Makna terorisme

Terorisme adalah penyerangan bukan di wilayah peperangan
Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 ).
Khalayak umum berpendapat bahwa Amerika yang dibelakangnya Zionis Yahudi telah “mendompleng” peristiwa 11 September dan Bom Bali
Kami tidak sepakat dengan apa yang telah dilakukan oleh Osama bin Laden dan pelaku bom bali dan bom sejenisnya.
Mereka melakukan penyerangan bukan di wilayah yang sedang terjadi perang.
Mereka melakukan penyerangan di wilayah yang aman dan kemungkinannya besar sekali terjadi korban yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan peperangan.
Hal ini terjadi pula di negeri kita dengan peristiwa bom bali, bom jw marriot dll, mereka melakukan jihad perang bukan di wilayah peperangan. Padahal Allah ta’ala telah memberikan petunjuk bagaimana kita sebagai muslim berakhlak atau beretika menghadapi orang-orang kafir.
Artinya : “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampui batas“. (Al-Baqarah [2]:190 )
Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangi kamu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil“. (Al-Mumtahanah [60]: 8 )
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al Maa-idah [5]:8 )
Mereka melakukan penyerangan boleh jadi karena mereka memahami Al Qur’an dan Hadits dengan metodologi “terjemahkan saja” sehingga mereka salah pikir (fikr) atau salah paham ketika memahami firman Allah yang artinya, ”Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian“ ( QS At Taubah [9]:5 ) Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/05/21/atasi-bahaya-radikalisme/ dan http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/27/bom-bunuh-diri/
Akibat penyerangan 11 September menjadikan alasan bagi kaum yang paling keras permusuhannya terhadap kaum muslim, untuk melakukan penyerangan dan penjajahan terselubung terhadap Irak, Afghanistan dll dengan alasan menumpas terorisme.
Akibat penyerangan 11 September menjadikan alasan bagi densus 88 (rakyat Indonesia) untuk melakukan pembunuhan terhadap beberapa orang muslim (rakyat Indonesia) tanpa memandang hak-hak mereka dengan alasan menumpas terorisme.
Dapat kita simpulkan terorisme adalah aktivitas perang atau aktivitas terror (menakut-nakuti) bukan di wilayah peperangan.
Kita paham salah satu alasan yang dikemukakan oleh Osama bin Laden melakukan penyerangan 11 September, salah satunya adalah untuk kebebasan / kemerdekaan Palestina.
Di Palestina , kita dapati kejadian-kejadian menyedihkan, dalam hitungan menit saja tubuh-tubuh mereka meledak, berpencarlah kaki-kaki mereka, tubuh-tubuh mereka melayang (mengambang) di air, darah berceceran dimana-mana, sampai-sampai jenazah-jenazah mereka tidak bisa dikuburkan (karena telah hancur). Mereka telah berjihad dengan harta, darah, jiwa dan putera-puteri mereka memerangi orang-orang yahudi dan orang-orang musyrik yang telah menggangu kedaulatan dan bahkan menjajah negeri mereka.
Presiden Persatuan Ulama Muslim Internasional, Syaikh Yusuf al-Qardhawi menyatakan bahwa umat Islam harus menghidupkan kembali kewajiban jihad untuk membebaskan wilayah Palestina di bawah pendudukan Israel, menekankan bahwa dirinya tidak bisa membayangkan harus hidup dengan melihat sebagian dari tanah umat Muslim jatuh ke tangan orang-orang kafir. Selengkapnya http://www.eramuslim.com/berita/dunia/syaikh-qardhawi-kewajiban-jihad-harus-dihidupkan-kembali.htm
Sedangkan kita ketahui salah satu syarat kewajiban jihad adalah persatuan/kesatuan kaum muslim dengan dipimpin oleh seorang imam (ulama/pemimpim).

Di sisi lain ulama Wahabi (Salafy yang lain) sibuk “menerangkan” kesesatan ulama yang menyerukan jihad dan mereka menyebutnya memberikan nasehat. Mengapa para ulama tidak bertemu langsung ketika memberikan nasehat ?
*****awal kutipan*****
“Sebagaimana kami kemukakan di atas, maka pada kesempatan ini kami hanya akan membahas tentang penyelewengan-penyelewengan Yusuf Qordlowi dengan berbagai bukti yang kami miliki. Adapun kesesatan-kesesatan Yusuf bin Abdillah Qordlowi Al-Mishriy diantaranya adalah sbb:”
*****akhir kutipan*****

Kita tahu baik ulama aliran Syaikh Yusuf al Qardhawi dan ulama-ulama Wahabi sama-sama menginduk kepada pemahaman/pemikiran Syaikh Ibnu Taimiyah (pencetus kaum Salafy).
Syaikh Ibnu Taimiyah dikenal sebagai ulama pembaharu (mujaddid), ulama penggerak modernisasi agama, ulama pembuka (pendobrak) pintu ijtihad dengan metode pemahaman apa yang tertulis (secara harfiah atau tersurat). (Catatan. penulis, secara pribadi tidak sependapat dengan modernisasi agama, silahkan baca http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/02/10/modernisasi-agama/ )
Kalau ulama-ulama Wahabi menginduk kepada Syaikh Ibnu Taimiyah melalui syaikh Muhammad bin Abdul Wahab sedangkan ulama-ulama aliran Syaikh Yusof Qordhowi menginduk kepada Syaikh Ibnu Taimiyah melalui ulama Jamaludin Al-Afghany bersama muridnya ulama Muhammad Abduh kemudian dilanjutkan oleh ulama Rasjid Ridha, Sayyid Qutb dll

*****awal kutipan*****
Hampir kesemua buku-buku Dr al-Qaradawi dipenuhi nukilan dari Syeikhul Islam Taimiyyah (meninggal 728H) dan muridnya al-Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah (meninggal 751H). Ini kerana dua tokoh agung ini terkenal dengan usaha tajdid membangunkan semula umat dan membebaskan mereka dari daerah fanatik, jumud dan ‘malas berfikir’.
*****akhir kutipan*****

Keadaan tidak bersatunya para ulama itu serupa pula dengan perbedaan pemahaman antara ustadz JUT dan ustadz ABB. Silahkan baca tulisan selengkapnya pada
Video terkait :
Bagaimana kita dapat menghadapi orang-orang yang mempunyai rasa permusuhan dengan kaum muslim jika para ulama tidak bersatu.

Para ulama sebaiknya bersatu dan saling mengingatkan, mengoreksi, dan dengar pendapat (murooja’ah), berusaha saling memahami (mufaahamah), dan mengadakan dialog (muhaawaroh) dengan memegang satu prinsip, “sesungguhnya setiap jalan pemikiran ilmiah atau pemahaman dalam agama, cabang–cabang, dan rinciannya yang masuk dalam medan ijtihad harus mau dikoreksi untuk perbaikan, pergantian, dan perubahan. Pemiliknya tidak boleh meyakini cabang dan rincian tersebut sebagai suatu masalah pasti yang wajib diterima dan dihormati (pasti benar) seperti dua dasar pokok, yaitu al Qur’an dan al Hadits.”
Kita sangat mengharapkan para ulama bersatu dalam majelis ulama antar bangsa, menghindari saling berlepas diri karena pada hakikatnya kita bersatu dalam aqidah, bersatu dalam kalimat syahadat , “tiada Tuhan yang hak disembah selain Allah ta’ala dan bahwa Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam adalah utusan Allah ta’ala”.
Kita terlalu lama dicekoki oleh paham nasionalisme (nation state) atau persatuan dalam Negara. Dengan paham tersebut kita antar muslim dapat saling memusuhi, saling menyerang bahkan mungkin saling membunuh hanya karena “batas” negara (hubud dunya).
Kita harus membangkitkan kembali semangat persaudaraan antar muslim. Kesadaran bahwa muslim itu adalah bersaudara dan ibarat satu tubuh.
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara….” ( Qs. Al-Hujjarat [49]:10 )
Amir berkata, aku mendengar al-Nu’man bin Basyir berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Kamu melihat kaum mukminin dalam hal sayang menyayangi, cinta mencintai, dan kasih mengasihi, bagaikan satu tubuh. jika ada salah satu anggota tubuh yang mengeluh (sakit), maka anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam.” (Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari: 5552, Muslim: 4685, dan Ahmad: 17648. teks hadis di atas riwayat al-Bukhari).
Jadi jika muslim lainnya di negeri mereka diperangi oleh orang-orang kafir maka hakikatnya mereka telah memerangi kita karena mereka seolah-olah bagian dari tubuh kita. Kita wajib menghilangkan kesadaran “batas” Negara dikalahkan dengan kesadaran bahwa kita adalah muslim bersaudara.
Kaum muslim wajib berjihad membantu saudara-saudara muslim kita yang sedang diperangi oleh orang-orang kafir.

Bagaimanakah strategi kita berjihad di daerah yang tidak terjadi peperangan ?

Cara paling mudah adalah memboikot produk-produk mereka atau tidak bertransaksi perniagaan dengan mereka. Strategi peperangan (jihad) ini serupa yang diriwayatkan berikut.
*****awal kutipan*****
Ketika menjelang peperangan Badar, pasukan Rasulullah datang dari arah Timur menuju lembah Badar sebagai lokasi medan pertempuran. Ketika perjalanan sampai pada sumber mata air yang pertama di dapati, Rasulullah memerintahkan kepada pasukan muslimin untuk berhenti dekat sumur Badar tersebut dan membuka perkemahan sebelum esok hari bertempur melawan kafir Quraisy.

Melihat posisi perkemahan yang kurang strategis, salah seorang sahabat, Al-Habab bin al-Munzir bertanya kepada Nabi, “wahai Rasulullah, apakah ini tempat yang Allah wahyukan padamu? Atau ini hanya merupakan strategi dalam perang yang tidak ada turun wahyu tentangnya?” Lalu Rasul menjawab, “Tidak ini merupakan strategi perang”. Maka al-Habab memberikan pendapatnya sembari mengatakan, “saya melihatnya agar kita tidak turun pada tempat itu, tetapi baiknya kita turun pada sumur air yang paling dekat dengan pasukan Quraisy. Kita bisa minum dan mengambil air di sana. Kemudian kita timbun sumur-sumur yang lainnya dengan pasir sampai orang-orang kafir itu tidak bisa menggunakannya.”
Usulan cerdas ini diterima Rasulullah dan pasukan muslimin. Mereka pun terus bergerak melanjutkan perjalanan sampai melampaui sumur Badar terakhir yang paling dekat dengan kemah pasukan kafir Quraisy. Ketika perang hendak berkecamuk, kaum kuffar mondar-mandir kewalahan mencari air. Usulan al-Habab yang selintas sederhana ini akhirnya menjadi salah satu sebab porak-porandanya mental dan kesiapan barisan musuh. Hingga kemenangan atas izin Allah berada di tangan pasukan muslimin.
*****akhir kutipan *****

Namun kalau strategi peperangan (jihad) ini dilakukan secara individu, masih kurang menakutkan mereka. Perlulah kesadaran para pemimpin negeri (penguasa) yang mayoritas penduduknya muslim untuk menghentikan segala perjanjian niaga dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik.
Perlu penghentian kerjasama atau menyudahi perjanjian pengelolaan sumber daya alam yang telah Allah karuniakan kepada rakyat yang mayoritas muslim. Perlu penghentian pengangkatan mereka sebagai penasehat militer, ekonomi, kesehatan atau bidang lainnya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (Ali Imran, 119)
Pembelaan klasik dari para penguasa (pemerintah) adalah bahwa kita memerlukan keahlian mereka dan belum ditemukan keahlian serupa dikalangan sesama muslim dan kita perlu bantuan mereka dalam hal ekonomi, perdagangan, militer, kesehatan dan lain-lain.
Pembelaan seperti ini, secara tidak disadari menunjukkan tingkat ketaqwaan para penguasa (pemerintah) kepada Allah ta’ala, tingkat ketaatan mereka kepada Allah ta’ala dan RasulNya. Mereka seolah-olah tidak mengimani bahwa Allah ta’ala yang menolong kita dan mencukupi segala kebutuhan kita.
“ Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu).” (QS An Nisaa’ [4]: 45 )
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaaq [65]: 2-3).
Pembelaan seperti itu merupakan pula wujud cinta dunia (hubud dunya) dan takut berjihad di jalan Allah.
“Di wajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. ( QS. Al Baqarah [2]: 216 )
“Tidakkah kamu perhatikan orang–orang yang dikatakan kepada mereka : “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba–tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: “Ya Rabb kami, mengapa engkau wajibkan berperang kepada kami? mengapa tidak engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang–orang yang bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” ( QS. An Nisa : 77 )
Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud No. 3745)
Marilah kita , kaum muslim meneguhkan Ukhuwah Islamiyah bagaimanapun pemahaman kita terhadap Al Qur’an dan Hadits. Agenda kita kaum muslim di seluruh dunia pada waktu ini adalah mensukseskan kemerdekaan Palestina pada bulan September 2011. Pada hakikatnya memang telah terlihat jelas bahwa Amerika dengan sekutu “menganggu” negara-negara dengan pengusa negara yang muslim untuk “melupakan” masalah Palestina.
Sudah selayaknya saudara-saudaraku Salafi Wahhabi tidak lagi menyibukkan diri untuk menyebarluaskan kesalahpahaman-kesalahpahaman tentang bid’ah, “tauhid jadi tiga” atau “10 pembatal keislaman” atau sibuk mentakfirkan/mensesatkan kaum muslim sebagaimana yang terurai dalamhttp://nasihatonline.wordpress.com/2010/09/24/fatwa-fatwa-ulama-ahlus-sunnah-tentang-kelompok-kelompok-islam-kontemporer/ Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/14/takfir-karena-kesalahpahaman/
Lebih baik saudara-saudaraku Salafi Wahhabi berupaya menghentikan kerjasama antara penguasa kerajaan dinasti Saudi dengan Amerika yang dibelakangnya Zionis Yahudi dengan sekutunya. Hentikanlah mereka membiayai secara tidak langsung Amerika untuk “mengadakan” peluru bagi pembunuhan kaum muslim di berbagai belahan dunia. Juga sebuah kesalahpahaman besar penguasa kerajaan dinasti Saudi menyusun kurikulum pendidikan dengan Amerika sebagaimana yang telah terurai dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/14/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/
“Ya Allah, Tuhan Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu dan ketaatan kepada-Mu“.

Amin ya Robbal Alamin.
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

Satu Tanggapan
shofwan
mas zon ana dari bogor, afwan ana liat tulisan2nya bagus dan masaya ALLAH berkualitas. kenapa tdk dcoba dibukukan.??syukron bales
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar