Persekutuan Ulama dengan Penguasa dinasti kerajaan Arab Saudi, kita semua telah mengetahui. Semua itu adalah kehendak Allah ta’ala
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita menyikapi kehendak Allah tersebut dengan sikap yang dicintaiNya.
Sepanjang riwayat Penguasa dinasti Saudi, Raja Faisal bin Abdul Azis sajalah yang sesuai dengan apa yang kaum muslimin inginkan, namun atas kehendak Allah, beliau terbunuh.
Kenapa Raja Faisal bin Abdul Azis terbunuh ?
Hampir seluruh informasi yang kita dapat menceritakan bahwa beliau terbunuh karena kepemimpinan beliau tidak sesuai dengan keinginan orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman.
Allah ta’ala telah memperingatkan kita semua dengan firmanNya yang artinya “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 )
Contoh dari
***** awal kutipan *****
Faisal bin ‘Abd al ‘Aziz Al Sa’ud (1906-25 Maret 1975) (bahasa Arab: فيصل بن عبدالعزيز آل سعود) adalah Raja Arab Saudi yang menjabat mulai tahun 1964 hingga tahun 1975.
Raja Faisal lahir di Riyadh dan merupakan anak keempat Raja Abdul Aziz Al Saud. Raja Faisal memerintah sekumpulan laskar dan berhasil memenangkan pertempuran di Hijaz. Oleh karena itu, ia dilantik menjadi Gubernur Hijaz pada tahun berikutnya. Setelah Arab Saudi didirikan, dia diberi jabatan Menteri Luar Negeri Arab Saudi pada tahun 1932.
Setelah resolusi PBB mengenai pemecahan Palestina dan pendirian Israel, Pangeran Faisal (masih belum menjadi raja) mendesak ayahandanya supaya memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, tetapi desakannya itu ditolak. Selepas skandal keuangan Raja Saud, Pangeran Faisal dilantik menjadi pemerintah sementara. Pada tanggal 2 November 1964, ia dilantik menjadi raja setelah Raja Saud di usir keluar dari Arab Saudi ke Yunani.
Raja Faisal melakukan banyak reformasi sewaktu menjadi raja, diantaranya adalah memperbolehkan anak-anak perempuan bersekolah, televisi, dan sebagainya. Usahanya ini mendapat tentangan dari berbagai pihak karena perkara-perkara ini dianggap bertentangan dengan Islam. Ia berasa amat kecewa saat Israel memenangkan Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Pada tahun 1973, Raja Faisal memulai suatu program yang bertujuan untuk memajukan kekuatan tentara Arab Saudi. Pada tanggal 17 Oktober 1973, ia menghentikan ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika Serikat yang menyebabkan harga minyak di Amerika Serikat melambung tinggi. Hal ini dilakukan untuk mendesak Amerika Serikat agar menekan Israel keluar dari wilayah Palestina.
***** akhir kutipan *****
Kemudian secara dzahir (yang tampak) pada tanggal 25 Maret 1975, Raja Faisal ditembak mati oleh anak adiknya, yaitu Faisal bin Musad.
Namun kami yang mendalami Tasawuf memandang terbunuhnya Raja Faisal adalah semata-mata karena kepemimpinannya yang paling sesuai dengan syariat Islam diantara raja-raja Saudi. karena beliau tidak bersekutu dengan Amerika.
Raja Faisal-lah, sosok kepemimpinan yang diharapkan oleh umat Islam untuk mengatasi kebiadaban Amerika.
Namun sistem kerajaan yang berlaku di Saudi dan diterima oleh para ulama Salafi Wahabi dan membiarkan persekutuan penguasa dinasti Saudi dengan Amerika yang menjadikan seolah-olah para ulama Salafi Wahabi membiarkan kezhaliman terjadi di muka bumi.
Dari persekutuan dengan Amerika, Inggris dll yang merupakan orang-orang yang keras permusuhan dengan kita itulah diduga mempengaruhi ulama-ulama Salafi Wahabi. Ulama-ulama disana diduga mulai mau menerima konsep atau pemikiran dari teman sekutunya.
Untuk itulah kita harus selalu mengingat peringatan yang disampaikan oleh Allah ta’ala dalam firmanNya yang artinya “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 )
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (Ali Imran, 119)
Hal yang terjadi saat ini di Kerajaan Saudi adalah hasil persekutuan antara ulama dan penguasa / dinasti Kerajaan
Ulama disana seolah-olah mengatakan janganlah kalian berdemonstrasi ataupun berkelompok, selama penguasa masih sholat dan tidak memerintah rakyatnya perbuatan maksiat, sabarlah semua itu kehendak Allah ta’ala. Salah satu hadits pegangan mereka adalah
Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Baqiyyah bin Al-Walid memberitahukan kepada kami, dari Bahir bin Said dari Kholid bin Ma’dan, dari Abdur Rahman bin Amr As Sulami, dari Al-Irbadh bin Sariyah berkata: “Rasulullah saw menasehati kami pada suatu hari setelah shalat Shubuh suatu nasehat yang penting yang mana mata menangis dan hati bergetar karenanya. Seseorang berkata: “Sesungguhnya ini adalah nasehat orang yang akan meninggalkan, maka dalam hal apa saja engkau mengamanatkan kepada kami wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Aku pesan kepadamu sekalian agar bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta’at, biarpun seorang hamba sahaya dari Habsyah (yang memimpinmu) karena sesungguhnya orang yang hidup (panjang) di antara kamu tentu akan melihat terjadinya banyak perselisihan. Dan jauhilah perkara-perkara yang baru karena sesungguhnya perkara-perkara yang baru (bid’ah) itu sesat. Barang siapa di antara kamu menjumpai hal itu, maka ia harus berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus yang diberi petunjuk, peganglah sunnah itu dengan kuat-kuat.” (HR At Tirmidzi)
Bagi mereka, mereka harus taat walaupun seorang hamba sahaya yang memimpin
“Beliau bersabda: “Aku pesan kepadamu sekalian agar bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta’at, biarpun seorang hamba sahaya dari Habsyah (yang memimpinmu)”
Bagi kami memahami hadits yang mencontohkan seorang hamba sahaya bukanlah kepada kemampuan atau kompetensi mereka dalam memimpin atau tidak mempermasalahkan siapapun yang menjadi pemimpin namun hadits itu mencontohkan walaupun hamba sahaya yang terpenting adalah ketaqwaan kepada Allah ta’ala.
Sungguh sebaik-baik pemimpin adalah yang paling taqwa kepada Allah ta’ala, begitu pula sebaik-baiknya imam sholat, sebaik-baiknya pemimpin keluarga (bagaimana memilih calon suami).
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.[QS. Al-Hujurat (49) : 13]
Hadits tersebut kami pahami agar kita mentaati pemimpin yang bertaqwa kepada Allah ta’ala walaupun dia hanya seorang hamba sahaya.
Mustahil kita mentaati pemimpin yang tidak cakap(berkompeten) atau pemimpin yang dzhalim.
Kita boleh mengingkari dan membenci pemimpin seperti itu namun kita dilarang memberontak atau makar apalagi sampai tertumpah darah sesama muslim (selama masih sholat).
“Seburuk-buruknya Pemimpin adalah mereka yang kalian benci dan mereka membenci kalian, yang kalian laknat dan mereka melaknat kalian.” (HR. Muslim).
Dari Ummu Salamah radliyallahu ‘anha berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Akan terjadi sesudahku para penguasa yang kalian mengenalinya dan kalian mengingkarinya. Barangsiapa yang mengingkarinya maka sungguh ia telah berlepas diri. Akan tetapi siapa saja yang ridha dan terus mengikutinya (dialah yang berdosa, pent.).” Maka para shahabat berkata : “Apakah tidak kita perangi saja mereka dengan pedang?” Beliau menjawab : “Jangan, selama mereka menegakkan shalat bersama kalian.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya).
Jelaslah bagi siapa yang ridha dan terus mengikuti pempimpin yang buruk maka mereka pun turut berdosa.
Kita wajib berupaya memilih pemimpin apalagi pemimpin sebuah negeri.
Rasulullah bersabda : “Tidak boleh bagi tiga orang berada dimanapun di bumi ini, tanpa mengambil salah seorang diantara mereka sebagai amir (pemimpin) ”
Sungguh, dianggap (penisbatan) berkhianat kepada Allah , Rasul-Nya dan kaum mukminin, merupakan ancaman keras bagi siapapun yang tidak bertanggung jawab dalam memilih pemimpin, sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Barangsiapa memilih seseorang menjadi pemimpin untuk suatu kelompok, yang di kelompok itu ada orang yang lebih diridhai Allah dari pada orang tersebut, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.” (HR. Hakim)
Diskusi selengkapnya silahkan baca pada
Berikut foto-foto yang menceritakan “pertemanan” penguasa dinasti Saudi dengan orang-orang yang sudah diperingatkan oleh Allah ta’ala sebagai orang-orang yang paling keras permusuhannya. Hakikatnya “pertemanan” ini adalah menentang peringatan Allah ta’ala
Sekali lagi kita harus selalu mengingat peringatan Allah ta’ala yang disampaikan dalam firmanNya yang artinya “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 )
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.”
(Qs. Al Mujadilah : 22)
“Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah…” (Qs. Ali-Imran : 28)
Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah melindungimu dari kepemimpinan orang-orang dungu.” Ka’ab bertanya, “Apakah kepemimpinan orang-orang dungu itu ?”. Beliau berkata, “Yaitu para penguasa yang ada setelahku, mereka tidak mengikuti tuntutanku, dan mereka tidak meneladani sunnahku. Siapa yang membenarkan mereka dengan kebohongannya dan membantu mereka di atas kezalimannya, maka mereka itu bukan bagian dariku dan aku bukan dari mereka, serta mereka tidak akan menemuiku di atas telagaku. Dan siapa yang tidak membenarkan mereka dengan kebohongannya dan tidak membantu mereka di atas kezalimannya, maka mereka itu bagian dariku dan aku bagian darinya serta akan menemuiku di atas telagaku.” (HR. Ahmad, haditsnya Shahih)
“Tidak ada yang merusak agama ini, kecuali raja (penguasa/umara) dan para ulama su’u serta para rahibnya.” (Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi)
Wassalam
2 Tanggapan
subhnllah……Seorang raja yg bnr” arif, bijaksana n pmberani.
smoga kelak muncul pemimpin yg sprti beliau.
aminnnnnnnn
pada 8 September 2011 pada 2:06 pm | Balasabu
setahu saya tidak semua ulama salfi wahabi seperti diatas , sebelum bin baz, hampir semua masih berpegang kepada alquran dan hadist
=====
26 Januari 2011 oleh mutiarazuhud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar