Bid'ah yang sesat

Bid’ah yang sesat hanyalah pada bidang kewajiban, batas/larangan dan pengharaman
Sampai dengan tulisan ini kami buat, dari kalangan mereka belum juga kunjung menyampaikan hujjah dari Al-Qur’an maupun Hadits terhadap kaidah “LAU KANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIH” (Seandainya hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukannya) maka kita dapat simpulkan bahwa,
Amal kebaikan (amal sholeh) yang baru, walaupun belum pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maupun para Sahabat tetaplah merupakan amal kebaikan (amal sholeh) jika tidak bertentangan dengan Al-Qur’an maupun Hadits
seperti contohnya,
Sholawat Badar, Sholawat Nariyah, Sholawat Imam Syafi’i ~rahimullah dan sholawat lainya,
Untaian doa dan dzikir ratib al hadad, al matsurat , doa robithoh, dan untaian doa lainnya,
Sholat dengan alas sajadah, dzikir menggunakan tasbeh, dan segala kebaikan dan kemudahan bagi pelaksanaan ibadah.

Istilah Fiqih, Istilah Ushuluddin, Istilah Tasawuf, Mazhab, Istinbath, Sifat wajib 20 Allah ta’ala dan istiqra (telaah) ulama lainnya yang baik.
Contoh yang buruk adalah istiqra’ (telaah) pembagian tauhid menjadi tiga sebagaimana yang disampaikan dalam tulisan kami pada

Firman Allah ta’ala yang artinya
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS al-Hasyr [59]:7)
atau
“Apa yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampumu dan apa yang aku larang maka jauhilah“. (HR Bukhari).
Keduanya menjelaskan bahwa kita disuruh meninggalkan sesuatu terbatas pada apa yang dilarang Rasulullah, bukan pada apa yang tidak dikerjakannya atau yang tidak pernah dicontohkannya.
Bid’ah dlolalah bukanlah pada bidang amal kebaikan (amal sholeh) namun mengada-ada dalam kewajiban, batas/larangan maupun pengharaman. Bid’ah pada bidang kewajiban, batas/larangan maupun pengharaman inilah yang disebut bid’ah menyesatkan dan tempatnya di neraka

Contoh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menghindari bid’ah pada kewajiban.
Rasulullah bersabda, “Pada pagi harinya orang-orang mempertanyakannya, lalu beliau bersabda: “Aku khawatir bila shalat malam itu ditetapkan sebagai kewajiban atas kalian.” (HR Bukhari 687)
Matan hadits selengkapnya silahkan baca pada

Dalil untuk menghindari bid’ah dalam pelarangan maupun pengharaman.
“Sungguh sebesar-besarnya kejahatan diantara kaum muslimin adalah orang yang mempermasalahkan hal yang tidak diharamkan, kemudian menjadi diharamkan karena ia mempermasalahkannya“. (HR. al-Bukhari)
“Betul! Tetapi mereka itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian itulah penyembahannya kepada mereka.” (Riwayat Tarmizi)
Sedangkan perkara baru dalam amal kebaikan (amal sholeh) adalah baik selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Walaupun perkara baru dalam amal kebaikan (amal sholeh) tersebut belum pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maupun para Sahabat contohnya bentuk-bentuk sholawat seperti sholawat Nariyah, sholawat Badar, untaian doa dan dzikir seperti Ratib Al Hadad , Perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diisi dengan kegiatan yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits dll
Imam as Syafi’i ra membolehkan perkara baru dalam amal kebaikan (amal sholeh), dikatakan beliau sebagai, “apa yang baru terjadi dari kebaikan“
Imam as Syafii ra berkata “Apa yang baru terjadi dan menyalahi kitab al Quran atau sunnah Rasul atau ijma’ atau ucapan sahabat, maka hal itu adalah bid’ah yang dhalalah. Dan apa yang baru terjadi dari kebaikan dan tidak menyalahi sedikitpun dari hal tersebut, maka hal itu adalah bid’ah mahmudah (terpuji)”
Rasulullah pun membolehkan perkara baru dalam amal kebaikan (amal sholeh) yang tidak diatur/disyariatkan secara khusus oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dikatakan beliau sebagai “perkara yang baik”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
Maknanya: “Barangsiapa yang memulai (merintis) dalam Islam sebuah perkara yang baik maka ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut dan pahala orang yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun”. (H.R. Muslim dalam Shahih-nya)
Ada ulama yang berpendapat bahwa hadits Nabi diatas adalah tentang sedekah.
Hadits tersebut adalah memang tentang sedekah atau amal kebaikan atau amal sholeh. Hadits itu yang menjelaskan bahwa perkara baru dalam amal kebaikan atau amal sholeh adalah perkara baik atau bid’ah hasanah atau bid’ah mahmudah. Sedekah atau amal kebaikan atau amal sholeh adalah luas sekali sebagaimana yang disampaikan dalam hadits berikut ini.
Dari Abu Dzar r.a. berkata, bahwasanya sahabat-sahabat Rasulullah saw. berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah saw., orang-orang kaya telah pergi membawa banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.” Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? Yaitu, setiap kali tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan hubungan intim kalian (dengan isteri) adalah sedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?” Rasulullah saw. menjawab, “Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, apakah ia berdosa? Demikian juga jika melampiaskannya pada yang halal, maka ia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)
Jadi kita boleh bersedekah atau beramal sholeh dengan yasinan, tahlilan, sholawat, istighotsah dll
Jadi jelaslah kekeliruan , “LAU KANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIH” (Seandainya hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukannya) karena tidak ada dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Jika kita membuat larangan yang tidak pernah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla dan disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka sama saja menganggap Allah ta’ala lupa atau telah melakukan bid’ah dlolalah.
Barangsiapa yang mentaati larangan yang tidak ada dalil dari Al-Qur’an dan Hadits, sama saja menyembah kepada pembuat larangan.
“Betul! Tetapi mereka itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian itulah penyembahannya kepada mereka.” (Riwayat Tarmizi)
Mohon sebarluaskan hasil kajian kami bahwa kaidah “LAU KANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIH” (Seandainya hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukannya) tidak ada landasannya baik dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Sebagaimana kami telah uraikan juga dalam
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

7 Tanggapan
Mas Emzed, dalil andalan mereka: “LAU KANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIH” mejadi tumpul setelah diulas di sini, syukron Mas Emzed…..
Terbuktilah bahwa hujjah yg mereka bawakan seringkali merupakan dalil lemah bagaikan sarang laba-laba seperti yg sudah dijelaskan di sini. Semoga ini bisa menjadi pelajaran penting bagi siapa saja yg mencintai kebenaran.



pada 5 Mei 2011 pada 10:34 pm | Balasmutiarazuhud
Alhamdulillah, setelah mereka menunjukkan bahwa “LAU KANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIH” berdasarkan perkataan Ibnu Katsir, namun setelah kami cermati perkataan itu tidak ada kaitannya dengan ayat yang ditafsir, Jadi perkataan Ibnu Katsir (atau pihak lain yang menyisipkan ke dalam kitab tafsir) tersebut tidak ada dalil atau hujjah dari Al-Qur’an dan Hadits. Prinsipnya perkataan/pendapat/kaidah adalah kebenaran jika berlandaskan Al-Quran atau hadits, karena kebenaran hanyalah berasal dari Allah Azza wa Jalla



pada 8 Mei 2011 pada 1:04 pm | Balasmamo cemani gombong
sangaaaaaaaat sepakat ustadz ………..alhamdulillah bagi pengunjung blog yang lain semoga artikel di atas dapat menambah iman kita dari syubhat2 yang ” mereka” lancarkan ……..trim bang Zon teruslah berkarya bang semoga Alloh merahmati antum sekeluarga amiin ……



pada 13 Mei 2011 pada 7:03 pm | BalasKGPA. Arif
yups … begitulah … mbok klu ada artikel baru di share juga toh ke akun kami, tmk yg ini juga dishare aja ya Mas .. thanks Mas Zon :-)



sospo…sing gawe blog iki kie….GUOOOBLOK TENANNNN
“LAU KANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIH” (Seandainya hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukannya) maka kita dapat simpulkan bahwa,
Amal kebaikan (amal sholeh) yang baru, walaupun belum pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maupun para Sahabat tetaplah merupakan amal kebaikan (amal sholeh) jika tidak bertentangan dengan Al-Qur’an maupun Hadits
guooobloge polll ora nyambung “Amal kebaikan (amal sholeh) yang baru, walaupun belum pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maupun para Sahabat tetaplah merupakan amal kebaikan (amal sholeh)”
kl ono wong kaya ngene d akhirrat seumpamane d tanya” ya menungso sing ngajarne amalan sing koe lakoni iku sopo????sing nyontoni iku sopo????koq wani2ne koe ngatani iku amalan apik la koe panutanmu sopo…dasarmu opo…la wong muhammad ae ora nyontohne koq…la koe wani nglakoni…opo koe rangerti akhlake nabi muhammad iku al qur’an la koq koe wani ngomong iku g bertentangan karo qur’an….ne seumpamane nabi ora nglakoni iku berarti yo ora ono neng qur’an karo hadis la pie……
wes ngono penjelasane kebalik balik neh gawe pernyataan dewe tapi di bantah dewe pie wong…….wong….

Firman Allah ta’ala yang artinya
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS al-Hasyr [59]:7)
atau
“Apa yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampumu dan apa yang aku larang maka jauhilah“. (HR Bukhari).
Keduanya menjelaskan bahwa kita disuruh meninggalkan sesuatu terbatas pada apa yang dilarang Rasulullah, bukan pada apa yang tidak dikerjakannya atau yang tidak pernah dicontohkannya.
firman Alloh dan hadis iku leres bueeetulllbgt tapi sing njelasne iku sing salah, wonge ngomong “Keduanya menjelaskan bahwa kita disuruh meninggalkan sesuatu terbatas pada apa yang dilarang Rasulullah” dilanjutne “bukan pada apa yang tidak dikerjakannya atau yang tidak pernah dicontohkannya.” la iku kepie….nek nabi g mengerjakan kn yo pastinya iku hal yg dilarang atau tidak disukai nabi koyo mangan biawak nabi ngentoke tapi nabi ra gelem mangane sing keloro tidak pernah dicontohkan nabi, la yo jelas nek g di contohkan yo berarti iku udu perintah agama melainkan larangan makanya di jauhi koyo toh…nabi ra gelem sujud / solat ing masjid sing ono kuburanne, la iyo toh…sembahyang koq cepak kuburan koyo wong cino ae manggut2 gowoni dupa neng kuburan,iku kn syirik, cth neh nabi ra boco qur’an neng kuburan la iki boco qur’an koq neng kuburan goobloge puooolll yo mending bc qur’an iku ing masjid sing bersih ra no kuburan opo neng umah, la neng kuburan weslah di cakoti nyamuk, pacet dlll walah..jen…
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
Maknanya: “Barangsiapa yang memulai (merintis) dalam Islam sebuah perkara yang baik maka ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut dan pahala orang yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun”. (H.R. Muslim dalam Shahih-nya)
Ada ulama yang berpendapat bahwa hadits Nabi diatas adalah tentang sedekah.
nek iki yo betul la wong sedekah itu ajaran nabi sejak jaman adam sampe muhammad la nek nabi ora ngajarne opo iku entuk pahala opo ora????
jawabe

1. Hadits ‘Aisyah Rodliallohu Anha:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد (متفق عليه )
“Barang siapa yang membuat hal yang baru ( Bid’ah)dalam urusan (agama) kami ini yang bukan darinya(alqur’an dan hadis ) maka ia tertolak. (HR :Muslim)
dadi nek ora ono perintahe neng landasan idiil islam yo tertolak ra entuk pahalane bapake…ibune….,
kie maning tak tambahi..

Dalil-dalil dari Sunnah
1. Hadits ‘Aisyah Rodliallohu Anha:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد (متفق عليه )
“Barang siapa yang membuat hal yang baru dalam urusan (agama) kami ini yang bukan darinya maka ia tertolak. (HR :Muslim)
 :t2. Hadits Abi Hurairoh 
من دعا إلي هدي كان له من الأجر مثل أجور من تبعه لاينقص ذلك من أجورهم شيئا .ومن دعا إلي ضلالة كان عليه من الإثم مثل آثام من تبعه لاينقص ذلك من آثامهم شيئا (رواه مسلم)
“Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk maka baginya dari pahala, seperti pahala (sebanyak pahala) orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi sedikitpun dari pahala mereka, dan barang siapa yang menyeru kejalan kesesatan maka menanggung dosa sebanyak dosa-dosa pengikutnya , dengan tidak mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun .(HR. Muslim)
 :t3. Hadits Jabir 
فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد,وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة .{رواه مسلم}
…”…Sebaik-baiknya keterangan adalah kitab Allah ,dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad dan sejelek-jeleknya urusan adalah yang serba baru, dan setiap yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat. (HR. Muslim)

Perkatan para ‘Ulama Salaf dan kholaf.
 :t1. ‘Abdullah ibnu Mas’ud 
“Sedikit dan sesuai dengan sunnah lebih baik daripada banyak tetapi bid’ah (Al-Hakim .1:103)
 :t2. Ibnu ‘Abbas 
“Diriwayatkan dari ‘Ustman Al-Ajdi dia berkata : Aku masuk kepada Ibnu Abbas kemudian aku berkata nasehatilah aku, maka dia berkata: taqwa kamu kepada Allah dan hendaklah kamu beristiqamah, ikutilah dan janganlah kamu berbuat bid’ah .(Ad-Darimi .1:50)
3. Abu Hanifah Rohimahulloh:
“Berpegang teguhlah kamu terhadap Atsar (hadits) dan dan tempuhlah perjalan salaf (orang-orang terdahulu), dan jauhilah setiap yang baru karena sesungguhnya itu adalah bid’ah.(As-Sunan wal-Mubtadia’at : 6)
4. Al-Imam As-Syafi’i Rohimahulloh:
“Barang siapa yang menganggap baik perkara bid’ah maka dia berarti telah membikin syari’at.( As-Sunan wal-Mubtadia’at :6)
5. Al-Imam Malik Rohimahulloh:
 menghianati Risalah-Nya…( As-Sunan wal-Mubtadia’at :6)r“Ibnu Majisun berkata: Saya telah mendengar Imam Malik berkata: Barang siapa yang membuat yang baru dalam agama (bid’ah) dan dia memandangnya baik, maka dia berarti telah menyangka bahwa Rasul 
6. Al-Imam Ahmad Rahimahulloh:
, dan mengikuti perjalanan mereka dan meninggalkan bid’ah sebab setiap bid’ah adalah sesat. ( As-Sunan wal-Mubtadia’at :6)r“Ushul sunnah (menurut kita ) adalah berpegang teguh terhadap apa yang ditempuh oleh para sahabat Rasul
coba bapake ibune perhatikna.. HR MUSLIM kie..

 :t3. Hadits Jabir 
فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد,وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة .{رواه مسلم}
…”…Sebaik-baiknya keterangan adalah kitab Allah ,dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad dan sejelek-jeleknya urusan adalah yang serba baru, dan setiap yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat. (HR. Muslim)
coba bapake ibune baca dicermati kata2 ” SETIAP YANG BARU ADALAH BID’AH SETIAP BID’AH ADALAH SESAT” kue….ana kata2 setiap, nek rung mudeng tak contohna karo bhs indonesia:

1. setiap warga di desa mawar pake konde
2. mayoritas warga mawar makan ubi
3.minoritas warga pete makan sambel
4. sebagian warga conde suka jengkol
coba perhatikan kata2 SETIAP, MAYORITAS, MINORITAS, SEBAGIAN ana bedane opo ra…
nek setiap iku berarti semua nek mayoritas berarti kebanyakn nek minoritas gol cilik/ sedikit, nek sebagian berarti separo
nek nabi besabda setiap bid’ah adalah sesat berarti maknane kn semua bid’ah itu sesat, la nek ana wong ngomong tidak mesti semua bida’h itu sesat la pertanyaan ne, wong iku entuk islam tekan sapa????la wong sing gawa islam wae ngomong semua/ setiap bidah itu sesat la koq iki malah nglawan di balik malah…la kpriben deneng rikalah….gawe bolg ko malah nyesatna wong akeh…..

ana hadis tentang wong2 kaya ngene pada masa nabi dadi pada zaman nabi wong2 kaya ngene wis dikabarkan karo nabi kie..dasare… dari sahabat
hudzaifah bin yaman :

 :tHudzaifah Ibnu Yaman 
كان الناس يسألون رسول الله صلي الله عليه وسلم عن الخير وكنت أسأله عن الشر مخا فة أن يدركني فقلت :ياؤسول الله {متفق عليه}
 tentang kebaikan dan saya bertanya kepada-Nya tentang kejelekan kerena takut jangan-jangan menimpahku, maka aku bertanya : Wahai Rasulullah kami dahulu berada di zaman jahiliyah dan keburukan, lalu Allah memberikan kami kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini ada keburukan ? Beliau menjawab : ya, aku bertanya : dan apakah setelah keburukan itu ada kebaikan ? beliau menjawab : ya, dan ada padanya kabut ( dakhan ), aku bertanya lagi : apa kabut (dakhan )nya tersebut, beliau menjawab : satu kaum yang mengikuti contoh teladan selain sunnahku, dan mengambil petunjuk selain petunjukku. (HR Bukhori dan Muslim).r“Orang-orang bertanya kepada Rasullallah

neng kono d senut aken SATU KAUM YG MENGIKUTI CTH TELADAN SELAIN SUNNAHKU, DAN MENGAMBIL PETUNJUK SELAIN PETUNJUKKU, pertanyaane :
1. sunnah dan petunjuk dan nabi iku apa sich pakde..???? jawabe AL QURAN DAN HADIS
la nek contohe ora nana neng qur’an karo hadis la wong kaya ngono melu karo sapa????teladane iku sapa……????kan ngono,… ana nabi ngrayakna ultah nabi yang ke-..sekian nya ( maulud neg bahasa arabe ultah ) kn ra ono nek ra ono la sapa sing nyontoni,

monggo BAPAKE IBUNE ADEK2 KANG MAS SING ESIH WARAS GELEM MIKIR monggo kangge akale ojo melu2 wong akeh nek ibadah kan wes merdeka bebas belajar monggo di kaji secara ilmiah intine ana ora neng al quran karo neng hadis kaya ngono baen…..cara mahamine nganggo pemahaman salafus salih ( artine iku para pendahulu islam kaya nabi muhammad, sahabat, tabiin, tabiut tabiin, )
terus nek nganggo mazhab aja fanatik taklid soale para imam mazhab bae ra ky ngono nek ora percaya bc kitabe ndikit baru ngomong mazhab iki iku, la wong baca kitabe bae urung ko….wes ngaku melu mazhab la kepriben…..



pada 9 Oktober 2011 pada 5:47 am | Balasmutiarazuhud
Mas “mantan tasawuf”, indikator pengikut Rasulullah adalah tidak akan menuliskan kata-kata yang seperti mas tuliskan seperti “GUOOOBLOK TENANNNN”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran”. (HR Muslim).
Kaidah “LAU KAANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIHI” (Seandainya hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukannya) adalah kaidah tanpa dalil dari Al Qur’an dan Hadits.. Kesalahpahaman kaidah ini telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/05/08/lau-kaana-khoiron/
Perkataan “Lau kaana khoiron lasabaquna ilahi” diperkatakan salah satunya oleh ulama Ibnu Katsir ketika beliau menyampaikan tafsir firman Allah Azza wa Jalla “waqaalal ladziina kafaruu lilladziina aamanuu lau kaana khairan maa sabaquunaa ilaihi” , “Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: “Kalau sekiranya di (Al Qur’an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya” (QS Al Ahqaaf [46]:11 ). Perkataan ulama Ibnu Katsir tersebut tidak ada kaitannya dengan apa yang ditafsirkan olehnya atau tidak ada kaitannya dengan perkataan orang-orang kafir dalam (QS Al Ahqaaf [46]:11). Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/05/04/apa-kaitannya/
Perkataan ulama Ibnu Katsir, “Lau kaana khoiron”, “seandainya hal itu baik” adalah khusus ketika beliau menyampaikan pendapat bahwa para Sahabat tidak pernah melakukan “pengiriman pahala bacaan al-Qur’an“. Sama sekali beliau tidak bermaksud membuat kaidah apalagi ayat yang dijelaskan tersebut tidak berhubungan sama sekali dengan kaidah “LAU KANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIH” Hal ini telah kami jelaskan dalam tulisan sebelumnya pada
dan



namanya aja mantan tasawuf@ ……..la sekarang jadi apa ???
=====
5 Mei 2011 oleh mutiarazuhud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar