Sebelumnya saya awali dahulu tentang perbedaan Umara dan Ulama.
Umara adalah pemimpin untuk hubungan antar manusia sebaiknya berlandaskan Islam sedangkan Ulama adalah pemimpin untuk hubungan kepada Allah dengan mendalami Islam.
Bagi umat Islam, urutan ketaatan adalah Taat pada Allah dengan tuntunan Rasululloh SAW kemudian Taat pada Ulama sejauh mereka sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist kemudian baru ketaatan kepada Umara sejauh mereka sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Jadi dalam hal ini jelas bahwa para pemimpin parpol Islam adalah masuk kategori Umara karena mereka akan menjadi pemimpin negara/lembaga negara. Ketaatan kita kepada Umara adalah setelah ketaatan dengan yang lainnya.
Sungguh sebagai Umara adalah pekerjaan yang mulia dan penuh dengan godaan, karena Umaro kepemimpin hubungan antar manusia yang diliputi dengan hawa nafsu. Disinilah cobaan mereka bagaimana mengimplementasikan Islam dalam kepemimpinan.
Agar umat Islam tidak menentukan pilihan sembarangan.
Dalam memilih pemimpin sebaiknya tidak dengan alasan suku asal, keturunan, baik, berbudi namun berdasarkan ketaqwaannya kepada Allah yang dapat dilihat dari hasil perbuatan yang sesuai dengan perintah Allah.
Sebagai contoh dukungan umat Islam Indonesia terhadap presiden Amerika, Barack Obama. Menurut penilaian sebagian umat Islam bahwa Obama pernah bersinggungan dengan Indonesia karena sempat tinggal di negeri ini dan berharap ada “berbekas” pada karakter beliau. Pandangan sebagian lagi bahwa Obama orang yang baik dan santun. Namun kenyataannya hasil perbuatan beliau tidak sesuai dengan perintah Allah, terutama kepemimpinan beliau yang berperang terhadap Afghanistan , khususnya Taliban.
Seruan saya untuk hal seperti ini adalah, lebih baik diam dari pada mendukung. Karena dengan mendukung berarti ada kesetujuan dengan hasil perbuatannya..
Begitu juga himbauan saya kepada yang mulia para ulama untuk menahan diri tidak memberikan dukungan kepada salah satu kandidat dalam pilpres 2009. Sebaiknya tetaplah dalam semangat saling mengingatkan dan menuntun Umara agar mereka dapat mengimplementasikan keislaman dalalam kepemimpinan mereka. Ulama kepada umat Islam cukup memberikan pendewasaan dalam mengikuti pilpres yang sesuai dengan syariah Islam.
Seruan kedua, bahwa, Manusia/pemimpin yang baik adalah yang takut hanya pada Allah, bukan yang takut pada ciptaanNya.
Pemimpin sebaiknya tidak pernah takut kepada ciptaanNya. Yang dianjurkan adalah cukup menghormati atau bertoleransi.
Takut kepada ciptaanNya yakni menyoroti bahwa terlihat adanya sedikit ketaatan pemimpinan negara kita terhadap negara lainnya dengan berbagai alasan seperti demi stabilitas Negara, ketakutan atas perlakuan ekonomi dll, padahal sungguh cukuplah Allah sebagai pelindung yang Maha Kuasa lagi Maha Penyayang.
Kenapa pemimpin menjadi risau dengan kehidupan di dunia dengan menggadaikan akhiratnya ?
”Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat” [Asy Syuura:20]
Kenapa pemimpin menjadi risau dengan rezeki, sumber penghidupan bagi warganegara, perlakuan ekonomi pihak asing ?
“ Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur. (QS Al A’raf :10)
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (QS Ibrahim: 32)
Perhatikan bahwa kita dianjurkan untuk mandiri secara ekonomi.
Sungguh negara kita sedikit selamat dari krisis keuangan karena anugerah sumber daya alam, rezeki dari Allah semata, bersyukurlah.
Negara-negara yang terkena krisis keuangan adalah negara-negara yang bersandarkan kemampuan ekonomi dari usaha manusia seperti jasa, menghasilkan uang dari uang (bunga/riba) dll.
Untuk itu pemimpin kedepan harus menumbuhkan kemandirian ekonomi dari kemampuan warganegara mengolah rezeki dari Allah seperti pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan, pertambangan dan teknologi yang berhubungan dalam pengolahan dll. Yang perlu diingat oleh pemimpin bahwa hasil bumi, tanah dan air adalah milik Allah semata. Negara hanya diberikan anugerah sumber daya alam, untuk memanfaatkan dan terutama menjaga ekologinya.
Pemimpin yang baik adalah mengimplementasikan firman Allah
“Perintahkan keluargamu untuk shalat dan bersabarlah atasnya. Kami tidak meminta rezeki. Kamilah yang memberimu rezeki.” [QS Thaha : 132]
Keluargamu identik dengan warganegara. Pemimpin tidak dituntut dan tidak mampu memberi rezeki kepada warganegara. Allah lah yang memberi rezeki. !
Kita umat Islam sebagaian tidak merasakan bahwa rezeki itu datang dari Allah semata.
Petani, nelayan sebagian merasakan seolah-olah rezeki datang dari kemampuan mereka semata padahal Allah yang menumbuhkan tumbuhan, menghidupkan hewan, ikan dll.
Pedagang, sebagian merasakan seolah-olah rezeki datang dari mahluk yakni pembeli. Padahal Allah lah yang mengizinkan transaksi jual-beli itu terjadi.
Karyawan sebagian merasakan seolah-olah rezeki datang dari mahluk yakni pimpinan perusahaan.. Padahal pimpinan perusahaan sekedar menukar uang/harta mereka dengan kerja karyawan. Allahlah yang mengizinkan karyawan tersebut dapat/mampu bekerja.
Kembalilah kepada tujuan hidup kita bahwa,
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (Az Zariyat 56)
Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian menjemputmu (al Hijr 99)
Berusahalah dengan penuh profesionalitas dan bertawakakallah.
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaaq: 2-3).
Wassalam.
Hamba yang berserah diri dan ikhlas menghamba pada Allah dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
=====
19 Mei 2009 oleh mutiarazuhud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar