Sungguh hebat dan mulia mereka yang berkompeten merujuk langsung kepada Al-Qur’an dan Hadits. Bagi mereka yang belum berkompeten/berkemampuan maka tidak mengapalah mereka mengikuti imam mujtahid atau bermazhab. Bermazhab bukanlah kewajiban bagi seluruh umat muslim. Kewajiban umat muslim adalah merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Bermazhab adalah kebutuhan bagi mereka yang belum berkemampuan merujuk langsung kepada Al-Qur’an dan Hadits. Mereka yang “terpaksa” bermazhab pun pada hakikatnya adalah mengikuti manhaj salaf karena imam mazhab pada hakikatnya mengikuti manhaj salaf pula.
Namun bagi mereka yang merujuk langsung kepada Al-Qur’an dan Hadits, tidaklah cukup dengan kemampuan bahasa Arab saja
Memang Al-Qur’an diturunkan “dengan bahasa Arab yang jelas” (QS Asy Syu’ara [26]:195) namun dapat dipahami oleh kaum yang mengetahuinya. firman Allah ta’ala yang artinya, “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui” (QS Fushshilat [41]:3 ).
Untuk memahami Al-Qur’an dan hadits2 Nabi saw tsb secara baik dan benar, maka minimal harus mengetahui dahulu dasar2 ilmu yang berkaitan dgn hal itu. Itupun harus didukung dengan beberapa keilmuan, seperti ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu mantiq, ilmu balaghah dsb supaya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang akibatnya akan membawa kesesatan bagi pelakunya sendiri.
Pemahaman dengan metodologi “terjemahkan saja” atau memahami dengan kemampuan menterjemahkan saja bisa dipergunakan untuk kepentingan diri sendiri namun jangan pernah digunakan untuk “menilai” atau menghukum saudara muslim yang lain atau bahkan kaum muslim lain. Sekarang ini dapat kita temukan ulama (ahli ilmu) yang gemar menghujat saudara muslim yang lain sebagai ahlul bid’ah, sebagian yang lain gemar pentakfiran, tahdzir ataupun mensesatkan namun kepada kenyataannya mereka belum memahami Al-Qur’an dan hadits2 Nabi saw ecara baik dan benar. Mereka itulah yang disebut dukhala ilmi atau ulama yang bukan ahlinya.
Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dalam pembukaan Forum Alumni Al Azhar VI, yang mengangkat tema tentang “Persatuan dalam Komunitas Ahlu Sunnah” itu memperingatkan bahwa pengkafiran dan penyesatan sesama umat Islam membuat umat ini akan terpecah-belah. Beliau juga memperingatkan agar umat tidak perlu mendengar mereka yang bukan ahli ilmu, “Tidak sepatutnya umat Islam melakukan pengkafiran dan tidak perlu mendengar dukhala ilmi (mereka yang berkecimpung dalam ilmu namun bukan ahlinya).”. Selengkapnya silahkan baca tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/27/ulama-bukan-ahlinya/
Sekarang ini, semakin banyak fasilitas keilmuan, orang-orang semakin malas saja berguru langsung kepada ulama, bahkan semakin jauh saja dari para ulama. Hal itu bisa menghancurkan Islam sendiri dan akan semakin banyak menimbulkan kerusakan2 di muka bumi ini.
Kesalahpahaman-kesalahpahaman terjadi karena mereka hanya menggunakan fasilitas yg ada tanpa berguru atau bertanya langsung pada ulama. Itu termasuk musibah bagi umat Islam.
Oleh karenanya perlu kita bertanya atau meminta bimbingan dari mereka yang mengetahui sebagai mana firman Allah ta’ala yang artinya “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS An Nahl [16]:43 )
Perhatikan firman Allah ta’ala dalam (QS An Nahl [16]:43 ). Allah ta’ala mengatakan orang yang mempunyai pengetahuan bukan sebagai ulama (ahli ilmu) namun ahladz dzikri atau ahlul dzikri (ahli zikir), ulama yang selalu berdzikrullah atau ulama yang sholeh atau ulama yang ihsan atau ulama yang dapat memandang Allah Azza wa Jalla dengan hati atau hakikat keimanan.
Selengkapnya mengenai ulama yang sholeh silahkan baca tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/02/2011/03/10/ulama-yang-sholeh/
Jadi pada hakikatnya tidak ada perbedan antara bermazhab dengan bermanhaj salaf. Kenapakah harus diperselisihkan ?
Marilah kita tegakkan Ukhuwah Islamiyah, musuh kita bersama adalah paham yang dibuat oleh orang Yahudi yakni SPILIS (Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme).
Sekularisme, paham yang menghindarkan manusia dalam kehidupannya me”referensi”… kepada Allah / Agama
Pluralisme, paham yang membuat manusia “floating” / “ragu” akan Allah / Agama.
Liberalisme, paham yang “membebaskan” manusia terhadap aturan Allah / Agama
Selengkapnya baca tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/02/2010/01/18/sekularisme-pluralisme-dan-liberalisme/
Saat ini wilayah kerajaan dinasti saudi pun telah terpengaruh oleh paham pluralisme .
Perhatikan video pertama yang dimulai pada menit ke 2:56
kemudian lanjutkan video kedua dari awal.
Trankript video dapat dibaca dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/02/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/
atau baca berita di http://www.eramuslim.com/editorial/shimon-peres-memuji-raja-abdullah.htm
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor, 16830
=====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar