Ghazwul fikri dan perang informasi
Kami mewaspadai kemungkinan adanya ghazwul fikri (perang pemahaman atau perang informasi) yang diupayakan orang-orang yang memang diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla mempunyai rasa permusuhan dengan kita.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 ).
Mereka khususnya adalah Zionis Yahudi (freemason, iluminati, lucifier atau apapun namanya). Mereka yang berpaling dari kitab Taurat dan mengikuti ajaran paganisme peninggalan Mesir kuno
Allah ta’ala telah memperingatkan kita dalam firmanNya yang artinya,
“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).” (QS Al Baqarah [2]: 101 )
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS Al Baqarah [2]:102 )
Orang-orang Yahudilah yang berkeinginan membunuh para Nabi termasuk Nabi Isa as
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?” (QS Al Baqarah [2]: 87 )
Ibnu Katsir berkata, “Saat Allah swt. mengutus Isa as. sebagai seorang rasul dengan membawa penjelasan-penjelasan yang nyata dan petunjuk yang benar, bangsa Yahudi pun memusuhinya. Mereka iri terhadap apa yang telah diberikan Allah swt. kepadanya, dari anugerah kenabian hingga mukjizat-mukjizat yang mengagumkan yang sengaja diberikan Allah swt. kepadanya untuk memuliakannya. Karena itulah mereka mendustakannya, dan berusaha untuk menyakitinya bahkan membunuhnya dengan segala cara. Sehingga nabi Allah Isa as. bersama ibunya pun hidup berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri yang lain.”
Mereka berpura-pura menjadi pengikut Nabi Isa as.
Salah satu dari mereka adalah adalah Paulus (Yahudi dari Tarsus ) yang telah berhasil membohongi kaum Nasrani dengan konsep trinitas, bahwa tuhan bertempat di surga sedangkan Yesus dan Maria, tuhan yang dekat (melayani) manusia.
Allah berfirman yang artinya, “Mereka menjadikan orang–orang alimnya, dan rahib–rahib mereka sebagai tuhan–tuhan selain Allah, dan mereka (juga mempertuhankan) al Masih putera Maryam. Padahal, mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.“ (QS at Taubah: 31)
‘Adi bin Hatim pada suatu ketika pernah datang ke tempat Rasulullah –pada waktu itu dia lebih dekat pada Nasrani sebelum ia masuk Islam– setelah dia mendengar ayat tersebut (QS at Taubah: 31), kemudian ia berkata: “Ya Rasulullah Sesungguhnya mereka itu tidak menyembah para pastor dan pendeta itu“.
Maka jawab Nabi s.a.w.: “Betul! Tetapi mereka (para pastor dan pendeta) itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian itulah penyembahannya kepada mereka.” (Riwayat Tarmizi)
Mereka sukses menciptakan sosok “orang yang diserupakan dengan ‘Isa ” (QS An Nisaa [4]:157) sebagai putera Tuhan dan sistem kepausan yang dapat memutuskan yang sebenarnya halal menjadi haram atau yang sebenarnya haram menjadi halal
Lalu apakah kemungkinan langkah-langkah mereka untuk mempengaruhi atau mengelabui kaum muslimin. Mereka tentu tahu bahwa mereka tidak dapat melakukan penyerangan kepada Al-Qur’an dan banyak pula yang menghafal Al-Qur’an dan Hadits. Upaya satu-satunya adalah melakukan serangan terhadap pemahaman Al Qur’an dan Hadits.
Pada peperangan antara kaum muslim dan kaum kafir, perang dunia I maupun perang dunia II , mereka turut menyerang perpustakaan-perpustakaan Islam. Mereka merampas dan memusnahkan manuscript, literatur dan kitab-kitab karya para ulama. Sebagian mereka pelajari untuk bahan melakukan ghazwul fikri dan sebagian dikembalikan kepada kaum muslim yang ditengarai telah mengalami perubahan.
Mereka membuat lembaga kajian Islam yang dipimpin seorang ulama didikan mereka yang menafsirkan Al Quran dan Hadist dengan alam pikiran mereka.
Mereka berupaya kembali bagi kaum muslim untuk menempatkan tuhan di tempat yang jauh sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap orang Nasrani. Oleh karenanya ditengarai mereka mengangkat kembali pemahaman ulama Ibnu Taimiyah yang memahami Al-Qur’an dan Hadits secara dzahir atau apa yang tertulis / tersurat. Metodologi pemahaman yang mudah dimengerti oleh mereka.
Mereka mengutus Terrence E. Lawrence (Yahudi dari Inggris) atau dikenal sebagai Laurens Of Arabian. Dia telah diarahkan supaya menyelidiki ke dalam masyarakat Islam dengan menyamar sebagai ulama dan mendalami ilmu Islam di Mekah dan Mesir (Al Azhar) dan ia telah bertemu dengan ratusan ulama besar yang masyur, memperbincangkan tentang cara untuk membiasakan umat Islam di segi kemajuan dunia seperti kebiasaan barat serta ia menyebarkan faham supaya umat Islam tidak terikat dan tidak fanatik kepada aliran mazhab. Kebetulan ulama Ibnu Taimiyah mengusung istilah “mazhab salaf” sehingga dapat membingungkan kaum muslim yang pada umumnya telah bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Kenyataanlah kita pada zaman kini disibukkan dengan perdebatan, diskusi yang merupakan “benturan” antara “mazhab salaf” yang dicanangkan oleh ulama Ibnu Taimiyah yang diikuti oleh ulama Muhammad bin Abdul Wahhab dengan kaum muslim pada umumnya yang masih setia dengan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat dan sebagian yang lain mampu berijtihad langsung pada Al-Qur’an dan Hadits.
Bahkan diantara sesama bermanhaj atau bemazhab salaf pun terjadi kebingungan dan perbedaan pemahaman sehingga terjadi perselisihan sebagaimana yang terurai dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/07/2011/05/01/inikah-salafi-indonesia/
Pemahaman ulama Ibnu Taimiyah yang dibenturkan kepada kaum muslim salah satunya adalah dalam pemahaman bid’ah dikarenakan beliau mendefinisikan ibadah dalam konteks/skala yang sangat luas sehingga berakibat fatal.
Pendapat kami, kesalahpahaman terjadi karena tidak dapat membedakan antara ibadah dalam kategori amal ketaatan (menjalankan kewajibanNya dan menjauhi laranganNya) dan ibadah dalam kategori amal kebaikan (amal sholeh)
Kami mengatakan bahwa amal ketaatan (menjalankan kewajibanNya dan menjauhi laranganNya) adalah “bukti cinta” kita kepada Allah ta’ala dan RasulNya sedangkan amal kebaikan (amal sholeh) adalah “ungkapan cinta” kita kepada Allah ta’ala dan RasulNya. Salah satu contoh “ungkapan cinta” adalah membaca sholawat untuk Rasululah shallallahu alaihi wasallam
Dari Ibnu Mas’ud ra. Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : ”Orang yang paling dekat denganku nanti pada hari kiamat, adalah mereka yang paling banyak membaca shalawat untukku” (HR. Turmudzi)
Bid’ah yang dlolalah adalah dalam perkara ibadah dalam kategori amal ketaatan yakni perkara menjalankan kewajibanNya dan menjauhi laranganNya atau perkara yang mendekatkan kita ke surga dan menjauhkan dari neraka. Perkara ini sudah final, sudah sempurna tidak boleh ada lagi perkara baru (bid’ah) yakni meliputi kewajiban, batas/larangan dan pengharaman.
Sedangkan perkara baru dalam ibadah kategori amal kebaikan (amal sholeh) tetaplah perkara baik walaupun tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan Salafush Sholeh karena berbuat amal kebaikan pada hakikatnya kita telah mentaati Allah ta’ala dan RasulNya. Selengkapnya silahkan baca uraian dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/06/01/tetap-perkara-baik/
Perkara lain yang dapat memecah belah adalah pemahaman pengikut ulama Ibnu Taimiyah akan kaidah tanpa dalil dari Al-Qur’an dan Hadits yakni “Lau kaana khoiron lasabaquna ilahi” (Seandainya hal itu baik, tentu mereka, para Sahabat akan mendahului kita dalam melakukannya) . Hal ini telah kami jelaskan dalam tulisan
dan
Kami tengarai mereka (Zionis Yahudi) berkeinginan untuk menciptakan pemimpin dari kalangan pengikut pemahaman ala Ibnu Taimiyah untuk menciptakan kewajiban atau larangan yang tidak pernah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla dan disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Padahal Rasulullah telah mengingatkan kita bahwa Allah ta’ala yang berhak menetapkan kewajiban, batas/larangan dan pengharaman yang berlaku bagi manusia sampai akhir zaman. Jika ada ulama yang berfatwa dan menetapkan kewajiban, batas/larangan dan pengharaman harus merupakan “turunan” atau berlandaskan dari apa yang telah Allah Azza wa Jalla tetapkan.
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa batas, maka jangan kamu langgar dia; dan Allah telah mengharamkan sesuatu, maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincangkan dia.” (Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi).
Hal yang terpenting lainnya hindarilah kekufuran dalam i’tiqod seperti “Tuhan bertempat di atas Arasy (langit) dan turun pada 1/3 malam terakhir kembali ke singgasanaNya pada saat waktu subuh”. Penjelasan hal ini termuat padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/06/23/makna-majaz/
Selain mereka “mendompleng” melalui beberapa kesalahpahaman-kesalahpahaman pemahaman mereka juga membuat paham Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme. Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/01/18/sekularisme-pluralisme-dan-liberalisme/
Upaya “menempatkan” Tuhan di tempat yang jauh dilakukan melalui kaum Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme. Mereka katakan memuliakan Tuhan dengan menempatkannya jauh di atas ‘Arsy. Bagi mereka Tuhan tidak perlu mengurus hubungan antar manusia di bumi yang kotor ini. Hak asasi manusia dikedepankan. Mereka membolehkan minum khamr (memabukkan) asal tidak mengganggu orang lain. Mereka membolehkan pornografi dengan alasan budaya. Mereka membolehkan zina asal dilakukan tidak dengan paksaan. Semua perbuatan dikatakan baik atau benar berdasarkan kesapakatan antar manusia semata. Berikut contoh uraian kaum liberal yang mengangkat pemahaman ulama Ibnu Taimiyah,http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/04/28/mengangkat-taimiyah/ Bagi kaum liberalisme, ulama Ibnu Taimiyah sebagai pahlawan pendobrak pintu ijtihad agar mereka dapat berijtihad sesuai dengan hawa nafsu mereka.
Target mereka dengan ghazwul fikri dan perang informasi adalah untuk mewujudkan cita-cita mereka menjadi pemimpin seluruh manusia di dunia dan “memojokkan” Tuhan di tempat yang jauh. Mereka ciptakan hak veto pada Perserikatan Bangsa Bangsa agar mereka dapat menetapkan yang baik ataupun benar menurut hawa nafsu mereka. Mereka dapat mengatur dan menentukan penguasa negera pada sebagian besar negara di dunia. Mereka dapat membentuk ketaklukan para penguasa negera kepada mereka dan menciptakan penguasa negara “boneka”. Bahkan penguasa negera di mana tempat dua tanah suci berada yang seharusnya hanya takut kepada Allah Azza wa Jalla pun mereka dapat pengaruhi. Sebagaimana kami uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/
Oleh karenanya, kami tidak lelah menyerukan marilah kita menegakkan Ukhuwah Ilamiyah. Waspadalah dengan upaya mereka memecah belah kita kaum muslim dengan adanya perbedaan pemahaman. Kebenaran hanyalah satu namun pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadits bisa saja terjadi perbedaan. Allah ta’ala memberikan karunia pemahaman yang dalam (hikmah) kepada siapa yang dikehendakiNya
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]:269 )
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
=====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar