Perlunya kita memahami ilmu Tasawuf

Perlunya kita memahami ilmu Tasawuf (sarana kembali kepada Allah)
Sesungguhnya, kita sejak bayi dalam kandungan Ibu, dalam keadaan bersih dan suci, telah bersaksi “sebenar-benarnya” bersaksi bahwa La ilaha illallah , tiada tuhan selain Allah. Kesaksian ketika kita dalam kandunagn Ibu,  sebagaimana firman Allah yang artinya
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (QS- Al A’raf 7:172)
Setelah anak manusia terlahir ke dunia,  keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Ibu dan ayah adalah manusia-manusia dewasa kepada siapa anak belajar kata-kata yang pertama. Khususnya kepada Ibu, anak belajar kasih sayang. Kepada ayah, anak belajar tanggung jawab dan kepemimpinan. Bagaimana sikap ibu dan ayah kepada anak, sikap ayah kepada ibu dan sebaliknya ibu kepada ayah, adalah pola interaksi yang pertama dipelajari anak.
Dengan telinga dan matanya, anak belajar menyerap fakta dan informasi. Semakin banyak yang terekam, itulah yang paling mudah ditirunya. Bagaikan kertas putih bersih, orang tuanya yang akan memberinya coretan dan warna yang pertama. Betapapun sederhananya pola pendidikan dalam sebuah keluarga, tetap-lah sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Keluarga merupakan awal bagi pertumbuhan pola pikir dan perasaan anak.
Untuk itu bagi kita yang telah menjadi orang tua, dalam mendidik anak, sebaiknya selalu berharap atau memohon pertolonganNya karena segala sesuatu atas kehendakNya. Kita hanya menjalankan keinginanNya. Janganlah dengan hawa nafsu kita, memberikan “coretan” pada “kertas putih” anak kita. Kesadaran dan selalu mengingat Allah setiap saat dalam kehidupan kita dunia mutlak kita hadirkan agar segala perbuatan kita sesuai dengan kehendakNya.
Setelah kita mencapai akil balik dengan segenap ilmu yang telah kita pelajari dan pahami, baik dari pengajaran orang tua, guru dan lingkungan beserta karunia Allah akan pemahaman Al-Qur’an dan Hadits, kita “memulai” mengarungi kehidupan dunia. Kemanakah tujuan arungan kehidupan kita ?
Sebagaimana keinginan Allah yang disampaikan dalam firmanNya yang artinya,
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (Az Zariyat : 56)
“Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian menjemputmu” (al Hijr: 99)
Arungan kehidupan kita di dunia sesungguhnya adalah menuju kepada Allah, selalu sadar dan yakin akan keberadaan Allah,  selalu mengingat Allah, sepanjang kehidupan kita di dunia sampai kematian menjemput kita.
Sehingga kita bisa bersaksi kepada Allah yang Maha Esa dalam sebenar-benarnya “bersaksi” sebagaimana kita dalam kandungan Ibu dahulu. Sayangnya setelah bayi dan kita tumbuh dewasa, kita tidak dapat mengingat perjalanan ketika berada dalam kandungan rahim ibu. Oleh karena itu Islam mengajarkan agar setiap umatnya kembali menjadi seperti bayi dalam kandungan,agar dirinya dapat kembali menemui Allah.
“Dan sesungguhnya kamu kembali menghadap Kami dengan sendirian seperti kamu Kami ciptakan pada awal mula kejadian. Dan pada aat itu kamu tinggalkan dibelakangmu apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu ….” (QS Al An’am 6: 94)
“Mereka dihadapkan kepada Tuhanmu dengan berbaris, Kemudian Allah berfirman: “ Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sebagaimana Kami telah menciptakan kamu pada awal mula kejadian, bahkan kamu menyangka bahwa Kami tiada menetapkan janji bagi kamu” (QS Al Kahfi 18:48).
Dengan segenap ilmu dan pemahaman yang kita peroleh, kembalilah kepada Allah. Kembali pada sisi Allah yang sebaik-baiknya.
Firman Allah yang artinya,
[38:46] Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.
[38:47] Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik. 
(QS Shaad [38]:46-47)

Sekali-lagi saya mengingatkan saya pribadi dan pembaca sekalian. sebaiknya kita tidak bergantung pada ilmu dan pemahaman, semua itu hanyalah sarana, bergantunglah hanya pada Allah. Semakin dalam ilmu dan pemahaman yang kita peroleh maka semakin tertunduk kita kepada Allah dan pada satu titik nanti, InsyaAllah kita akan “lebur” karena kita akan syahid yakni sebenar-benar bersaksi kepada Allah yang Maha Esa.
Sesungguhnya karunia Allah akan pemahaman tentang ma’rifatullah bisa kita lalui  jika mendalami ilmu Tasawuf.
Merugilah mereka yang menolak memahami ilmu Tasawuf.
Untuk itulah, Insyaallah, saya hadirkan blog ini untuk mengingatkan diri saya pribadi dan saudara-saudaraku Salafy (pengikut pemahaman Ibnu Taimiyah dan yang sepemahaman), teruntuk saudara-saudara muslimku yang anti tasawuf, teruntuk para pembaca pada umumnya serta  juga teruntuk saudara-saudaraku yang terbiasa mengikuti “motivator-motivator” kehidupan yang cenderung mengikuti atau menginginkan materi semata atau memperturutkan hawa nafsu dan menjurus mencintai dunia. Semoga Allah melindungi kita semua.
Wassalammualaikum Wr. Wb
Zon di Jonggol

5 Tanggapan

“Sesungguhnya karunia Allah akan pemahaman tentang ma’rifatullah bisa kita lalui jika mendalami ilmu Tasawuf.”
maap kang, maksudnya dan penjabarannya gimana itu? lebur? pencerahannya ditunggu…



mutiarazuhud

Sederhananya, lebur (fana), luluh lantak, remuk redam, ketertundukan kepada Allah, terbebasnya ruh manusia dari kukungan/hijab hawa nafsu atau dengan kata lain kematian.
Untuk kajian selengkapnya, sebagai contoh, silahkan baca Risalah Qusyairiyah, tulisan Imam Al Qusyairi





zon ini fatwa siapa:
“Merugilah mereka yang menolak memahami ilmu Tasawuf”.
adakah pernyatan ini dalam Al Qur’an?
zon, apakah tidak cukup Allah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk yang jelas sehingga masih mencari yang lain?
apakah tidak cukup Allah menyempurnakan ISLAM ini sebagai satu Din yang Allah ridho, sampai2 Allah menyatakan janganlah mati kecuali dalam keadaan ISLAM? mengapa masih mencari2 yg lain dan mengada2kan, membuat tandingan atas sesuatu yang sudah Allah sempurnakan?
tahukah zon orang yang rugi:
Dan sekali-kali janganlah kamu termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang rugi.




mutiarazuhud

Sekali lagi kami utarakan, jika mas Andi memaknai Tasawuf sebagaimana yang dimaknai di pelbagai perguruan tinggi Islam maupun jumhur ulama yakni tentang Ihsan atau akhlak maka mas Andi dapat menemukan dalam Al-Qur’an maupun Hadits seputar tentang Ihsan atau Akhlak . Inilah bagian akhir atau tujuan kita beragama yakni berakhlakul karimah sebagaimana Rasulullah telah sampaikan “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).




mari kita perhatikan, berapa banyak penganut tasawuf di indonesia ini ? sudah berapa lama mereka di gembleng dalam dunia tasawuf ?
kalau benar tasawuf ini sebuah ajaran dan paham yang dapat menghantarkan pengikutnya kepada pribadi ihsan tentu indonesia ini sudah menjadi negeri yang seperti Allah janjikan dalam Qur’an.
Tapi lihatlah kenyataannya, apa yang terjadi?
Sekarang lihat fakta sejarah, Rasulullah dengan Al Qur’an (bukan dengan ajaran/cara tasawuf) membina/menggembleng pengikutnya yang cuma segelintir, lihatlah hasilnya, disitupun bisa kita lihat bukti dari janji Allah pada orang ber-IMAN. Walau cuma sedikit tapi bisa membawa perubahan/pengaruh yang demikian luas dan dahsyat.
bisakah zon tarik pelajaran disitu?
——————————————————–
sebenarnya yang saya tuju disini bukan hanya tasawuf saja, tapi pada semua yang bangga dengan kelompok dan alirannya.
mari kita bercermin pada Al Qur’an secara utuh dan jujur.
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar