__*Allahumma sholli sholaatan kaamilatan Wa sallim salaaman taaman ‘ala sayyidinaa Muhammadin Alladzi tanhallu bihil ‘uqadu, wa tanfariju bihil kurabu, wa tuqdhaa bihil hawaa’iju Wa tunaalu bihir raghaa’ibu wa husnul khawaatimi wa yustasqal ghomaamu bi wajhihil kariimi, wa ‘alaa aalihi, wa shahbihi ‘adada kulli ma’luumin laka*__
“Ya Allah, limpahkanlah pujian yang sempurna dan juga keselamatan sepenuhnya, Kepada pemimpin kami Muhammad, Yang dengan sebab beliau ikatan-ikatan (di dalam hati) menjadi terurai, Berkat beliau berbagai kesulitan menjadi lenyap, Berbagai kebutuhan menjadi terpenuhi, Dan dengan sebab pertolongan beliau pula segala harapan tercapai, Begitu pula akhir hidup yang baik didapatkan, Berbagai gundah gulana akan dimintakan pertolongan dan jalan keluar dengan perantara wajahnya yang mulia, Semoga keselamatan juga tercurah kepada keluarganya, dan semua sahabatnya sebanyak orang yang Engkau ketahui jumlahnya.”
********************************************
Ulama mereka, Muhammad Jamil Zainu mengatakan
“Sesungguhnya aqidah tauhid yang diserukan oleh Al-Qur’an Al Karim dan diajarkan kepada kita oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan kepada setiap muslim untuk meyakini bahwa Allah semata yang berkuasa untuk melepaskan ikatan-ikatan di dalam hati, menyingkirkan kesusahan-kesusahan, memenuhi segala macam kebutuhan dan memberikan permintaan orang yang sedang meminta kepada-Nya. Oleh sebab itu seorang muslim tidak boleh berdoa kepada selain Allah demi menghilangkan kesedihan atau menyembuhkan penyakitnya meskipun yang di serunya adalah malaikat utusan atau Nabi yang dekat (dengan Allah).”
“Seandainya kita ganti kata “bihi” (dengan sebab beliau) dengan bihaa (dengan sebab shalawat) maka tentulah maknanya akan benar tanpa perlu memberikan batasan bilangan sebagaimana yang disebutkan tadi. Sehingga bacaannya menjadi seperti ini
Hal itu karena membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibadah yang bisa dijadikan sarana untuk bertawassul memohon dilepaskan dari kesedihan dan kesusahan.
*********************************************
Apa jawaban Habib Munzir Al Musawa kepada mereka yang bertanya atas pendapat Muhammad Jamil Zainu
Saudaraku yg kumuliakan,
Mengenai shalawat nariyah, tidak ada dari isinya yg bertentangan dg syariah, makna kalimat : yang dengan beliau terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, serta”, adalah kiasan, bahwa beliau shallallahu alaihi wasallam pembawa Alqur’an, pembawa hidayah, pembawa risalah, yang dengan itu semualah terurai segala ikatan dosa dan sihir, hilang segala kesedihan yaitu dengan sakinah, khusyu dan selamat dari siksa neraka, dipenuhi segala kebutuhan oleh Allah swt, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik yaitu husnul khatimah dan sorga,
Ini adalah kiasan saja dari sastra balaghah arab dari cinta, sebagaimana pujian Abbas bin Abdulmuttalib ra kepada Nabi saw dihadapan beliau saw : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417), tentunya bumi dan langit tidak bercahaya terang yg terlihat mata, namun kiasan tentang kebangkitan risalah.
Sebagaimana ucapan Abu Hurairah ra : “Wahai Rasulullah, bila kami dihadapanmu maka jiwa kami khusyu” (shahih Ibn Hibban hadits no.7387), “Wahai Rasulullah, bila kami melihat wajahmu maka jiwa kami khusyu” (Musnad Ahmad hadits no.8030)
Semua orang yg mengerti bahasa arab memahami ini, Cuma kalau mereka tak faham bahasa maka langsung memvonis musyrik, tentunya dari dangkalnya pemahaman atas tauhid,
Mengenai kalimat diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, adalah cermin dari bertawassul pada beliau saw para sahabat sebagaimana riwayat shahih Bukhari.
Mengenai anda ingin membacanya 11X, atau berapa kali demi tercapainya hajat, maka tak ada dalil yg melarangnya,
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
Wallahu a’lam
Habib Munzir Al Musawa
********************************************************
Hikmah dari tulisan di atas dengan ketidakpahaman mereka makna “dengan Rasulullah” secara tidak disadari mereka telah mengungkapkan bahwa mereka melupakan peran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai pembawa risalah.
Mereka seolah-olah dapat bersyahadat oleh karena kitab atau oleh karena syaikh/ulama/ustadz mereka semata.
Mereka seolah-olah tidak berterima kasih kepada Rasulullah, oleh karenanya mereka hanya menyebut nama Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam sebatas yang diwajibkan saja seperti ketika sholat.
Mana mau mereka melakukan peringatan Maulid, Isra Mi’raj atau membaca sholawat diwaktu lainnya. Wallahu a’lam
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menangisi ummat nya yang mengaku mencintainya ternyata sangat amat jarang menyebut nama nya
Dari Ibnu Mas’ud ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : ”Orang yang paling dekat denganku nanti pada hari kiamat, adalah mereka yang paling banyak membaca shalawat untukku” (HR. Turmudzi)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
7 Tanggapan
zon, mau tahu kenapa Rasulullah SAW menangis?!
Wa Qāla Ar-Rasūlu Yā Rabbi ‘Inna Qawmī Attakhadhū Hādhā Al-Qur’āna Mahjūrāan.
Zon jonggol mengajarkan banyak menyebut2 nama rasullah tetapi banyak beramal/mengamalkan sesuatu yg bertentangan dengan sunnah nabi Saw, dan orang seperti Zon jonggol dipanggil ustadz, na’udzubillahi min dzalik
pada 14 Juni 2011 pada 1:07 am | Balasmutiarazuhud
Mas Ali bin Musleman, koq saudara muslimnya berbuat amal kebaikan yang jelas-jelas tidak bertentangan dengan Al-qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wasallam malah dikatakan bertentangan dengan Sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Sungguh amal kebaikan (amal sholeh) tetaplah sebuah kebaikan walaupun itu perkara baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena dengan kita melakukan amal/perbuatan kebaikan apapun artinya kita telah mentaati Allah ta’ala dan RasulNya serta perbuatan yang disukai / dicintai oleh Allah Azza wa Jalla
waallaahu yuhibbu almuhsiniina,
“Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan“. (QS Ali Imran [3]:148)
“Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan“. (QS Ali Imran [3]:148)
wamaa kaana rabbuka liyuhlika alquraa bizhulmin wa-ahluhaa mushlihuuna
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan“. (QS Hud [11]:117 )
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan“. (QS Hud [11]:117 )
inna allaaha ma’a alladziina ittaqaw waalladziina hum muhsinuuna
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan“. (QS An Nahl [16]:28)
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan“. (QS An Nahl [16]:28)
Boleh jadi mas adalah salah satu yang terpedaya oleh kaidah tanpa dalil dari Al-Qur’an maupun hadits yakni “LAU KAANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIHI” (Seandainya hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukannya). Hal ini telah kami kaji dan uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/05/08/lau-kaana-khoiron/
pada 14 Juni 2011 pada 11:04 am | BalasRejeb
Rasul saw adalah sebaik baik perantara, dan beliau saw sendiri bersabda : “Barangsiapa yang mendengar adzan lalu menjawab dengan doa : “Wahai Allah Tuhan Pemilik Dakwah yang sempurna ini, dan shalat yang dijalankan ini, berilah Muhammad (saw) hak menjadi perantara dan limpahkan anugerah, dan bangkitkan untuknya Kedudukan yang terpuji sebagaimana yang telah kau janjikan padanya”. Maka halal baginya syafaatku” (Shahih Bukhari hadits No.589 dan hadits No.4442)
Riwayat lain ketika datangnya seorang buta pada Rasul saw, seraya mengadukan kebutaannya dan minta didoakan agar sembuh, maka Rasul saw menyarankannya agar bersabar, namun orang ini tetap meminta agar Rasul saw berdoa untuk kesembuhannya, maka Rasul saw memerintahkannya untuk berwudhu, lalu shalat 2 rakaat, lalu Rasul saw mengajarkan doa ini padanya, ucapkanlah : “Wahai Allah, Aku meminta kepada-Mu, dan Menghadap kepada Mu, Demi Nabi-Mu Nabi Muhammad, Nabi Pembawa Kasih Sayang, Wahai Muhammad, Sungguh aku menghadap demi dirimu (Muhammad saw), kepada Tuhanku dalam hajatku ini, maka Kau kabulkan hajatku, wahai Allah jadikanlah ia memberi syafaat hajatku untukku” (Shahih Ibn Khuzaimah hadits No.1219, Mustadrak ala Shahihain hadits No.1180 dan ia berkata hadits ini shahih dengan syarat shahihain Imam Bukhari dan Muslim).
sabda beliau saw : “tiadalah seseorang bersalam kepadaku, kecuali Allah mengembalikan ruh ku hingga aku menjawab salamnya” (HR Sunan Imam Baihaqiy Alkubra hadits No.10.050)
hadits2 tsb oleh para ulama digunakan sbg dalil sahnya berbagai doa dan sholawat spt nariyah, fatih, wahidiyah, dll
pada 14 Juni 2011 pada 11:07 am | BalasRejeb
Adapula pendapat mengatakan tawassul hanya boleh pada yang hidup, pendapat ini ditentang dengan riwayat shahih berikut : “telah datang kepada Utsman bin Hanif ra seorang yang mengadukan bahwa Utsman bin Affan ra tak memperhatikan kebutuhannya, maka berkatalah Utsman bin Hanif ra : “berwudhulah, lalu shalatlah 2 rakaat di masjid, lalu berdoalah dengan doa : “Wahai Allah, Aku meminta kepada-Mu, dan menghadap kepada- Mu, Demi Nabi-Mu Nabi Muhammad, Nabi Pembawa Kasih Sayang, Wahai Muhammad, sungguh aku menghadap demi dirimu (Muhammad saw), kepada Tuhanku dalam hajatku ini, maka Kau kabulkan hajatku, wahai Allah jadikanlah ia memberi syafaat hajatku untukku” (doa yang sama dengan riwayat diatas)”, nanti selepas kau lakukan itu maka ikutlah denganku kesuatu tempat.
Maka orang itu pun melakukannya lalu Utsman bin Hanif ra mengajaknya keluar masjid dan menuju rumah Utsman bin Affan ra, lalu orang itu masuk dan sebelum ia berkata apa – apa Utsman bin Affan lebih dulu bertanya padanya : “apa hajatmu?”, orang itu menyebutkan hajatnya maka Utsman bin Affan ra memberinya. Dan orang itu keluar menemui Ustman bin Hanif ra dan berkata : “kau bicara apa pada utsman bin affan sampai ia segera mengabulkan hajatku ya..??”, maka berkata Utsman bin hanif ra : “aku tak bicara apa – apa pada Utsman bin Affan ra tentangmu, Cuma aku menyaksikan Rasul saw mengajarkan doa itu pada
orang buta dan sembuh”. (Majmu’ Zawaid Juz 2 hal 279).
orang buta dan sembuh”. (Majmu’ Zawaid Juz 2 hal 279).
pada 11 Agustus 2011 pada 1:38 am | BalasAl Faiz
Assalamu’alaykum….
Okelah bagi anda2 semua yang tidak setuju kalau sholawat nariyah, sholawat Fatih, sholawat badar dikatakan bid’ah.
Okelah bagi anda2 semua yang tidak setuju kalau sholawat nariyah, sholawat Fatih, sholawat badar dikatakan bid’ah.
kalau memang shalawat2 itu adalah termasuk bagian dari agama atau bukan bid’ah, beranikah anda semua membaca shalawat2 tersebut pada saat shalat setelah di Tasyahud ???
Silahkan baca sholawat Nariyah/kamilah, badar, fatih, dll di dalam sholat wajid di tasyahud…!!!!
Demikian Barakallahu fiik…
pada 12 Oktober 2011 pada 4:24 pm | Balasamin
Salam mas faiz
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wa`il dari Abdullah radliallahu ‘anhu dia berkata; “Kami biasa membaca (shalawat); ‘Assalaamu ‘alallahi, assalaamu ‘alaa fulaan (Semoga keselamatan terlimpahkan kepada Allah, semoga keselamatan terlimpah kepada fulan).” Maka suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada kami: ‘Sesungguhnya Allah adalah Salam, apabila salah seorang dari kalian duduk dalam shalat (tahiyyat), hendaknya mengucapkan; ‘AT-TAHIYYATUT LILLAHI -hingga sabdanya- SHAALIHIIN, (penghormatan, rahmat dan kebaikan hanya milik Allah -hingga sabdanya- hamba-hamba Allah yang shalih). Sesungguhnya jika ia mengucapkannya, maka hal itu sudah mencakup seluruh hamba-hamba yang shalih baik di langit maupun di bumi, ‘ (lalu melanjutkan); ‘ASYHADU ALLAAILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU AN NAMUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH (Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya).’ Setelah itu ia boleh memilih pujian yang ia kehendaki.’ (HR Bukhari 5853) link:http://www.indoquran.com/index.php?surano=60&ayatno=25&action=display&option=com_bukhari
Wassalam
10 Mei 2011 oleh mutiarazuhud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar