Manusia paling mulia

Semoga shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, tauladan kita,  manusia yang paling mulia, paling taqwa, paling agung sepanjang zaman, baginda Muhammad shallallahu alaihi wasallam.  Semoga kita berada dalam golongan yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal“. (QS al Hujurat [49]:13 )
Paling mulia adalah yang paling taqwa.
Siapakah manusia yang paling taqwa selain Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ?

Barang siapa yang menolak kebenaran ini dan meremehkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka tempat yang layak bagi orang itu kelak dikemudian hari adalah neraka jahanam
Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan. kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR. Muslim)
Mereka termasuk meremehkan Rasulullah jika tidak meyakini bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling mulia , paling agung pada tingkatan manusia.
Firman Allah ta’ala yang maknanya “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu” (Al Kahfi [18]: 110 ) hanyalah untuk mengingatkan agar kita tidak menjadikan atau meyakini Rasulullah sebagai “bukan manusia” atau sebagai tuhan, bukan untuk menetapkan derajat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Mustahil Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dijadikan tauladan bagi seluruh manusia jika ada manusia lain yang derajatnya lebih mulia dan lebih agung darinya
Begitupula perkataan Rasulullah “Jangan memujiku secara berlebihan seperti kaum Nasrani yang memuji Isa putera Maryam” hanyalah untuk mengingatkan atau membatasi jangan memuji seperti kaum Nasrani yang menjadikan Nabi Isa a.s sebagai putera Tuhan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya”). (HR. Bukhari no 3189)
Mana lagi batas pujian bagi tingkatan manusia yang dianggap berlebihan untuk manusia yang paling mulia dan paling agung ?

Rasulullah tidak pernah melarang bagaimanapun ungkapan sholawat asalkan ungkapan sholawat itu  tidak bertentagan dengan Al-Qur’an dan hadits.
[47.76]/4750 Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al Mufadldlal Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Dzakwan ia berkata; Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin ‘Afran berkata; suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan masuk saat aku membangun mahligai rumah tangga (menikah). Lalu beliau duduk di atas kasurku, sebagaimana posisi dudukmu dariku. Kemudian para budak-budak wanita pun memukul rebana dan mengenang keistimewaan-keistimewaan prajurit yang gugur pada saat perang Badar. Lalu salah seorang dari mereka pun berkata, “Dan di tengah-tengah kita ada seorang Nabi, yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari.” Maka beliau bersabda: “Tinggalkanlah ungkapan ini, dan katakanlah apa yang ingin kamu katakan.“

Kalau batas berlebihan dalam bilangan sholawat. Rasulullah pun tidak pernah melarangnya.
Berkata Ubay,” Wahai Raulullah, aku memperbanyak bershalawat atasmu, lantas berapa kadar banyaknya shalawat yang sebaiknya aku lakukan?”
Beliau saw menjawab,” Berapa banyaknya terserah padamu.”
Ubay berkata,” Bagaimana kalau seperempat (dari seluruh doa yang aku panjatkan)?”
Beliau menjawab,” Terserah padamu. Tetapi jika engkau menambah maka akan lebih baik lagi.”
Ubay berkata,” Bagaimana jika setengah?”
Beliau saw menjawab,” Terserah padamu, tatapi jika engkah menambah maka akan lebih baik lagi.”
Ubay berkata,” Bagaimana jika duapertiga?”
Beliau saw menjawab,”Terserah padamu, tetapi jika engkau menambah maka akan lebih baik lagi.”
Ubay berkata,” Kalau demikian maka aku jadikan seluruh doaku adalah shalawat untukmu.”
Bersabda Nabi saw,” Jika demikian halnya maka akan tercukupi segala keinginanmu dan diampuni segala dosamu.”

Hal yang paling utama bagi tholabul ilmi (penuntut ilmu) adalah mengenal Allah (ma’rifatullah) dan mendapatkan Ridha-Nya. Semakin banyak mengenal Allah (ma’rifatullah) melalui ayat-ayat-Nya qauliyah dan kauniyah, maka semakin dekat hubungan dengan-Nya. Ilmu harus dikawal hidayah. Tanpa hidayah, seseorang yang berilmu menjadi sombong dan semakin jauh dari Allah ta’ala. Sebaliknya seorang ilmuwan yang mendapat hidayah maka hubungannya dengan Allah ta’ala semakin dekat. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya, maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh“.
Alhamdulillah kita diberi kemudahan dan pengetahuan yaitu dengan membaca Sholawat. Karena Sholawat itu bisa menimbulkan kecintaan terhadap Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan seseorang yang dekat dan cinta dengan Rasulullah itu sama dengan dekat dan cintanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Sabda Rasullullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam.
“Artinya : Seberapa dekatnya (seseorang) terhadap Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka sebegitulah ukuran dekatnya (seseorang) kepada Allah Subhanahu Wata’ala”.

Sholawat adalah bentuk pengakuan dan pujian dengan rasa cinta kita terhadap Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
Begitupun Syahadat, pada hakikatnya adalah bentuk pengakuan dan pujian dengan rasa cinta kita terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala. Seperti kita berkata, ya Allah , Engkaulah segala-galanya bagi kami, Engkaulah satu-satunya tiada yang lain selain Engkau.

Sudahkah kita bersyahadat dengan penuh rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala ?
Sudahkah kita bersholawat dengan penuh rasa cinta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ?

Lakukanlah dan ulangi dengan penuh rasa cinta sebelum ajal menjemput kita.
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

5 Tanggapan
pada 12 Maret 2011 pada 3:56 am | Balasmamo cemani gombong
Allohumma sholli shollatan kamilah wa sallim salaman. Taman ‘ala sayyidina Muhammadiladzi tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil kurobu. Wa tuqdhobihil hawa iju wa tunna lu bihiro ‘ibu wa husnul khowatim wa yustaqol ghomawu biwaj hihil kariim wa ‘ala aalihi washosbihi fii kulli lamhatin wa hafasim bi’adadi kulli ma’luu mi laka ya robbal ‘aalamiin……….



hati-hati mas mamo nanti dibilang Musyrik , he he he ada ada aja wahabi Sholawatan kok Musyrik.



pada 12 Maret 2011 pada 9:55 ammamo cemani gombong
sengaja mas Syahid biar di komen dari temen wahabi ….he…he…



Bismillah Ar-rahmaan Ar-rahiim.
Sholawat adalah salah satu bentuk dzikr yang disyariatkan dalam diinul Islam. Dzikr ini mempunyai keistimewaan, dimana Alloh ‘Azza Wa Jalla dan Para Malaikat-Nya bersholawat kepada An-Nabiy Shollallaah ‘alaih wa sallam.
Sholawat dibaca pada waktu sholat, artinya sholawat mempunyai kedudukan penting dan kunci untuk berkomunikasi dengan Alloh ‘Azza wa jalla.
Karena demikian pentingnya kedudukan sholawat, maka Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam mengajarkan kepada ummatnya tentang sholawat.
Ada banyak bentuk lafadz sholawat, baik yang diajarkan langsung oleh Rasul maunpun dari para ulama’ ahlussunnah wal jamaah yang kesemuanya boleh diamalkan dalam keseharian.



pada 17 Agustus 2011 pada 5:30 pm | BalasAbda'oe Al Faqir
sholawat dan sholat adalah ibunya do’a, sedangkan do’a adalah senjata orang-orang beriman.
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar