Seputar sufi dan yang saya alami

Banyak perbedaan pendapat seputar sufi.
Saya pribadi sedang dalam proses mempelajarinya.
Namun ada seorang teman saya yang mendalaminya dan saya lihat beliau sejauh ini menjalankan syariah dan berpegang teguh pada Al Qur’an dan Hadist. Pernah saya tanyakan kepada beliau bagaiman perbedaan sufi yang benar dan sesat. Beliau menyatakan bahwa sufi yang sesat adalah yang meninggalkan syariah. Sejauh seorang sufi menjalankan syariah dan berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadist serta tidak ditambah perbuatan bid’ah maka mereka insyaallah dijalan yang lurus.
Saya minta petunjuk teman, buku-buku karya siapa yang sebaiknya saya baca jika ingin mengetahui seputar sufi yang baik. Teman saya itu merekomendasikan karya Ibnu Athaillah Al-Sakandari, karena beliau berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadist.
Beberapa buku terjemahan karya Ibnu Athaillah saya dapatkan dari penerbit Serambi (www.serambi.co.id) dan salah satu buku yang berkesan cukup dalam adalah “Menyelam ke samudera ma’rifat dan hakekat”, Syekh Ahmad Ibnu Athaillah, Penerbit Amelia Surabaya terbitan 2006 yang saya beli di TB WaliSongo Kwitang.
Sungguh buku-buku tersebut membawa perubahan berarti bagi hidup saya.
Dahulu saya merasa “aku” dan bangga dengan kemampuan saya. Salah satunya dahulu saya senang sekali klo boss memuji saya dengan, “wah klo ndak ada zon, bisa ndak terselesaikan masalah ini”.
Dahulu juga saya merasakan dalam mencari rezeki, bersusah payah seperti kebanyakan orang-orang. Pagi sampai sore di kantor sebuah perusahaan swasta, pulang kerja masih juga “menjual” profesionalitas saya (bidang IT). Terkadang pulang larut malam bahkan sampai pukul 1 atau 2 dini hari. Sabtu – minggu pun kadang saya pergunakan sehingga menelantarkan anak dan istri.
Dahulu saya sering sholat dirasakan tidak khusyuk, ibadah lain pun terasa ‘kering’ sehingga jelas dahulu saya hanya menjalankan Iman dan Islam tanpa mengerti arti sesunguhnya Ihsan.
Pendapat saya dunia sufi lah yang menjelaskan tentang Ihsan sesungguhnya, dan menurut saya, kita sebagai muslim wajib untuk mengetahui lebih dalam tentang Ihsan. Inilah sebenarnya jawaban atas pertanyaan negatif sebagian orang seperti.
“Dia muslim, tapi koq korupsi”
“Dia sholat, tapi koq maksiat”
“Dia muslim, tapi koq ……. perbuatan/sifat lain-lainnya yang tidak mencerminkan perbuatan/sifat seorang muslim.
Alhamdulillah, setelah saya berkenalan dengan dunia sufi, terjadi perubahan dalam hidup saya. Saat ini saya merasakan betapa lemahnya saya dihadapan Allah. Benar-benar tidak ada daya upaya selain atas izin Allah. Saya merasakan segala ilmu yang saya dapatkan sangat kecil sekali dibandingkan dari ke Maha Tahu an Nya. Tidak ada lagi yang patut di sombongkan. Allah lah Maha Besar.
Klo saya melihat teman yang meninggalkan sholat wajib, saya menganggap teman itu, berani sekali / sombong kepada Allah. Sholat adalah hak Allah.
Selanjutnya dalam kehidupan saya, selalu berpegang teguh pada firman Allah,
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (Az Zariyat 56) dan
Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian menjemputmu (al Hijr 99)
Bahwa tujuan hidup manusia di dunia adalah semata-mata beribadah kepada Allah.

Kemudian kita menerima apapun ketetapan Allah untuk kita di dunia
dan menjalankan ketetapan secara ikhlas/rido, sabar, istiqomah, profesional dan tawakal.
Firman Allah,
“Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan.”(QS Qasas :8)
Kemudian mengenai rezeki di dunia kita serahkan hasilnya pada Allah, kita manusia hanya punya hak untuk ikhtiar/prosesnya saja.
Firman Allah,
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaaq [65]: 2-3).
Sedangkan selama kehidupan di dunia yang perlu selalu diingat adalah hidup kita penuh cobaan baik dalam posisi kesempitan/miskin maupun pada posisi kelapangan/kaya. Selalulah mengutamakan kehidupan Akhirat kelak.
Sesuai firman Allah.
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, maka Kami penuhi balasan pekerjaan-pekerjaannya di dunia dan mereka tidak akan dirugikan sedikitpun. Tetapi di akhirat tidak ada bagi mereka bagian selain neraka. Dan sia-sialah apa-apa yang mereka perbuat di dunia dan batallah apa-apa yang mereka amalkan”. (QS. Hud : 15-16)
”Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat” [Asy Syuura:20]
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’aam : 44 )
Firman – Firman Allah diatas lah yang merupakan beberapa pegangan sebagai saya menjalani kehidupan.
Selanjutnya saya berupaya selalu untuk merasakan kehadiran Allah disetiap waktu , setiap detik. Kadang-kadang saya tergelincir (maklum manusia lemah) namun saya berusaha secepatnya untuk meminta ampun pada Nya. Akhirnya saya ikhlas berserah diri pada Allah dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Semoga bermanfaat, mohon maaf atas kesalahan tulisan dan pendapat hamba yang lemah ini.
Tulisan lain mengenai Ihsan, silahkan lihat  http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/01/28/menjadi-muslim-terbaik/

=========================================
Catatan tentang sufi seperti yang ditulis oleh Ibnu Athaillah.
=========================================
Syekh Abu al-Abbas r.a mengatakan bahwa orang-orang berbeda pendapat tentang asal kata sufi. Ada yang berpendapat bahwa kata itu berkaitan dengan kata shuf (bulu domba atau kain wol) karena pakaian orang-orang shaleh terbuat dari wol. Ada pula yang berpendapat bahwa kata sufi berasal dari shuffah, yaitu teras masjid Rasulullah saw. yang didiami para ahli shuffah.
Menurutnya kedua definisi ini tidak tepat.
Syekh mengatakan bahwa kata sufi dinisbatkan kepada perbuatan Allah pada manusia. Maksudnya, shafahu Allah, yakni Allah menyucikannya sehingga ia menjadi seorang sufi. Dari situlah kata sufi berasal.

Lebih lanjut Syekh Abu al Abbas r.a. mengatakan bahwa kata sufi (al-shufi)
terbentuk dari empat huruf: shad, waw, fa, dan ya.
Huruf shad berarti shabruhu (kebesarannya), shidquhu (kejujuran), dan shafa’uhu(kesuciannya)
Huruf waw berarti wajduhu (kerinduannya), wudduhu (cintanya), dan wafa’uhu(kesetiaannya)
Huruf fa’ berarti fadquhu (kehilangannya), faqruhu (kepapaannya), dan fana’uhu(kefanaannya).
Huruf ya’ adalah huruf nisbat.
Apabila semua sifat itu telah sempurna pada diri seseorang, ia layak untuk menghadap ke hadirat Tuhannya.
Kaum sufi telah menyerahkan kendali mereka pada Allah. Mereka mempersembahkan diri mereka di hadapanNya. Mereka tidak mau membela diri karena malu terhadap rububiyah-Nya dan merasa cukup dengan sifat qayyum-Nya. Karenanya, Allah memberi mereka sesuatu yang lebih daripada apa yang mereka berikan untuk diri mereka sendiri.
======================================

Bobby
Subhanallah,, mantap nian euy siraman qalb-nya..

Muhammad Hendra
saya suka tulisan2 berkisar sufism dari anda, teruskan mas

Menurut saya kita tidak perlu sufi. Kita sudah cukup dengan Islam. Dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan oleh sebagian kaum sufi sesuai syariat, itulah memang Islam. Itulah memang yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Saya melihat saat ini jadi dibedakan antara sufi dan Islam. Bila berbau hal kebaikan rohani/spiritual maka dianggap itu ajaran sufi, bila kebaikan fisik dianggap Islam.
Wallahualam

mutiarazuhud
Seperti yang diuraikan, bahwa kata sufi dinisbatkan kepadaperbuatan Allah pada manusia. Maksudnya, shafahu Allah, yakni Allah menyucikannya sehingga ia menjadi seorang sufi. Dari situlah kata sufi berasal.
Jadi sufi bukanlah label, perbuatan/upaya manusia atau penamaan suatu kaum/kelompok manusia.
Bagaimana menjadi seorang sufi ?
Kita ketahui 3 tonggak Islam yakni Iman, Islam dan Ihsan.
Memahami Ihsan bersama Iman dan Islamlah umat muslim dapat menjadi seorang sufi.
Jadi tidak ada perbedaan antara sufi dan Islam. Memahami tentang sufi adalah bagian dari ajaran/agama Islam

Juga harus dimengerti apa yang dimaksud dengan tonggak Islam dan ajaran/agama Islam.
Klo boleh disederhanakan 3 tonggak Islam adalah Implementasi Rukun Iman, Implementasi Rukun Islam, dan Implementasi Ihsan.
Dimanakah fiqh , syariah, hukum Islam yang sebagian orang mengibaratkan “fisik” yakni bagian dari Rukun Iman
Dimanakah sufi atau pengetahuan tasauf yang sebagian orang mengibaratkan “spiritual” yakni bagian dari Ihsan.
Apa syarat sehingga Allah menyucikan manusia sehingga menjadi seorang sufi ?
Dengan cara mengenal diri, membersihkan hati, mengingat Allah, merasakan kehadiran Allah disetiap waktu sehingga layak untuk menghadap ke hadirat Allah
Dengan memahami ini maka mengertilah bahwa benar Allah menciptakan jin dan manusia agar mereka beribadah kepada Allah.
Sebagian orang mengatakan bahwa kehidupan seorang sufi di dunia adalah semata-mata “cobaan”,”pelajaran”,”ujian” untuk mengapai akhirat yang baik.

Terima kasih banyak untuk penjelasannya..
Mohon maaf, sekali lagi mohon maaf karena istilah sufi yang saya pahami menurut pengetahuan saya adalah label/perbuatan manusia (mengikut istilah yang di pakai mutiarazuhud). Dan terlalu panjang untuk diuraikan disini.
Bila pengertian sufi seperti yang mas jelaskan di atas, saya pun lebih menyukai menggunakan istilah muslim yang kaffah. Karena istilah sufi tidak dikenal di jaman Rasulullah atau para sahabat yang adil itu. Wa allahu a’lam.

Dan seperti yang telah saya katakan di komentar sebelumnya bahwa saat ini sufi dipahami oleh sebagian orang(termasuk saya) adalah penisbatan terhadap suatu kelompok.
Ini hanya obrolan ringan saja. Tidak usah kita pertajam.
Yuk kita masih punya musuh bersama bernama Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme.

Sadli
Wahai Tuhanku, hanya engkaulah yang tujuanku dan hanya ridho-Mu lah yang aku cari, berilah kemampuan kepadaku untuk selalu mencintai-Mu dan Ma’rifat kepada-Mu.

badar
Ass Wr Wb. Alhamdulillah ! sungguh terharu saya membaca pengalaman dan pedoman hidup yang dipegang teguh, hanya sedikit sekali orang yang mendapat hidayah dan petunjuk dari ALLAH SWT lalu ditetapkan imannya. saya sendiri pedoman hidup yang dipegang teguh adalah ” APABILA ENGKAU BERSYUKUR ATAS APA YANG TELAH KUBERIKAN, NISCAYA AKAN KUTAMBAHKAN, NAMUN BILA ENGKAU INGKAR, NISCAYA SIKSAKU TERAMAT PEDIH ” takutlah hanya kepada ALLAH SWT . Wass

betul bahwa islam yg kaffah itu harus berlandaskn al-qur’an dan hadist yg shahih. Din -itu islam, iman dn ihsan. menurut sy islam sempurnah (islam kaffah) itu harus dibangun dg syariat (islam); iman (hakikat) ; ihsan (makrifat) dan seorang hamba akan dekat dg Allah bila dia mencapai dg 3 syarat yaitu (1) dia harus ber “iman” (2) dia harus ber “takwa” dn (3) dia harus ber “ilmu” .ketahuilah ke3 landasan ini harus berjalan dan berkerja skaligus tdk boleh dipisah2.

Sriyanta Hadi
Alhamdulillah.
Semoga kita termasuk yg mensucikan diri. Amin.
Wassalam

salik
assalamu’alaikum
@ mas admin
apakah doeloe…..sempat nyantri……
trims…..
wss.wr.wb.

mutiarazuhud
walaikumsalam
Ndak mas, saya tidak nyantri atau mondok. Dulu Alhamdulillah, ortu memasukkan saya ke madrasah selepas pulang sekolah (tingkatan Ibtidaiyah, itupun tidak sampai selesai, hanya tiga tingkatan saja). Namun saya setuju dengan sistem mondok dahulu kala. Bacalah http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/07/pendidikan-akhlak/

dwi
Assalamualaikum,
Maaf Mas,

Saya masih belum memahami tulisan2 diblog ini,menbuat saya jadi bingung mana yang harus saya ikuti….(maklum masih awam)….
Mari kita sama2 terus belajar mendalami agama Islam ini sampai maut menjemput kita….
Terimakasih banyak untuk penjelasan2 diblog ini…..
Wassalam

Joni

Memang peristilahan ‘sufi’ hanyalah peristilahan saja. Ada atau tidaknya istilah itu tidak mengubah substansi. Orang badui yang bersyahadat dengan sungguh-sungguh sementara pengetahuan agamanya yang masih minim, bisa dikatakan ‘sufi’ dalam artinya pandai membaktikan diri (ibadah) kepada Allah.
Hampir tidak ada Aulia yang hobi mengumbar kata-kata ‘sufi’ kecuali dalam penjelasan tertentu. Yang mereka fokuskan adalah kesungguhan berbakti pada Allah. Tersingkapnya sedikit tirai kegaiban (malakut) bukan dicari-cari ataupun direkayasa, tapi sekedar akibat logis dari kesungguhan beribadah.
Tapi ada baiknya disampaikan bahwa para ahli ibadah tersebut eksplisit atau implisit tersebut berlandasan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Ini sekedar berbagi dari saya yang bukan ulama. Mengikuti Imam Ghazali, lebih baik kita menjauhkan segala perdebatan dalam hal seperti ini.
Mohon maaf. Wass.

mutiarazuhud
Setuju, silahkan komentar apapun di blog ini. Sebagaimana yang saya sampaikan bahwa ilmu, pemahaman, pengalaman hidup adalah sekedar apa yang “dilhat” atau “disaksikan” oleh seorang muslim selama dalam “perjalanan”. Selengkap silahkan baca tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/13/alat-atau-sarana/

dan kalau ada waktu silahkan baca tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/05/25/istilah-tasawuf/


Joni
Mas Mutiarazuhud (Zon dari Jonggol ?) terima kasih.
Mudah-mudahan memperoleh yang baik-baik dari Allah.

hamba ALLOH
Mungkin saya pun salah seorang yang sedang mencari nikmatnya islam dan ikhlas itu seperti apa,,,,,dan saya pun mendapat hikmah yang dalam, ketika setelah membaca buku “Menjadi kekasih ALLOH”(sudah diterjemahkan) karya Abdul Qodir AL Jailani,,,,,saya juga banyak membaca buku” tentang tasawwuf,,,,memang ada sesuatu yang sullit unutk dijelaskan dengan kata”,,,,tapi sangat terasa nikmatnya ibadah,,,,dan sekarang saya pun ingin meminta rekomendasi untuk mendapatkan mursyid kpda mas zon ini,,,karena saya ingin memmahami lebih dalam mengenai tasawwuf,,,

mutiarazuhud
Alhamdulillah, buku yang antum baca adalah sangat bagus.
Itu bagian dari Trilogi “Jalan Sejati Menuju Sang Khalik”
Buku ke 1 “Rahasia mencintai Allah”
Buku ke 2 “Rahasia berjumpa Allah”
Buku ke 3 “Rahasia menjadi kekasih Allah”
Buku-bukut itu diterbitkan oleh penerbit Sabil, Jogyakarta. http://www.divapress-online.com
Tampaknya antum langsung membaca buku ke 3. Sebaiknya baca dari buku ke 1.
Silahkan baca tulisan seputar tasawuf pada blog kami, dengan daftar isi atau indeks pada lajur paling kanan dengan judul atau kelompok “perjalanan hidup (suluk)” , “seputar tasawuf” dan “tulisan khusus”.

Buku lain yang kami rekomendasi adalah 1 set buku “Terapi Makrifat” penerbit Zaman, http://www.penerbitzaman.com
Set buku tersebut berisikan karya-karya Syaikh Ibnu Athoillah dengan judul diterjemahkan sebagai,
1. Misteri Berserah kepada Allah
2. Rahasia Kecerdasan Tauhid
3. Tutur Penerang Hati
4. Zikir Pententram Hati
5. Kasidah Cinta dan Amalan Wali Allah
Buku-buku di atas, mudah untuk dipahami, diresapi dan diambil hikmahnya. Untuk langkah awal silahkan baca buku-buku tersebut saja dahulu, sebaiknya jangan masuk kedalam buku-buku tasawuf yang sukar untuk dimengerti. Sedangkan mengenai kebutuhan atau ketetapan mursyid sebenarnya hanya Allah yang mengetahui. Namun kita harus memperlihatkan keinginan itu kepada Allah Azza wa Jalla. Perlihatkan dengan cara berdoa atau munajat setiap setelah sholat wajib dan dirikanlah sholat malam / tahajud. Setelah berdzikir seperti biasa (di dalam dzikir sebaiknya diawali istighfar, syahadah dan sholawat) kemudian berdoa seperti “Ilahi Anta Maqsudi Waridhoka Matlubi“, Tuhan hanya Engkaulah yang kumaksud dan ridhoMu yang kuharap. dan ditambah berdoa dengan redaksi sesuai keinginan sendiri seperti “Ya Allah ampunkanlah dosa kami, Bimbinglah kami dengan kasih sayangMu, untuk sampai kepadaMu“. Kemudian sertai dengan puasa senin – kamis untuk dapat merasakan kedekatan kepada Allah Azza wa Jalla dan membuktikan adanya keinginan untuk sampai kepadaNya.
Wassalam

hamba ALLOH
kalau untuk buku” syariatnya ada rekomendasi lg???,,karena sayapun ingin dibekali dengan syariat” yang baik,,,,,insya alloh,,,,jazakalloh atas rekomendasi buku”ny,,,,,smoga mas zon sllu dinaungi rahmat, cinta, dan kasih sayang ALLOH,,,,dan dikaruniakan nikmatnya ikhlas,istiqomah,serta rasa rindu dan cinta kepada ALLOH,,,

mutiarazuhud
Buku syariat sebenarnya tidak banyak perkembangan. Justru yang terbuka luas adalah pendalaman Tasawuf. Saudara-saudara muslim kami yang hanya mendalami syariat saja tanpa tasawuf/akhlak, gempar ketika kami menurunkan tulisan bahwa hakikatnya Rasulullah hidup di sisi Allah Azza wa Jalla. Silahkan baca tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/21/rasulullah-hidup/

indar
apakah anda menguasai ilmu dari guru ( Ulama) yang benar, dan menguasai bahasa agama kita dgn benar. jika belajar hanya otodidak dan maaf aja di negeri kita yg katanya pengikut sunnah tp melihat sunnah sampai terheran-heran walaupun dia sdh dibilang Kyai dan dr kyai ini pula yg kita tempati belajar?????na ‘udzubillah…
=====

1 komentar:

  1. Mohon maaf hanya ikut nimbrung, sebatas share, sebaiknya untuk belajar tasawuf datanglah kepada guru2 mursyid tarekat yng silsilah keguruannya musalsal sampai pada rosululloh, dan mintalah bimbingan kepadanya, mintalah talqin dzikir, insyaalloh kita akan menjadi pengamal tasawuf yng benar

    BalasHapus