Inikah Salafi Indonesia

Sebagian besar Salafi yang menjadi pegangan utama adalah i’tiqad Syaikh Ibnu Taimiyah
Menurut pendapat sebagian ulama ,  Salafi Ibnu Taimiyah tidak seluruhnya sama dengan pemahaman Salafush Sholeh karena adanya beberapa perbedaan dengan pendapat jumhur ulama.  Terutama dalam bidang i’tiqad.
Menurut ulama yang atas izin Allah Azza wa Jalla berkemampuan “berkomunikasi” dengan petugas Allah ta’ala yakni para malaikat, sebenarnya perjalanan ruhani Syaikh Ibnu Taimiyah sudah sampai ke telaga arasy namun beliau “tergelincir”, ketika beliau melihat malaikat Muqorobin sedang di telaga, disangka beliau itulah Allah ta’ala.
Jadi menurut kabar, beliau pernah mencontohkan turun dari mimbar ketika menyampaikan bahwa Allah ta’ala turun di 1/3 malam terakhir. Namun hal ini dibantah oleh para ulama Salafi Ibnu Taimiyah maupun para pendukungnya
Pemahaman mereka secara ilmiah/logika yakni mempergunakan pikiran dan memori. Pemahaman dengan cara mengumpulkan dalil naqli atau bukti (memori) kemudian diterjemahkan (pikiran). Memang terjemahannya adalah “Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy” (QS Thaha, [20]:5 ). Namun sebaiknyalah tidak dipahami sebagai tempat bagi Allah Azza wa Jalla atau keberadaan bagi dzatNya.
Begitupula pertanyaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam “di mana Allah” kepada seorang budak Jariyah yang diriwayatkan oleh Mu`awiyah bin Hakam, janganlah dimaknai sebagai tempat (dzahir) namun maknailah dengan hakikat keimanan. Pertanyaan Rasulullah “di mana Allah” adalah dalam rangka menguji keimanan budak itu bukan menanyakan “di mana” dzatNya. Mustahil Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertanya “di mana Allah” adalah tentang keberadaan dzatNya karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri telah bersabda, ”Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-kali engkau berfikir tentang Dzat Allah”.
Dalam pemahaman terhadap Al Qur’an dan hadist mereka memang tidak mau menggunakan akal. Mereka menggunakan pikiran dan memori atau pemahaman secara ilmiah yakni mengumpulkan dalil naqli (memori) kemudian menterjemahkan (pikiran). Jumhur ulama pemahaman yang dalam (hikmah) menggunakan akal dan hati. Kita harus bisa membedakan antara akal dengan pikiran. Pikiran dimampui sejak kecil namun berakal ketika memenuhi syarat wajib sholat. Orang berakal adalah ulil albab, mereka yang dapat mengambil pelajaran dari firman firman Allah ta’ala. Firman Allah ta’ala, “wamaa yadzdzakkaru illaa uluu al-albaabi” dalam (QS Al Baqarah []2:269 ) makna selengkapnya adalah
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“.
Hanya orang-orang berakal (ulil albab) yang dapat mengambil pelajaran (hikmah) dari ayat-ayat mutasyabihat. Firman allah ta’ala yang artinya
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS Al Imran [3]: 7 )
Pemahaman secara ilmiah atau logika menggunakan pikiran dan memori yang kami tenggarai sebagai penyebab pelaku bom bunuh diri sebagaimana yang telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/27/bom-bunuh-diri/

Salafi, mereka yang mengaku-aku berpemahaman serupa dengan Salafush Sholeh. Kalau serupa , koq terjadi perbedaan di antara mereka ?
Perbedaan pokok yang terlihat jelas adalah pemahaman mereka tentang hizb atau berkelompok, berorganisasi atau bentuk jama’ah minal muslimin
Salafi terbagi dua mainstream yang berbeda.
Satu mainstream seperti Ustadz Askari (Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal) (Salafi Wahhabi), anti Hizb
Satu mainstream seperti Ustadz Firanda, Ustadz Abu Bakar Baasyir (Salafi haraki atau Salafi jihadi), suka Hizb

Sedangkan Ustadz Ja’far Umar Thalib, belum jelas posisi beliau
Sejauh yang saya tahu sampai dengan bulan Februari 2010 dari kalangan ulama Arab Saudi (Wahhabi) untuk tetap memutuskan hubungan dengan ustadz JUT sebagaimana yang termuat dalam tulisan padahttp://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=1706
Ust Ja’far Umar Thalib (JUT) telah “berupaya” untuk menunjukkan bahwa beliau tidak sependapat atau sejalan lagi dengan ulama-ulama pergerakan (haraki/jihadi).
Inilah video “upaya” beliau untuk kemballi

Inilah tanggapan dari mereka yang sependapat atau sejalan dengan Ustadz ABB terhadap Ustadz JUT

Sedangkan perselisihan anatara Ustadz Firanda dan Ustadz Askari sebagai berikut,
***** awal kutipan *****
Al-Ustadz hafizohullah berkata :
Gelar “kadzdzab” (gemar berdusta) yang disematkan oleh salah seorang ulama besar di Madinah Asy-Syaikh Abdullah bin Abdirrahim Al-Bukhari Hafizhahullah kepada seorang pelajar di Madinah yang bernama Firanda Andirja memang merupakan gelar yang layak disandangnya. Mengapa tidak, Firanda seakan tiada henti menghembuskan fitnahnya dengan menyebarkan berbagai kedustaan dikalangan salafiyyin dengan menyebarkan berita-berita palsu yang kandungannya adalah upaya merendahkan kedudukan para ulama dan Da’i Ahlus sunnah ditengah umatnya….. Selamat berbahagia dengan gelar ini wahai Firanda dari salah seorang ulama besar Madinah Nabawiyyah)) demikan perkataan al-ustadz hafizhohullah (silahkan lihathttp://www.salafybpp.com/categoryblog/97-dusta-firanda-ditengah-badai-fitnah-yang-sedang-melanda-bag1.html
***** akhir kutipan *****

**** awal kutipan *****
Ustadz Firanda,
Alhamdulillah sang ustadz telah menanggapi dengan baik tulisan saya, yang ini tentunya menunjukan keikhlasan sang ustadz. Dan tangapan sang ustadz tersebut tentunya bukan tentang permasalahan inti yang sedang kita diskusikan yaitu tentang apakah yang tidak mentahdzir IT menjadi sururi?.

Akan tetapi, tanggapan sang ustadz lebih pada mengenai stempel dusta kepada firanda.
Sebenarnya saya masih menunggu dan itu yang paling saya inginkan agar sang ustadz menanggapi tulisan-tulisan saya tentang manhaj mentahdzir yang telah saya tulis di webs saya, mungkin Ustadz ada masukan atau apa yang saya kemukakan keliru dsb, barakallahu fikum. Karena inilah inti permasalahan dari pertama, tapi ternyata ustadz lebih sibuk mengurusi saya pendusta atau tidak.
***** akhir kutipan *****

Mereka saling tuduh “dusta”, padahal tauladan kita Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak berdusta walaupun dalam guyonan/lelucon.
Penggunaan gelar “kadzdzab” menunjukkan mereka menggunakan metode dakwah “Jarh wa ta’dil” sebagaimana yang telah kami uraikan dalam tulisan sebelumnya pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/24/jarh-wa-tadil/
Semoga kita, kaum muslim pada umumnya (mayoritas) dapat mengambil pelajaran dari perbedaan atau perselisihan kaum Salafi di Indonesia.
Kebenaran hanyalah satu yang berasal dari Allah Azza wa Jalla namun pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadits bisa saja terjadi perbedaankarena semua itu adalah kehendak Allah Azza wa Jalla. Allah ta’ala berfirman yang artinya,
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]: 269)

Semoga mereka bukanlah yang dimaksud dengan kaum yang melesat atau menyempal dari kaum muslim pada umumnya (mayoritas) sebagaimana yang telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/13/merekak-yang-melesat/
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

4 Tanggapan
sangat bagus…minta izin ikut menyimak dan mungkin mengcopy-nya…



pada 11 Mei 2011 pada 12:53 pm | Balasmutiarazuhud
Alhamdulillah, silahkan mas



pada 23 September 2011 pada 10:21 pm | Balasdedi wahyudi salafi
ada ulama yg bisa dialog dgn malaikat??? hahahaha anda di perdaya



Mas Dedi Wahyudi, silahkan kalau antum tidak meyakininya.
Tentu antum juga tidak akan meyakini bahwa Ibnu Taimiyah pernah ditampakkan telaga ‘arasy di mana dia melihat malaikat muqorobin.
Tentu antum juga tidak akan meyakini bahwa jika Allah Azza wa Jalla berkehendak maka beberapa manusia ditampakkan pintu surga atau apapun yang ghaib bagi orang pada umumnya.
atau boleh jadi Mas Dedi Wahyudi juga tidak akan meyakini bahwa kita atas kehendak Allah Azza wa Jalla dapat bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar