Buat apa berpendidikan tinggi jika semakin jauh dariNya
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya, maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh“.
Pada sebagian ulama/ustadz/guru zaman sekarang tidak mendalami dan menyampaikan tentang Ihsan (tentang akhlak / tasawuf). Yang disampaikan hanyalah perkara syariat yakni tentang Islam (rukun Islam / Fiqih) dan tentang Iman (rukun Iman / ushuluddin atau i’tiqod)
Kalau mereka mendalami dan menyampaikan tentang Ihsan , tentu mereka mengetahui apa yang seharusnya disampaikan pertama kali dalam belajar agama yakni “Awaluddin makrifatullah”, awal beragama adalah mengenal Allah Azza wa Jalla (ma’rifatullah)
Sedangkan anak kunci mengenal Allah Azza wa Jalla adalah mengenal diri sendiri
MAN ‘ARAFA NAFSAHU FAQAD ‘ARAFA RABBAHU
(Siapa yang kenal dirinya akan Mengenal Allah)
Firman Allah Taala yang artinya
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?“ (QS. Fush Shilat [41]:53 )
Dalam mengenal Allah yang paling sederhana dan paling awal adalah mengetahui tentang Aqidatul Khomsin, Lima puluh Aqidah yang terkenal dengan istilah “sifat wajib bagi Allah”
Aqidatul Khomsin yang ditinggalkan oleh segelintir ulama mereka karena mereka menganggap sebagai kebid’ahan atau tidak dikatakan oleh Allah ta’ala maupun RasulNya
Aqidatul Khomsin adalah istiqra (hasil telaah) dari dalil naqli (Al Qur’an dan Hadits) yang menjadi dalil aqli (dalil akal) untuk sebagai pedoman kita memahami ayat-ayat tetang sifat Allah. Tentang Aqidatul Khomsin, ada sedikit diuraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/07/lima-puluh-aqidah/ danhttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/10/nothing-likes-him/
Hal yang paling utama bagi tholabul ilmi (penuntut ilmu) adalah mengenal Allah (ma’rifatullah) dan mendapatkan Ridha-Nya. Semakin banyak mengenal Allah (ma’rifatullah) melalui ayat-ayat-Nya qauliyah dan kauniyah, maka semakin dekat hubungan dengan-Nya.
Ilmu harus dikawal hidayah. Tanpa hidayah, seseorang yang berilmu menjadi sombong dan semakin jauh dari Allah ta’ala. Sebaliknya seorang ilmuwan yang mendapat hidayah maka hubungannya dengan Allah ta’ala semakin dekat.
Sedangkan akhir dari beragama atau indikator ilmuwan mendapatkan hidayah atau indikator telah beragama dengan baik dan benar adalah berakhlak baik atau mencapai muslim yang ihsan
Rasulullah menyampaikan yang maknanya “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).
Penuntut ilmu yang bergelar Lc, DR bahkan Prof namun dalam tulisan atau diskusi/dialog tertulis masih diikuti perkataan hujatan/celaan/olok-olok an seperti blo’on, bodoh, dungu, penipu, kadzhab dll maka mereka semakin jauh dari Allah ta’ala.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Apa yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampumu dan apa yang aku larang maka jauhilah“. (HR Bukhari).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran”. (HR Muslim).
Orang tua kita dahulu menasehati bagi para penuntut ilmu agar seperti padi semakin berisi semakin merunduk. Semakin berilmu semakin berakhlak baik.
Manusia yang disisi Allah ta’ala hanyalah 4 golongan yakni, para Nabi (Rasulullah yang utama), para Shiddiqin, para Syuhada dan orang-orang sholeh
Muslim yang Ihsan , muslim yang baik adalah orang-orang sholeh sebagaimana Salafush Sholeh
Uraian tentang maqom (derajat / tingkatan) kedekatan dengan Allah Azza wa Jalla telah diuraikan dalam tulisan pada
Buya Hamka menyampaikan bahwa antara makhluk dan Khaliq itu ada perjalanan yang harus kita tempuh . Inilah yang kita katakan Tarekat”
Sebagaimana sabda Rasullulah Shallallahu alaihi wasallam: “Asysyari’atu aqwaalii athoriiqotu af’aalii alhaqiiqotu ahwaalii alma’rifatu ro’sul maalii” (HR. Anas bin Malik). Artinya: “Syari’at itu ucapanku,thoriqot itu perbuatanku, hakikat itu keadaanku dan ma’rifat itu puncak kekayaan (batin)”(HR. Anas bin Malik).
Perjalanan seorang hamba bisa mendekat atau malah menjauh dariNya. Mereka yang mejauh dariNya atau mereka yang berpaling dariNya atau mereka yang melakukan perbuatan keji dan mungkar adalah mereka yang memperturutkan hawa nafsu.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,
“…Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26 )
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia tidak bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” (diriwayatkan oleh ath Thabarani dalam al-Kabir nomor 11025, 11/46)
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS al Ankabut [29]:45).
Dan barangsiapa tidak khusyuk dalam sholatnya dan pengawasan Allah tidak tertanam dalam jiwanya atau qalbunya, maka ia telah bermaksiat dan berhak mendapatkan siksa Allah ta’ala.
Barangsiapa yang merasa diawasi Allah -Maha Agung sifatNya atau mereka yang dapat melihat Rabb dengan sholatnya atau muslim yang Ihsan (muslim yang baik , muslim yang sholeh) – , maka ia mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya, sehingga ia tidak berzina, tidak korupsi, tidak zalim dalam kepemimpinan, tidak melakukan riba, tidak dengki, tidak iri, tidak mencela/menghujat/mengolok-olok saudara muslimnya sendiri, tidak menunda hak-hak manusia, tidak menyia-nyiakan hak keluarganya, familinya, tetangganya, kerabat dekatnya, dan orang-orang senegerinya
Segelintir kaum muslim, ibadah sholat mereka sekedar upacara keagamaan (ritual) atau gerakan-gerakan yang bersifat mekanis (amal) yang sesuai syarat dan rukun-rukunnya (ilmu), sebagaimana robot sesuai programnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian, tetapi Allah melihat kepada hati kalian.” (HR Muslim)
Tidaklah mereka mencapai sholat yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa “Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin“, “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“. yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah.
Ijazah terbaik adalah menjadi muslim yang Ihsan. Muslim yang Ihsan adalah muslim yang merasa diawasi/dilihat Allah Azza wa Jalla dan yang paling terbaik adalah muslim yang dapat melihat Allah Azza wa Jalla
قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَخْشَى اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّكَ إِنْ لَا تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu takut (takhsya / khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.’ (HR Muslim 11) Link:
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani,
“Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Manusia terhalang / terhijab melihat Rabb adalah karena dosa mereka. Setiap dosa merupakan bintik hitam hati, sedangkan setiap kebaikan adalah bintik cahaya pada hati Ketika bintik hitam memenuhi hati sehingga terhalang (terhijab) dari melihat Allah. Inilah yang dinamakan buta mata hati.
Sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya,
“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS Al Isra 17 : 72)
“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (al Hajj 22 : 46)
Mereka yang beri’tiqod atau berakidah tercemar ghazwul fikri (perang pemahaman) dari pusat-piusat kajian Islam yang didirikan oleh kaum non muslim, kaum orientalis, yang dibelakang mereka semuanya adalah kaum Zionis Yahudi bahwa Allah Azza wa Jalla bertempat pada suatu arah dan tempat, kemudian Allah ta’ala turun dari tempatnya ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir dan kembali ke tempatnya ketika waktu subuh, pada hakikatnya mereka menjelaskan bahwa mereka tidak dapat melihat Rabb dengan hati mereka.
Allah ta’ala sendiri yang menyampaikan tentang diriNya bahwa “Aku adalah dekat”
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang “Aku” maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat“.( Al Baqarah [2]:186 ).
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaaf [50] :16 )
“Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat” (QS Al-Waqi’ah [56]: 85 ).
Anjuran kami untuk dapat melihat Rabb dengan hati atau tidak buta mata hati (ain bashiroh) maka bacalah kitab-kitab karya ulama tasawuf seperti karya Syaikh Abdul Qadir Jailani yang diterjemahkan Trilogi “Jalan Sejati Menuju Sang Khalik”
Buku ke 1 “Rahasia mencintai Allah”
Buku ke 2 “Rahasia berjumpa Allah”
Buku ke 3 “Rahasia menjadi kekasih Allah”
Buku-bukut itu diterbitkan oleh penerbit Sabil, Jogyakarta.http://www.divapress-online.com
Boleh juga dengan membaca karya Syaikh Ibnu Athoillah yang diterjemahkan 1 set buku “Terapi Makrifat” penerbit Zaman, http://www.penerbitzaman.com
1. Misteri Berserah kepada Allah
2. Rahasia Kecerdasan Tauhid
3. Tutur Penerang Hati
4. Zikir Pententram Hati
5. Kasidah Cinta dan Amalan Wali Allah
Sedangkan dalam bentuk majalah yang kami rekomendasikan adalah Cahaya Sufi.
Anjuran kami yang lebih lengkap untuk bertasawuf atau langkah-langkah untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla diuraikan dalam tulisan pada
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
3 Tanggapan
salafy totok
subhanalloh. Matur suwun. Pak kyai.
Memang sangat memprihatinkan….
http://ummatipress.com/2011/10/10/firanda-pendusta-murokkab-berhujjah-dengan-hujjah-dusta-dan-palsu/
azaharie
As-salam,
tuan, saya hamba Allah SWT yang banyak berdosa, tolonglah doakan saya mendapat hidayah dari Allah.
=====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar