi hasan. dan Al Albani mengatakan hasan tanpa menyebutkan jalan lain yang bisa mendha’ifkan hadis. ini bukanlah kelakuan muhaddis.
Berikut pendapat ulama yang lain
Berikut muqadimah juz pertama kitab Tanaqhudhatu Al-bani karya  Hasan bin ‘Ali Assaqqaf :
أما بعد : فهذا الجزء الاول من كتابنا الجديد ( سلسلة تناقضات الالباني ) وقد أوردنا فيه ما يزيد على خمسين و مئتين من تناقضات وقعت له ، فهو يصحح أحاديث في كتاب ويضعفها في كتاب اخر ، أثناء تخريجاته للاحاديث النبوية ، والاثار المصطفوية ، وقد كنت ألاحظ ذلك حين أرجع إلى كتبه لاعرف رأيه في حديث ما بعد مراجعتي للحديث من مصادره الاصلية التي تروى الاحاديث فيها بأسانيدها والتي ينقل الشيخ الالباني منها ، والتي خطتها أيدي أولئك الجهابذة الاعلام من أئمة الحديث المتقنين ، فأراه متناقضا جدا ، كثير الوهم والغلط ، فأعجب من ذلك غاية العجب ، لا سيما وقد اغتر كثير من الشباب وطلاب العلم بتخريجاته ، لانهم لا يرجعون إلى الاصول التي ينقل منها ، ولا يدركون تناقضه في الحكم على الحديث ما بين كتاب وكتاب من مصنفاته ومؤلفاته ، لعدم أهليتهم لذلك ،
فكنت أدون تلك الملاحظات في كراس خاص ، ولما اجتمع عندي من ذلك عدد ضخم وشئ كثير رأيت أن أدون تلك التناقضات في سلسلة ، وكذا الاوهام في سلسلة ، وكذا الاخطاء والقصور في الاطلاع في سلسله أخرى ، وكذا ما يقع له من حذف أو تغيير في كلام السادة العلماء والائمة الذين ينقل من كتبهم قي سلسلة أخرى كذلك ، وأخرجها للقراء ليقفوا على جلية الامر حتى لا يقعوا فيها لا سيما الذين فتنوا به . وغير خاف أن الشيخ يعد نفسه وكذا من فتن به أنه وحيد دهره وفريد عصره ، وأن كلامه لا يجوز الاستدراك عليه ، ولا التعقب على ما لديه ، وأنه فاق السابقين في الوقوف على أطراف الحديث وزياداته وتمحيصها ، وبيان ما خفي على المحدثين والحفاظ من خفايا عللها ، وأنه وإن كان أصغر رتبة في هذا العلم من البخاري قليلا ! لكنه يستطيع أن ينتقده ويضغف ما صححه ! ، كما أنه يستطيع أن يتعقب الامام مسلما حتى فيما لم يسبقه به أحد من الحفاظ المتقدمين ، والائمة السالفين ،
وقد هضم حقه بعض تلاميذه وشركائه حين وصفه أنه برتبة الحافظ ابن حجر أمير المؤمنين في الحديث ! ، وإلى هنا فقد ( بلغ السيل الزبى ) لا سيما وأن الشباب المفتونين بتخريجاته وتعليقاته ، وأمثالهم ممن أنبهر بمصنفاته ، لا يعرفون اخراج الحديث من الكتب التي ينقل منها ، مع ملاحظة المثل السائر ، ( إن الحب يعمي ويصم ) وقد صرح لهم أنه لا يقلد في هذا الفن أحدا كما صرح في مقدمته الفذة ( لاداب زفافه ) المشحونة بالنيل من أهل العلم والفضل والافتراء عليهم ، فإذا علمت هذا فقبل أن نمثل لك على كل ما قلناه إن شاء الله تعالى برهانا علميا ودليلا حسيا ، نقول : يلزم على من ادعى أنه خلاصة المحدثين ، وزبدة المؤلفين والمصنفين ، الذي فاق بعلمه الاولين والاخرين ، ما خلا الانبياء والمرسلين ، وأنه المحقق الذي غربل ونقى الاخبار والاثار ، وبين الصحيح من السقيم في كلام الاخيار والابرار ، أن يكون الغلط في كلامه أقل ما يمكن ، وأن لا يكثر الخبط في تقريراته ، وأن يكاد يعدم التناقض في ما يحكم عليه ، لاننا نقول جميعا : إن العصمة للانبياء ، والتنزه من الخطأ صفة كتاب الله تعالى ، ونحن لا نقول له : إن نصيحته للناس أن يعولوا على كتاباته المنقحة المهذبة إفي لسان قاله وحاله ( 1 ) توجب أنه معصوم عما قد يقع له من الخطأ
، وإنما نقول ونجزم أن من ادعى هذه الرتبة لا ينبغي أن تكون له أغلاط وأوهام وتناقضات فاقت ما وقع للاولين والاخرين وبلغت مئات بل جاوزت ذلك ، وهذه السلسلة ستثبت ذلك بعون الله وتوفيقه تعالى ، وستثبت أنه لا يجوز التعويل على تحقيقاته ،
Berikut seseorang yang telah membantu menterjemahkannya
Amma ba’du : ini adalah juz pertama dari kitab saya yang baru : tanaqudhatu al-bani. saya tuliskan disini lebih dari 250 hadis yang bertentangan ( yang dismpaikan oleh syekh Al-bani ). Dia menshahihkan hadis dalam satu kitab, dan mendha’ifkan hadis yang sama dikitabnya yang  lain. Saya memperhatikan ini ketika saya sedang mulahadzah kitab-kitabnya syekh Al-bani, dan saya bandingkan dengan sumber-sumber yang asli, pendapat-pendapatnya sangat bertentangan!! penuh dengan dugaan dan kesalahan. Saya heran dan amat sangat heran, sungguh tertipu para pemuda dan pencari ilmu dengan takhrijan syekh Al-bani. Itu karena mereka tidak kembali pada ushul yang dijadikan sumber hukum. Mereka tidak menemukan keganjilan ini, antara satu kitab syekh Al-bani dengan kitabnya yang lain, karena mereka memang tidak punya kapasitas untuk ini.
Sebelumnya saya membukukan pertentangan-pertentangan syekh Al-bani dalam satu catatan kecil saya, tapi ketika sudah semakin banyak jumlahnya, saya akhirnya memutuskan untuk membukukan pertentangan-pertentangan syekh dalam suatu silsilah, begitu juga dugaan syekh dalam suatu silsilah, serta kesalahn-kesalahan syekh dalam silsilah yang lain  (artinya muallif kitab ini tidak mengumpulkan jadi satu pertentangan-pertentangan syekh Al-bani, serta dugaan-dugaannya, juga kesalahan-kesalahannya. tapi muallif mengumpulkan dalam kitab yang berbeda-beda sesuai dengan pertentangan-pertentangan syekh Al-bani sendiri, yaitu kitab ini, kesalahan-kesalahannya sendiri, serta dugaan-dugaannya sendiri ).
Begitu juga membuangnya beliau terhadap perkataan ulama yang jadi sumber asli, serta merubahnya syekh Al-bani terhadap isi perkataan para ulama, saya kumpulkan dalam silsilah yang lain. Saya menyusun ini agar menjadi jelas bagi para pembaca agar tidak terjerumus pada fitnah.
Maka sudah tidak asing lagi bahwa syekh Al-bani yang menganggap dirinya sendiri, serta para pengikutnya menganggap bahwa beliau satu-satunya ( muhaddis ) pada masa ini, dan orang yang paling beruntung ( yang lain salah ) pada masanya, Dan pengikut-pengikutnya yang menganggap bahwa perkataan syekh Al-bani adalah kebenaran mutlak ( la ya juzu al-istidrak ‘alaihi ), dan tidak boleh dikomentari. Serta beliau sudah melampaui para ulama-ulama terdahulu ketika para ulama hadis terdahulu lebih memilih wuquf pada suatu hadis, malah syekh Al-bani berani menerangkan hal-hal yang masih belum jelas dimata para hafidz ( hafidz adalah muhaddis yang hafal 100rb hadis ) padahal ilmu syekh Al-bani masih sangat sedikit dibanding Imam Bukhari !!! Tetapi syekh Al-Bani berani menshahihkan hadis yang didha’ifkan oleh Imam Bukhari, dan mendha’ifkan hadis yang dishahihkan oleh Imam Bukhari. Sampai-sampai syekh Al-bani berani mencari kesalahan-kesalahan Imam Muslim, yang hal itu tidak pernah dilakukan oleh para hafidz hadis dan imam-imam salaf sebelumnya.
Bahkan para muridnya serta teman-temannya menganggap syekh Al-bani sebagai al-hafidz yang setingkat dengan Ibnu Hajar al-’Asqalani ( amirul mu’minin filhadis ). itu semua karena orang-orang yang mengambil takhrijan syekh Al-bani, tidak tahu dari mana hadis itu berasal. Ibarat sebuah peribahasa : Cinta itu membuat buta dan tuli. Para pengikutnya juga mengatakan, bahwa syekh Al-bani tidak bertaqlid pada siapapun.
Maka jelas !! bagi orang-orang yang mendakwa bahwa kitab-kitab syekh Al-bani adalah ringkasan kitab-kitab muhaddis, serta kitab pilihan dari kitab-kitab yang lain, yang ilmunya sudah melewati para imam-imam terdahulu dan masa mendatang selain ilmu para nabi-nabi yang diutus, dan bahwasanya syekh Al-bani adalah seorang muhaqqiq, serta pembeda mana kalam yang batil dan shahih, Ini semua, seolah-olah perkataan syekh Al-bani sedikit sekali kesalahannya, serta tidak ada yang salah dengan ketetapan-ketetapannya, dan tidak ada pertentangan terhadap apa yang sudah dihukumi olehnya.
Saya berkata : ma’sum itu untuk para nabi. Dan bersih dari kesalahan itu adalah sifat dari kitab allah. Dan saya tidak berkata : bahwa nasihat syekh Al-Bani pada manusia untuk percaya pada tulisan-tulisan pada kitabnya yang sudah dikoreksi serta pada apa yang sudah diucapkan, mengharuskan syekh Albani sudah terbebas dari kesalahan. Logikanya orang yang mendakwa syekh Al-bani seperti tadi ( syekh Albani setara dengan Ibnu Hajar dll ), maka otomatis syekh Al-bani sudah pasti terbebas dari kesalahan, bahkan ilmu syekh Al-bani sudah melampui ulama-ulama zaman dahulu dan zaman yang akan datang. Maka saya datang dengan kitab ini ( hadzihissilsilah ) untuk mengoreksi semuanya bi’aunillah. Dan akan menetapkan bahwa kita tidak boleh percaya dengan tahqiqan Al-bani!!
Pendapat-pendapat ulama lain tentang ulama Al Albani telah dimuat pada
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar