Siapakah yg termasuk orang yg beriman?

Orang Orang Beriman
Firman Allah ta’ala yang artinya
Katakanlah:”Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu“. (QS Al Maa’idah [5]:68 )
“Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka..” (QS.Ali Imran [3] : 110)
Siapakah yang termasuk orang-orang yang beriman ?
Marilah kita pahami petunjuk dari Allah ta’ala dalam Al-Qur’an yang diperuntukan bagi seluruh manusia.
“(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” ( QS Ali Imran [3]: 138 )
“Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini” ( QS Jaatsiyah [45]:20 )
( QS Al Mu’minun [23]:1-11 )
[23:1] Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman
[23:2] (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya
[23:3] dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna
[23:4] dan orang-orang yang menunaikan zakat
[23:5] dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
[23:6] kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
[23:7] Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
[23:8] Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya
[23:9] dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya
[23:10] Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
[23:11] (ya’ni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya

“…dia (malaikat Jibril) langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata
“Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.”
Lalu Rasulullah Saw menjawab, “,Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.”

Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.”
Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.…..” (HR Muslim)

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa batas, maka jangan kamu langgar dia; dan Allah telah mengharamkan sesuatu, maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincangkan dia.” (Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi).
Kesimpulannya bahwa orang-orang yang beriman adalah mereka yang memahami dan menjalankan rukun Islam dan rukun Iman dengan minimal melaksanakan seluruh kewajiban (hukum/perkara wajib) dan menjauhi seluruh larangan dan pengharaman (hukum/perkara haram).
Setelah melaksanakan perihal yang minimal tersebut, seorang mukmin dengan kesadaran sendiri dapat melakukan amal kebaikan (amal sholeh) untuk mencapai muslim yang terbaik, muslim yang sholeh, muslim yang ihsan (muhsinin). Amal kebaikan (amal sholeh) dilaksanakan untuk memperoleh keridhoan Allah ta’ala  atau kecintaan Allah ta’ala kepada hambaNya.
Tahapannya Muslim (Muslimin) –>  Mukmin (Mukminin) –> Muhsin (Muhsinin)
( QS Lukman [31]:3-5 )
[31:3] menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan (muhsinin)
[31:4] (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. 
[31:5] Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Hal ini berlaku terhadap seluruh manusia termasuk orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani.
Seluruh umat manusia setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus oleh Allah ta’ala maka wajib bagi seluruh manusia mengakui kenabiannya, karena sesungguhnya berita kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wassalam telah disampaikan pada kitab-kitab Allah sebelumnya.
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” ( QS Al Baqarah [2]:146 )
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu“.  ( QS Ali Imran [3]:81 )
“Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS Ali Imran [3]: 82 )
Barangsiapa yang berpaling sesudah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam diutus dengan kitab Al-Qur’an yang membenarkan kitab-kitab Allah sebelumnya maka mereka termasuk orang-orang yang fasik,  orang yang berpaling atau  tidak mengindahkan perintah Allah ta’ala.  Akhir bagi mereka adalah neraka jahanamlah sebagaimana firmanNya yang artinya:
“Dan adapun orang-orang yang fasik maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.” ( QS  As Sajadah [32]:20 )

Buya Hamka menulis dalam Tafsir al-Azhar: ”Beriman kepada Allah niscaya menyebabkan iman pula kepada segala wahyu yang diturunkan Allah kepada para RasulNya; tidak membeda-bedakan diantara satu Rasul dengan Rasul yang lain, percaya kepada keempat kitab yang diturunkan.” (Ibid, hal. 213).
Justru disinilah persoalan bagi kaum Yahudi dan Kristen, karena mereka menolak kenabian Muhammad saw dan kebenaran al-Quran. Karena itu, dalam tafsirnya ini, Hamka juga mengutip hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Muslim:
Berkata Rasulullah s.a.w.: “ Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangpun dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka.”
Lalu, selanjutnya, Hamka menjelaskan makna hadits Rasul saw tersebut: ”Dengan hadits ini jelaslah bahwa kedatangan nabi Muhammad s.a.w. sebagai penutup sekalian Nabi (Khatimil Anbiyaa) membawa Al-Quran sebagai penutup sekalian Wahyu, bahwa kesatuan ummat manusia dengan kesatuan ajaran Allah digenap dan disempurnakan. Dan kedatangan Islam bukanlah sebagai musuh dari Yahudi dan tidak dari Nasrani, melainkan melanjutkan ajaran yang belum selesai.
Maka, orang yang mengaku beriman kepada Allah, pasti tidak menolak kedatangan Nabi dan Rasul penutup itu dan tidak pula menolak Wahyu yang dia bawa. Yahudi dan Nasrani sudah sepatutnya terlebih dahulu percaya kepada kerasulan Muhammad apabila keterangan tentang diri beliau telah mereka terima. Dan dengan demikian mereka namanya telah benar-benar menyerah (Muslim) kepada Tuhan. Tetapi kalau keterangan telah sampai, namun mereka menolak juga, niscaya nerakalah tempat mereka kelak. Sebab iman mereka kepada Allah tidak sempurna, mereka menolak kebenaran seorang daripada Nabi Allah.”
Tafsir Ibnu Katsir tentang orang-orang yang dimurkai dan mereka yang sesat.
“Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”, yakni bukan jalan orang-orang yang dimurkai. Mereka adalah orang yang rusak kehendaknya; mereka mengetahui kebenaran, namun berpindah darinya. Dan “bukan jalannya orang-orang yang sesat”, yaitu mereka yang tidak memiliki pengetahuan dan menggandrungi kesesatan. Mereka tidak mendapat petunjuk kepada kebenaran. Hal ini dikuatkan dengan laa guna menunjukkan bahwa di sana ada dua jalan yang rusak: jalan kaum Yahudi dan jalan kaum Nasrani.
Sesungguhnya jalan orang-orang yang beriman itu mencakup pengetahuan akan kebenaran dan pengalamannya, dan kaum Yahudi tidak memiliki amal, sedang kaum Nasrani tidak memiliki pengetahuan.
Oleh karena itu, kemurkaan bagi kaum Yahudi dan kesesatan bagi kaum Nasrani.
Karena orang yang mengetahui, tetapi tidak beramal, maka ia berhak mendapat kemurkaan, dan ini berbeda dengan orang yang tidak tahu. Kaum Nasrani menuju pada suatu perkara, yaitu mengikuti kebenaran, namun mereka tidak benar dalam melakukakannya sebab tidak sesuai dengan ketentuannya sehingga mereka pun sesat.
Demikian pula hadits yang diriwayatkan Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tentang orang-orang yang dimurkai“, beliau bersabda, ‘Kaum Yahudi.’ Saya bertanya tentang orang-orang yang sesat, beliau bersabda, “Kaum Nasrani.“
Baik Yahudi maupun Nasrani adalah sesat dan dimurkai.
Sifat Yahudi yang paling spesifik ialah kemurkaan, sebagaimana Allah berfirman ihwal mereka, “yaitu orang yang dikutuki dan dimurkai Allah.” (al-Ma’idah: 60)
Sifat Nasrani yang sangat spesifik ialah kesesatan, sebagaimana Allah berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (al-Ma’idah: 77)
Hamad bin Salamah meriwayatkan dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Saya bertanya kepada RasulullahShallallahu alaihi wasallam ihwal ‘bukan jalannya orang-orang yang dimurkai’. Beliau bersabda, “Yaitu kaum Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya orang-orang yang sesat’. “Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-orang yang sesat.’
Jadi dapat kita pahami kekeliruan muslim yang membenarkan atau mengikuti paham pluralisme agama karena secara tidak disadari mereka membenarkan orang-orang yang menolak seorang Nabi Allah, mereka membenarkan orang-orang yang dimurkai Allah ta’ala dan mereka membenarkan orang-orang yang telah sesat.  Kita wajib tidak membenarkan apa yang mereka pahami namun kita tidak boleh membenci mereka dan pergauli dengan cara yang baik (toleransi). Selengkapnya baca tulisan pada:
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri“. (QS  Al Ankabut [29]:46 )
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah : “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita) “. (QS Asy Syuura [42]:15 )
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” ( QS. Al-Mumtahanah [60]:8 )
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Maa-idah [5]:8 )
Oleh karenanya jadilah termasuk orang-orang yang beriman dan berpegang teguh kepada agama Islam, maka Allah ta’ala akan memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus dan memasukkan kedalam surga.
“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.” ( QS  An Nisaa’ [4]:175 )
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

3 Tanggapan
rifnal alfani
saya sangat menyukai tulisan anda..sekarang ini saya agak risau dengan orang2 yang menganggap kelompoknya paling benar. terutama mereka yang beraliran wahabi. karena dengan gampangnya mereka menyatakan bid’ah pada semua hal yang menurut mereka tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah..

Salam kenal.
Semoga Allah selalu melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya untuk kita semua, amin


mutiarazuhud
Walaikumsalam,
Salam kenal kembali.
Terima kasih atas kunjungan silaturrahimnya.
Semoga kita dapat menegakkan ukhuwah Islamiyah.


27 Oktober 2010 oleh mutiarazuhud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar