Alhamdulillah, beberapa dukungan baik secara lisan maupun tulisan telah disampaikan kepada saya atas langkah-langkah saya “mengingatkan” saudara-saudara muslim saya yakni Salafy. Di bawah ini saya contohkan salah satunya dari saudara muslimku yang telah berdakwah secara langsung (face to face / individual) dalam rangka “menyelamatkan” adiknya.
Sebagian muslim keliru berpendapat bahwa saya telah mengatakan Salafy Wahabi itu adalah sesat. Saya sama sekali tidak berhak mengatakan sebuah metode pemahaman adalah sesat. Saya hanya sekedar menyampaikan perbedaan dan kelemahan metode pemahaman saja. Saudara-saudaraku yang “keluar” dari Salafy adalah yang tidak menginginkan mengikuti “keterbatasan” metode pemahaman Salafy yakni metode pemahaman secara harfiah atau tekstual.
Sekali lagi kita harus membedakan antara Salaf dengan Salafy. Salafy adalah mereka yang berupaya mengikuti Salaf dalam hal ini saya mengkhususkan mereka yang mengikuti metode pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah dan sepemahaman. Lalu bagaimana “upaya” mereka mengikuti Salaf, dapat kita lihat dari output dan perilaku pengikut pada umumnya. Secara sederhana dapat kita lihat bagaimana mereka mengungkapkan hawa nafsu mereka (emosional) ketika berdiskusi. Sesuatu akhlak (dipelajari dalam ilmu tasawuf) yang harus dihindari jika muslim paham bahwa mereka mengarungi kehidupan di dunia sesungguhnya di hadapan Allah karena Allah Maha Melihat, Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Wassalam
Contoh dukungan dalam sebuah tulisan.
Saya mendukung anda dalam “membendung ideologi salafisme”.
setiap jumat malam, saya mengikuti pengajian salafi. saya tau betul, bagaimana ideologi mereka itu. saya ikut pengajian mereka, agar dalam menilai ajaran mereka tidak dikatakan “cuma tau dari buku”.
saya ingin mengungakapkan kekeliruan-kekeliruan pemikiran wahabisme, agar anak-anak muda Indonesia tidak terjerat ideologi wahabi tersebut. tapi, saya tidak punya banyak waktu. saya memilih masuk ke dalam pengajian mereka, sehingga sedikit demi sedikit saya bisa membukakan akal pikiran mereka. alhamdulilah, telah banyak kawan wahabi, yang kini telah “sadar” termasuk adik saya sendiri.
mulanya, saya benar-benar tertarik untuk menjadi pengikut salafi. saya mengaji cukup lama. untunglah, akal saya bekerja dengan benar. sehingga hanya dalam waktu 2 tahun ikut mengaji, sayapun berhenti dari situ. tetapi, tak disangka, adik saya malah ikut mengaji di salafi. sudah untuk dinasihati, susah untuk diajak berhenti, membenci Maulud, Tahlilan, dan Haul. akhirnya, saya mencari cara lain untuk menyadarkan adik saya, yakni dengan cara ikut serta dengan adekku ke tempat pengajian yang dia ikuti. saya menjadi jamaah “yang banyak bertanya”, dan akhirnya pertanyaan-pertanyaan saya telah menyadarkan adik saya sendiri dan beberapa kawan lainnya.
ketika adik saya menyatakan hendak berhenti, saya berkata, “janganlah berhenti, trus saja mengaji. mereka tidak akan menerima nasihat dari orang selain kelompok mereka sendiri. ingatlah, selain dari kelompok mereka, itu artinya ahlul bidah. dan mereka mustahil menerima nasihat dari ahlul bidah. oleh karena itu jadilah kawan mereka, agar km bisa menasihati mereka”.
dalam pergaulan sehari-hari, saya dan adik saya rukun dan baik dengan orang-orang salafi ini. salah satu ustadz salafi itu sangat percaya kepada adik saya. kalau dia bepergian beberapa hari, kunci rumah dan rumhanya diditipkan dan ditinggali oleh Adikku. ustadz tersebut juga tak segan-segan memberi kami buku-buku dan kaset-kaset salafi. saya menerimanya dengan tersenyum dan ucapan syukur.
mungkin, saya dianggap “orang munafik” diantara mereka. tak masalah, saya hanya melakukan strategi dakwah untuk menyelamatkan adik saya sendiri.
****
5 Tanggapan
Terima kasih info ini sgt bermanfaat. Iji copas ya.
Secara tak sengaja saya menemukan blog ini…. slh seorang anggota keluarga saya adalah pengikut ini di kantornya..dan saya tak menyangka ideologi salafiah (kaum salafy jaman sekarang) seperti itu.. Pantes bicaranya ga jauh dr bid’ah.
Bukankah manusia dikaruniakan akal oleh Allah SWT, agar ia dpt membedakan mana yg baik dan mana yg buruk??? Al quran adalah kitab pedoman kita dlm menjalankan hidup yg dibantu oleh hadits rasulullah… Bukankah majunya teknologi sesuai dgn perkembangan ilmu pengetahuan manusia?
Di zaman rasulullah belum ada pswt terbang, belum ada komputer. Salahkah kita yg menggunakan komputer hasil dr teknologi modern utk mempermudah mencari ilmu-Nya??
pada 7 Mei 2010 pada 10:33 am | Balasmutiarazuhud
Silahkan untuk menyebar luaskan dalam rangka dakwah.
Prinsipnya kita harus bisa bedakan antara Salaf dengan Salafy.
pada 8 Mei 2010 pada 12:08 pm | Balassalafi
Salafy berusaha mengikuti manhaj para sahabat Rasulullah SAW.
Contohnya
Abdullah bin Ahmad meriwayatkan, disertai dengan menyebut sanad-sanadnya. Dia berkata, “Rasulullah saw telah bersabda, Tuhan kita telah menertawakan keputus-asaan hamba-hamba-Nya dan kedekatan yang lainnya. Perawi berkata, ‘Saya bertanya, ‘Ya Rasulallah, apakah Tuhan tertawa?’ Rasulullah saw menjawab, ‘YA.’ Saya berkata, ‘Kita tidak kehilangan Tuhan yang tertawa dalam kebaikan.”
Kita harus mengikuti sahabat ini yang menerima, mengimani dan membenarkan apa-apa yang datang dari nabi SAW tanpa menanyakan bagaimana caranya?
Kalau menanyakan bagaimana caranya, nanti ujung2 nya seperti penolakan hadits ALlah turun ke langit dunia, mana mungkin begini mana mungkin begitu…
pada 8 Mei 2010 pada 12:35 pm | Balasmutiarazuhud
Memang sebaiknya untuk mengikuti Rasulullah , Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’ Tabi’in.
Namun berhati hati kalau mengikuti orang yang berupayamengikuti Rasulullah, Sahabat, Tabi’in dan Tabi’Tabi’in.
Inilah yang kami maksud beda antara Salaf dengan Salafi.
Salafi adalah mengikuti orang yang berupaya mengikuti Salaf.
Semoga saudara-saudaraku Salafi dapat memahami perbedaannya. Semua ini karena Syaikh Ibnu Taimiyah menggunakan nama madzhab generik sehingga membingungkan orang.
pada 13 Mei 2010 pada 10:18 pm | Balasdanie
Admin, tolong jangan bilang salafi,tapi wahabi saja.Karena wahabi jelas adalah salafi yang saat ini berkeliaran di dunia, mereka mengaku kaum salaf untuk menutupi keborokan mereka. Agak keliru berkiblat kepada Ibnu taimiyah, karena banyak fatwa-fatwa beliau yang bertentangan dengan ulama2 yang sejaman dengan beliau, beliau juga hanya manusia biasa yang diliputi sifat khilaf.
=====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar