Sesama Muslim

Kami sampaikan berlandaskan persaudaraan sesama muslim
Sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam tulisan sebelumnya pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/11/07/akibat-tidak-bermazhab/  bahwa dua kemungkinan besar akibat negative jika mengikuti akal pikiran sendiri bersandarkan kepada muthola’ah (menelaah kitab) adalah
1. Ibadah fasidah (ibadah yang rusak) , ibadah yang kehilangan ruhnya atau aspek bathin
2. Tasybihillah Bikholqihi , penyerupaan Allah dengan makhluq Nya

Para ulama yang mereka ikuti pada mulanya umumnya bermazhab Imam Ahmad bin Hambal namun pada akhirnya ulama mereka mengikuti akal pikiran mereka sendiri karena bersandarkan kepada muthola’ah (menelaah kitab) daripada talaqqi (mengaji) kepada para ulama yang bermazhab atau ulama yang bersanad ilmu yang tersambung kepada lisannya Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Contoh uraian mereka semula  bermazhab dalam tulisan pada
***** awal kutipan *****
مطلب في عقيدة الإمام أحمد رضي الله عنه وأرضاه
وسئل رضي الله عنه ونفعنا به : في عقائد الحنابلة ما لا يخفى على شريف علمكم ، هل عقيدة الإمام أحمد بن حنبل رضي الله عنه كعقائدهم ؟
Syaikhul Islam Ibnu Hajar Al Haitami pernah ditanya tentang akidah mereka yang semula para pengikut Mazhab Hambali, apakah akidah Imam Ahmad bin Hambal seperti akidah mereka ?
Beliau menjawab:
فأجاب بقوله : عقيدة إمام السنة أحمد بن حنل رضي الله عنه وأرضاه وجعل جنان المعارف متقلبه ومأواه وأقاض علينا وعليه من سوابغ امتنانه وبوأه الفردوس الأعلى من جنانه موافقة لعقيدة أهل السنة والجماعة من المبالغة التامة في تنزيه الله تعالى عما يقول الظالمون والجاحدون علوا كبيرا من الجهة والجسمية وغيرهما من سائر سمات النقص ، بل وعن كل وصف ليس فيه كمال مطلق ، وما اشتهر به جهلة المنسوبين إلى هذا الإمام الأعظم المجتهد من أنه قائل بشيء من الجهة أو نحوها فكذب وبهتان وافتراء عليه ، فلعن الله من نسب ذلك إليه أو رماه بشيء من هذه المثالب التي برأه الله منها
Akidah imam ahli sunnah, Imam Ahmad bin Hambal –semoga Allah meridhoinya dan menjadikannya meridhoi-Nya serta menjadikan taman surga sebagai tempat tinggalnya, adalah sesuai dengan akidah Ahlussunnah wal Jamaah dalam hal menyucikan Allah dari segala macam ucapan yang diucapkan oleh orang-orang zhalim dan menentang itu, baik itu berupa penetapan tempat (bagi Allah), mengatakan bahwa Allah itu jism (materi) dan sifat-sifat buruk lainnya, bahkan dari segala macam sifat yang menunjukkan ketidaksempurnaan Allah.
Adapun ungkapan-ungkapan yang terdengar dari orang-orang jahil yang mengaku-ngaku sebagai pengikut imam mujtahid agung ini, yaitu bahwa beliau pernah mengatakan bahwa Allah itu bertempat dan semisalnya, maka perkataan itu adalah kedustaan yang nyata dan tuduhan keji terhadap beliau. Semoga Allah melaknat orang yang melekatkan perkataan itu kepada beliau atau yang menuduh beliau dengan tuduhan yang Allah telah membersihkan beliau darinya itu.
وقد بين الحافظ الحجة القدوة الإمام أبو الفرج ابن الجوزي من أئمة مذهبه المبرئين من هذه الوصمة القبيحة الشنيعة أن كل ما نسب إليه من ذلك كذب عليه وافتراء وبهتان ، وأن نصوصه صريحة في بطلان ذلك وتنزيه الله تعالى عنه ، فاعلم ذلك فإنه مهم .
وإياك أن تصغي إلى ما في كتب ابن تيمية وتلميذه ابن قيم الجوزية وغيرهما ممن اتخذ إلهه هواه وأضله الله على علم ، وختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره غشاوة فمن يهديه من بعد الله ، وكيف تجاوز هؤلاء الملحدون الحدود وتعدوا الرسوم وخرقوا سياج الشريعة والحقيقة فظنوا بذلك أنهم على هذى من ربهم وليسوا كذلك بل هم على أسوإ الضلال وأقبح الخصال وأبلغ المقت والخسران وأنهى الكذب والبهتان فخذل الله متبعه وطهر الأرض من أمثالهم
Al Hafizh Al Hujjah Al Imam, Sang Panutan, Abul Faraj Ibnul Jauzi, salah seorang pembesar imam mazhab Hambali yang membersihkan segala macam tuduhan buruk ini, telah menjelaskan tentang masalah ini bahwa segala tuduhan yang dilemparkan kepada sang imam adalah kedustaan dan tuduhan yang keji terhadap sang imam. Bahkan teks-teks perkataan sang imam telah menunjukkan kebatilan tuduhan itu, dan menjelaskan tentang sucinya Allah dari semua itu. Maka pahamilah masalah ini, karena sangat penting.
Janganlah sekali-kali kamu dekati buku-buku karangan Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnul Qayyim dan orang seperti mereka berdua. Siapa yang bisa memberikan petunjuk orang seperti itu selain Allah?
Bagaimana orang-orang atheis itu melampaui batas-batas, menabrak aturan-aturan dan merusak tatanan syariat dan hakikat, lalu mereka menyangka bahwa mereka berada di atas petunjuk dari tuhan mereka, padahal tidaklah demikian. Bahkan mereka berada pada kesesatan paling buruk, kemurkaan paling tinggi, kerugian paling dalam dan kedustaan paling besar. Semoga Allah menghinakan orang yang mengikutinya dan membersihkan bumi ini dari orang-orang semisal mereka.
Sumber : Al Fatawa Al Haditsiyah 1/480 karya Syaikhul Islam al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami.
***** akhir kutipan *****

Apa yang disampaikan oleh Syaikhul Islam al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami tentang pemahaman ulama mereka, disampaikan pula oleh ulama-ulama lainnya, contohnya dapat ditemukan dalam tulisan pada
Kami hanya bisa menyampaikan dengan semangat persaudaraan sesama muslim. Tujuan kami agar saudara-saudara muslim kami yang tidak mau bermazhab dan hanya mengikuti pemahaman ulama-ulama seperti ulama Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qoyyim al Jauziah, Muhammad bin Abdul Wahhab atau ulama Al Abani agar terhindar dari kesyirikan yang tanpa disadari atau kesyirikan karena kesalahpahaman
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : “Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir.“
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran?”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa ta’ala) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan.” (Imam Ibn Al-Mu’allim Al-Qurasyi (w. 725 H) dalam Kitab Najm Al-Muhtadi Wa Rajm Al-Mu’tadi)

Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”, “Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabihat, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran”.
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami kata wajh Allah, yad ,  ain dan istiwa sebagaimana makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat), ia kafir secara pasti.”
Ulama mereka memang kadang mengutip dari kitab Imam Mazhab namun kita harus dapat membedakan apa yang disampaikan oleh Imam Mazhab antara menyampaikan sebagaimana dalil naqli atau mereka menyampaikan penjelasan atas dalil naqli.  Apa yang dikutip oleh ulama mereka pada hakikatnya ketika Imam Mazhab menyampaikan sebagaimana dalil naqli bukan penjelasan mereka.
Contoh bagian penjelasan
Imam Malik bin Anas ra menghadapi hadis ”Allah turun di setiap sepertiga malam” adalah, yanzilu amrihi ( turunnya perintah dan rahmat Allah ) pada setiap sepertiga malam “adapun Allah Azza wa Jalla, adalah tetap tidak bergeser dan tidak berpindah, maha suci Allah yg tiada tuhan  selainNya“ lihat pada “at tamhid” 8/143, “siyaru a’lamun nubala” 8/105 “arrisalatul wafiyah” hal 136 karangan Abi Umar Addani dan dalam kitab syarah an-nawawi ala shohih muslim 6/37 dan juga al-inshaaf karangan ibnu sayyit al-bathliyusi hal 82.

Contoh penjelasan dari pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) lainnya yakni  Imam Asy-Syafi’i Muhammad ibn Idris (w 204 H),  berkata:
إنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه المكان ولا يجوز عليه التغير في ذاته ولا التبديل في صفاته (إتحاف السادة المتقين بشرح إحياء علوم الدين, ج 2، ص 24)
“Sesungguhnya Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Kemudian Dia menciptakan tempat, dan Dia tetap dengan sifat-sifat-Nya yang Azali sebelum Dia menciptakan tempat tanpa tempat. Tidak boleh bagi-Nya berubah, baik pada Dzat maupun pada sifat-sifat-Nya” (LIhat az-Zabidi, Ithâf as-Sâdah al-Muttaqîn…, j. 2, h. 24).  Penjelasan lebih  lengkapnya dalam tulisan pada
Begitupula penjelasan yang disampaikan oleh ulama negeri kita sendiri, Habib Munzir Al Musawa sebagai berikut,
****awal kutipan *****
Hadirin hadirat, sampailah kita kepada Hadits Qudsi, dimana Sang Nabi Saw bersabda menceritakan firman Allah riwayat Shahih Bukhari “Yanzilu Rabbuna tabaaraka wa ta’ala fi tsulutsullailil akhir…” (Allah itu turun ke langit yang paling dekat dengan bumi pada sepertiga malam terakhir).

Maksudnya bukan secara makna yang dhohir Allah itu ke langit yang terdekat dg bumi, karena justru hadits ini merupakan satu dalil yang menjawab orang yang mengatakan bahwa Allah Swt itu ada di satu tempat atau ada di Arsy.
Yang dimaksud adalah Allah itu senang semakin dekat, semakin dekat, semakin dekat kepada hamba hamba Nya disaat sepertiga malam terakhir semakin dekat Kasih Sayang Allah.
Allah itu dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak. Berbeda dengan makhluk, kalau dekat mesti ada sentuhan dan kalau jauh mesti ada jarak. “Allah laysa kamitslihi syai’un” (Allah tidak sama dengan segala sesuatu) (QS Assyura 11)
Allah Swt turun mendekat kepada hamba Nya di sepertiga malam terakhir maksudnya Allah membukakan kesempatan terbesar bagi hamba hamba Nya di sepertiga malam terakhir.
Sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih dinihari.., kalau malam dibagi 3, sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih, sampai sebelum adzan subuh itu sepertiga malam terakhir, waktu terbaik untuk berdoa dan bertahajjud.
Disaat saat itu kebanyakan para kekasih lupa dengan kekasihnya. Allah menanti para kekasih Nya. Sang Maha Raja langit dan bumi Yang Maha Berkasih Sayang menanti hamba hamba yang merindukan Nya, yang mau memisahkan ranjangnya dan tidurnya demi sujudnya Kehadirat Allah Yang Maha Abadi. Mengorbankan waktu istirahatnya beberapa menit untuk menjadikan bukti cinta dan rindunya kepada Allah.
Hadirin hadirat, maka Allah Swt berfirman (lanjutan dari hadits qudsi tadi) “Man yad u’niy fa astajibalahu” (siapa yang menyeru kepada Ku maka aku akan menjawab seruannya).
Apa maksudnya kalimat ini?
Maksudnya ketika kau berdoa disaat itu Allah sangat….,. sangat… ingin mengabulkannya untukmu. “Man yasaluniy fa u’thiyahu” (barangsiapa diantara kalian adakah yang meminta pada Ku maka Aku beri permintaannya).
Seseorang yang bersungguh sungguh berdoa di sepertiga malam terakhir sudah dijanjikan oleh Allah ijabah (terkabul).
Kalau seandainya tidak dikabulkan oleh Allah berarti pasti akan diberi dengan yang lebih indah dari itu. “Wa man yastaghfiruniy fa aghfira lahu” (dan siapa yang beristighfar mohon pengampunan pada Ku disaat itu, akan Kuampuni untuknya).
Betapa dekatnya Allah di sepertiga malam terakhir. Hadirin hadirat, disaat saat itu orang orang yang mencintai dan merindukan Allah pasti dalam keadaan bangun dan pasti dalam keadaan berdoa.
Sumber: http://http/www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=181&Itemid=1
****akhir kutipan*****

Habib Munzir Al Musawa adalah salah satu ulama yang mendapatkan didikan langsung dari orang tua-orang tuanya  terdahulu yang tersambung kepada didikan Imam Sayyidina Ali ra yang mendapatkan didikan langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Selain itu dalam mendalami ilmu agama, Beliau ber-talaqqi (mengaji)  pada para ulama bermazhab , bersanad ilmu tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Dalam masalah i’tiqod selain dapat kita ketahui dan yakini dari para pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab dan penjelasan dari ulama pengikut Imam Mazhab, kita dapat pula bertanya kepada para Habib atau para Sayyid
Contoh lainnya jika kita ingin mengetahui cara Sholat Rasulullah dapatlah kita bertanya kepada para Habib dan Sayyid karena sholat adalah perbuatan yang dilatih sejak kecil oleh orang tua para Habib dan para Sayyid.
Para Imam Mazhab yang empat pun menuliskan fiqih tentang sholat, setelah mereka mendapatkan latihan dari para guru mereka yang tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan merekapun masih sempat bergaul dengan para Salafush Sholeh, minimal Tabi’ut Tabi’in. Dari pelatihan langsung dan mengumpulkan hadits-hadits tentang sholat maka mereka menuliskannya pada kitab fiqih, sebagai pedoman bagi kita yang masa kehidupannya telah terpaut jauh dengan masa kehidupan para Salafush Sholeh.
Sebaiknya jangan mengikuti cara sholat Rasulullah melalui upaya pemahaman ulama yang berupaya mengetahuinya dari memahami lafaz atau tulisan. Dimana setiap upaya pemahaman, bisa benar dan bisa pula salah. Terlebih lagi kalau upaya pemahaman tersebut dilakukan oleh ulama yang tidak dikenal berkompetrensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak maka kemungkinan salahnya akan lebih besar dan berakibat ibadah fasidah (ibadah yang rusak) , ibadah yang kehilangan ruhnya atau aspek bathin. Kalau kita ibaratkan belajar berenang, mana yang lebih besar kemungkinan bisa berenangnya, apakah yang belajar berenang melalui latihan dengan pelatih (guru) atau belajar berenang sendiri melalui memahami atau muthola’ah (menelaah) buku penuntun berenang ?
Tulisan kali ini kami akhiri dengan pesan dari Habib Munzir Al Musawa yang mengingatkan kita akan pesan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika haji wada. Pesan Beliau disampaikan dalam tulisan pada
http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=364&Itemid=1  terkait dengan tulisan kami kali ini, berikut kutipannya
****Awal kutipan*****
أَقْبَلَ رَجُلٌ، غَائِرُ الْعَيْنَيْنِ، مُشْرِفُ الْوَجْنَتَيْنِ، نَاتِئُ الْجَبِينِ، كَثُّ اللِّحْيَةِ، مَحْلُوقٌ، فَقَالَ، اتَّقِ اللَّهَ يَا مُحَمَّدُ، فَقَالَ رسنول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : منْ يُطِعْ اللَّهَ إِذَا عَصَيْتُ؟، أَيَأْمَنُنِي اللَّهُ، عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ، فَلَا تَأْمَنُونِي؟، فَسَأَلَهُ رَجُلٌ قَتْلَهُ، أَحْسِبُهُ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ، فَمَنَعَهُ، فَلَمَّا وَلَّى، قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا، أَوْ فِي عَقِبِ هَذَا، قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ، لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ، مُرُوقَ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ، يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ، وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ، لَئِنْ أَنَا أَدْرَكْتُهُمْ، لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ.
(صحيح البخاري)
Berkata Abu sa’id Al Khudriy ra saat Nabi saw sedang membagi bagi harta pada beberapa orang, maka datanglah seorang lelaki, matanya membelalak, kedua pelipisnya tebal cembung kedepan, dahinya besar, janggutnya sangat tebal, rambutnya gundul, sarungnya pendek, berkata: Bertakwalah pada Allah wahai Muhammad…!, Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Siapa yang taat pada Allah kalau aku bermaksiat??, apakah Allah mempercayaiku untuk mengamankan penduduk bumi dan kalian tidak mempercayaiku??” dan berkata Khalid bin Walid ra: Wahai Rasulullah, kutebas lehernya..!, Rasul shallallahu alaihi wasallam melarangnya, lalu beliau shallallahu alaihi wasallam melirik orang itu yang sudah membelakangi Nabi shallallahu alaihi wasallam, dan Rasul shallallahu alaihi wasallam  bersabda: “Sungguh akan keluar dari keturunan lelaki ini suatu kaum yang membaca Alqur’an namun tidak melewati tenggorokannya (tidak kehatinya), mereka semakin jauh dari agama seperti menjauhnya panah dari busurnya, mereka memerangi orang islam dan membiarkan penyembah berhala”, jika kutemui kaum itu akan kuperangi seperti diperanginya kaum ‘Aad” (Shahih Bukhari)
عَنْ جَرِيرٍ:أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ : فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ، اسْتَنْصِتْ النَّاسَ، فَقَالَ: لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي، كُفَّارً،ا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ، رِقَابَ بَعْضٍ.
(صحيح البخاري)
Dari Jarir ra: “Sungguh Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda padanya, pada Haji Wada’ (Haji perpisahan/haji Nabi shallallahu alaihi wasallam yang terakhir). Simaklah dengan baik wahai orang-orang, lalu beliau bersabda: “Jangan kalian kembali kepada kekufuran setelah aku wafat, saling bunuh dan memerangi satu sama lain” (Shahih Bukhari)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

7 Tanggapan
1.      pada 8 November 2011 pada 3:46 pm | Balas  andi
anda ini tetap saja menulis seperti orang mabuk.
anda sudah mengakui bahwa bukan 4 imam yang mencetuskan mazhab, dan tetap saja dalam kebutaan anda sehingga anda tidak mampu mengambil pelajaran dari sejarah yang sudah lalu.
ini lah potret anda dan kebanyakan ummat islam saat ini, khususnya di indonesia.
apa yang menghalangi manusia untuk patuh kepada Ajaran dan Petunjuk Allah?
sudah diberi pendengaran, penglihatan, akal/fikiran, dan hati, tapi sedikit sekali yang berlaku syukur? atau memang tidak mengerti cara bersyukur?
bahkan anda merasa bersih dan syirik, bagaimanakah anda menilai?



o        pada 8 November 2011 pada 8:20 pm | Balas  shofwan
salafi selalu menghembuskan opini2 negatif dan isu2 lama.
salam penuh kelembutan beriring kasih sayang untuk mas zon.
Shofwan. Kota Bogor




o        pada 8 November 2011 pada 9:08 pm | Balas  mutiarazuhud
Mas Andi, tentulah kaum muslim wajib patuh kepada ajaran dan petunjuk Allah.
Cuma permasalahannya kita wajib patuh kepada ajaran dan petunjuk Allah berdasarkan pemahaman siapa ?
Pemahaman dengan akal pikiran sendiri ?
Mengikuti pemahaman ulama-ulama seperti Ibnu Taimiyyah. Ibnu Qoyyim Al Jauziah, Muhammad bin Abdul Wahhab atau bahkan Al Albani ?
apakah mereka berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak ?
Dari dahulu sampai sekarang, jumhur ulama telah sepakat bahwa yang berkompetensi sebagai pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid) adalah Imam Mazhab yang empat.
Mereka berempat adalah yang terbaik dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah serta pemahaman terbaik dalam memahami perkataan Salafush Sholeh. Bahkan mereka masih sempat bergaul dengan Salafush Sholeh, minimal Tabi’ut Tabi’in




2.      pada 9 November 2011 pada 11:39 am | Balas  andi
zon,
anda sudah mengakui imam yang 4 bukan pencetus mazhab, anda dan orang spt anda sibuk membanggakan mereka tapi tidak mengambil pelajaran bagaimana mereka sampai pada proses puncak, aba ana itulah anda, anda punya telinga tapi tidak mendengar, punya mata tidak melihat, punya hati tak mampu memberikan penilaian yang obyektif, karena kerancuan / kerusakan berfikir akibat dari aba ana.

lihatlah kenyataan yang ada, anda dan mereka yang meng-agung2kan mazhab dalam islam tidak mau/mampu mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu (makanya saya katakan anda itu menulis dalam keadaan mabuk, tidak mengerti apa yg anda tulis) atau mungkin menutup mata dan telinga karena aba ana yang sangat akut, mazhab dan aliran2 kelompok2 yang ada dalam islam tidak akan pernah membuat pengikutnya menjadi muslim yang seutuhnya, lihatlah buktinya saat ini yg bertebaran di muka bumi dan di sekitar anda.
Tulisan2 dari hasil berfikir yang rusak/rancu tidak akan pernah membenahi yang belum benar, jangankan membenahi yang salah, yang benar pun menjadi rusak karenanya.
Anda tidak bisa menempatkan mana nilai yg Haq dan mana nilai yg Bathil, yang ada adalah hanya aduk-adukan Haq dan Bathil yang membuat kerancuan dalam berfikir, dan selamanya orang2 spt ini tidak akan mampu mewujudkan janji-janji Allah dalam Al Qur’an.
Anda dan Jumhur Ulama yg anda bangga2kan tidak akan pernah bisa menjawab carut marut yang terjadi di tubuh ummat islam, apalagi memberikan solusi bagi persoalan ummat ini. Bagaimana mungkin jumhur ulama yg tercerai berai ini mampun menjadi suri tauladan dalam meneladani Rasulullah sebagai Uswah hasanah?!
Tanyakan zon pada Jumhur Ulama yg ada (kalau anda punya nyali) atau sampaikan pada mereka,
Al Qur’an yg terpelihara dan tidak ada keraguan padanya sebagai sebuah ajaran dan petunjuk yg HAQ masih ada ditangan ummat yang mengaku islam mengaku ummat Nabi Muhammad SAW, tapi mengapa mereka seperti buih dilautan?!
tanyakan zon,
mengapa anda, Jumhur Ulama dari semua aliran dan kelompok tidak bisa bersatu dalam wadah yang telah Allah sediakan?! Adakah Allah dan RasulNya menyeru anda dan mereka untuk menjadi ummat yang tercerai berai?!

bagaimanakah kalian berfikir?!
tidakkah kalian berkesadaran?!
tanyakan zon,
mengapa anda, Jumhur Ulama dari semua aliran dan kelompok dalam islam, yang mengaku memegang Al Qur’an yang sama dan mengaku Nabi Muhammad sebagai panutan dalam hidup mengabdi sebagai hamba Allah, tidak mampu mewujudkan janji2 Allah dalam Al Qur’an, sebagaimana yg sudah Rasulullah dan para sahabat capai pada masanya?!

adakah Allah ingkar dengan janji2-Nya dalam Al Qur’an ataukah manusianya yang bodoh dan penuh kedengkian dan kesombongan sehingga tak lagi mampu mem-fungsikan pendengaran, penglihatan, akal/fikiran dan hati yang Allah berikan untuk mengambil pelajaran dari ayat2 Nya.
Sedikit sekali kalian bersyukur!



o        pada 9 November 2011 pada 1:46 pm | Balas  mutiarazuhud
Mas Andi, tidak ada yang bercerai berai jika mereka bersatu dalam pemahaman pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab
Permasalahan umat Islam timbul sehingga mereka yang berselisih adalah akibat terkena ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilakukan oleh kaum Zionis Yahudi. 
Kaum Zionis Yahudi mengangkat kembali pemahaman ulama Ibnu Taimiyyah yang sudah lama terkubur.
Pemahaman ulama Ibnu Taimiyyah diikuti oleh dua jalur utama.
Jalur pertama adalah jalur ulama Muhammad bin Abdul Wahhab yang dikenal dengan Salafi Wahabi yang anti berkelompok (Hizb)
Jalur kedua adalah jalur ulama Jamaludin Al-Afghany bersama muridnya ulama Muhammad Abduh dan dilanjutkan oleh ulama seperti ulama Rasjid Ridha, mereka terpecah dalam beberapa kelompok antara lain, Salafi Jihadi, Salafi Haraki, Salafi Sururi dll . Mereka tidak anti berkelompok (Hizb). Salah satu kelompok yang terkenal dari jalur ini adalah Ikhwanul Muslimin

Jadi yang berselisih adalah diantara jalur pertama dengan jalur kedua dari pengikut Ibnu Taimiyyah
Contohnya lihatlah fatwa ketua Lajnah Daimah, Ulama Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (Salafi Wahabi) tentang Ikhwanul Muslimin
Kita dapat pula mengambil pelajaran dari perselisihan antara Ustadz Askari (Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal) dengan Ustadz Firanda

Kita dapat pula mengambil pelajaran dari perselisihan antara Ust Ja’far Umar Thalib dengan ust Abu Bakar Baasyir

Ust Ja’far Umar Thalib, ulama yang berupaya kembali (ruju) ke Salafi Wahhabi setelah menjalani Salafi Haraki atau Salafi Jihadi dengan laskar jihad
Tanggapan ulama Salafi Wahabi terhadap rujunya beliauhttp://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=1706
Ust Abu Bakar Baasyir adalah Salafi Haraki atau Salafi Jihadi

Begitupula kita dapat mengambil pelajaran dengan permasalahan di Somalia
Sebagaimana diketahui, setelah Syarif diangkat menjadi pemimpin Somalia pada Januari 2009 lalu, faksi pejuang Somalia terbagi menjadi dua, antara pendukung dan penentang.
Sebagian kelompok Mahakim Al Islami, yang dipimpin oleh Syeikh Abdul Qadir Ali Umar, Harakah Al Ishlah (Ikhwan Al Muslimun), Harakah Tajammu’ Al Islami dan Jama’ah Ahlu Sunnah wa al Jama’ah adalah 4 faksi menyatakan dukungan kepada Syarif.
Sedangkan Harakah As Syabab Al Mujahidin serta Al Mahakim Al Islami wilayah Asmarah, Al Jabhah Al Islamiyah serta Mu’askar Anuli, yang bergabung dalam Hizb Al Islami.
Syeikh Syarif sebagai kepala pemerintahan transisi menegaskan, “Islam adalah dasar dalam setiap gerak pemerintah Somalia.” Akan tetapi Syeikh Syarif menolak pemikiran Syabab Mujahidin yang menurutnya masih jauh dari konsep Islam ideal.
Tampaknya permasalahan di Somalia selain menghadapi campur tangan pihak asing juga permasalah internal dalam Somalia yakni perbedaan pemahaman terhadap syariat Islam.
Selengkapnya telah diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/08/29/belajar-dari-somalia/

Kami dari mayoritas kaum muslim bermazhab hanya dapat berupaya mengingatkan mereka.
Semua terpulang pada kemauan dan kesadaran mereka sendiri untuk menegakkan Ukhuwah Islamiyah.




3.      pada 9 November 2011 pada 3:51 pm | Balas  andi
bagaimana mungkin anda mengatakan yang bercerai berai itu bersatu?!
benar-benar rusak “mata” anda zon, tidak bisa lagi membedakan dan menilai dari fakta yang ada.
brp jumlah aliran tarekat / tasawuf & kelopok yang memakai merk ISLAM?! inikah yang anda nilai tidak bercerai berai?!
beginilah rusaknya fikiran anda zon, membuat anda menanggapi sesuatu yang Bathil sebagai sesuatu yg HAQ,
Al Qur’an yang ada pada anda dikemanakan zon?! apa cuma jadi pajangan?!
—-
zon menulis:
“tidak ada yang bercerai berai jika mereka bersatu dalam pemahaman pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab”

—-
adakah janji dari Allah dan Rasul Nya, shg anda dengan sangat berani menulis spt itu?

Coba buka dan pelajari lagi Al Qur’an zon, jgn sekedar nyari pahala kalo baca Qur’an. Ngerti perintah “BACA” dari Allah gak?



o        pada 9 November 2011 pada 10:43 pm | Balas  mutiarazuhud
Mas Andi, tharekat ataupun kelompok uang memakai “merk” Islam hanyalah jama’ah minal muslimin. Mereka bukanlah firqoh atau sekte atau sempalan
Firqoh, sekte atau sempalan adalah mereka yang memisahkan diri dari pendapat / pemahaman jumhur ulama adalah yang dikatakan oleh Rasulullah sebagai “orang-orang muda”, mereka bagaikan “meluncurnya anak panah dari busurnya”. Silahkan baca uraian kami pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/15/orang-orang-muda/
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar