Pada hakikatnya tugas utama ulama / ustadz / guru adalah menghantarkan murid / kaumnya untuk mengenal Allah Azza wa Jalla
“Awaluddin makrifatullah”, awal beragama adalah mengenal Allah Azza wa Jalla (ma’rifatullah).
Mengenal diri itu adalah “anak kunci” untuk Mengenal Allah.
MAN ‘ARAFA NAFSAHU FAQAD ‘ARAFA RABBAHU
(Siapa yang kenal kenal dirinya akan Mengenal Allah)
Firman Allah Taala yang artinya
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?“ (QS. Fush Shilat [41]:53 )
Dengan mengenal Allah dan mengenal diri kita yang terdiri dari jasmani dan ruhani maka kita berjalan di muka bumi ini dengan berakhlak baik di hadapan Allah Azza wa Jalla dan berakhlak baik dengan ciptaanNya yang lain karena kita sudah mengenal dan meperlakukan akal, hati dan hawa nafsu yang merupakan unsur ruhani dengan baik sehingga dengan hati dapat mendengar, memahami, melihat Allah Azza wa Jalla dan berjalan menuju kepada Allah Azza wa Jalla.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya “maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. ” (QS Al Hajj [22]:46 )
Akhir beragama adalah berakhlak baik, berakhlakul karimah atau menjadi muslim yang sholeh (sholihin) atau muslim yang Ihsan (muhsin/muhsinin)
Rasulullah menyampaikan yang maknanya “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).
Akhlak yang baiklah yang menyebabkan segala sikap dan perbuatan kita merupakan amal kebaikan
Amal-amal kebajikan sarat dengan nilai-nilai kebenaran
Apakah yang disebut nilai-nilai kebenaran ?
Allah Azza wa Jalla mengajari manusia melalui rasul-Nya di dalam al-Qur’an (yang diwahyukan) tentang kebenaran.
Segala hal yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah mengandung kebenaran (haq).
Maka, setiap amal yang merujuk kepada ayat-ayat Allah, amal itu mengandung nilai-nilai kebenaran!
Jika setiap melakukan dan menjauhi perbuatan (amal), sebagaimana menjadi perintah dan larangan Allah, maka perbuatan tersebut pasti benar!
Jadi, nilai-nilai kebenaran adalah seluruh sikap dan perbuatan yang sesuai atau tidak berseberangan dengan ayat-ayat Allah dan perkataan Rasulullah
Begitu juga dalam perkataan!
Seseorang telah berkata-kata, baik lisan maupun tulisan, apabila memuat perkataan yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an, berarti perkataannya mengandung nilai-nilai kebenaran. Perkataannya sejalan dengan ayat-ayat al-Qur’an.
Perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengandung kebenaran karena perkataan dan perbuatannya adalah mengikuti sebagaimana petunjuk Allah! Seorang rasul (utusan) pasti tidak beda dalam perkataan dan perbuatannya dengan Yang Mengutusnya. Perkataan dan perbuatan nabi adalah perkataan dan perbuatan Allah!
Pendapat seseorang belum tentu mengandung nilai-nilai kebenaran! Pendapatnya sebatas pemikirannya! Selama perkataan seseorang merupakan hasil suatu analisa dan dapat dibuktikan kebenarannya sebagaimana ayat-ayat Allah atau hadits Nabi, yang dapat dibuktikan kebenarannya, maka dapat dikategorikan memuat nilai-nilai kebenaran! Perkataannya sejalan dengan ayat-ayat Allah!
Bagaimana dengan perkataan para ahli hikmah?
Adakah mengandung nilai-nilai kebenaran?
Ahli Hikmah adalah seseorang yang telah mendapatkan anugerah Allah pemahaman mendalam tentang al-Qur’an dan as-Sunnah. Pemberian anugerah Allah adalah hal lain di luar kebanyakan manusia pada umumnya! Allah Azza wa Jalla menganugerahkan kepadanya atas dasar kebijaksanaan-Nya untuk menjadi pelajaran bagi kebanyakan manusia. Perkataannya adalah bukan pendapatnya! Perkataannya adalah pesan-pesan yang diberitakan dari dalam hatinya!
Hati bukanlah akal, tetapi sebuah wadah yang menyimpan nilai-nilai kebenaran. Maka, perkataan Ahli Hikmah bukan atas dasar analisa, melainkan luncuran pesan-pesan yang berasal dari Yang Memiliki wadah itu (hati), yaitu Allah! Ahli Hikmah tentu saja bukan nabi-Nya!
Sekali pun bukan nabi-Nya, Ahli Hikmah penerus nabi-Nya untuk menyampaikan pesan-pesan kebenaran. Semua perkataannya bukan pemikirannya, tetapi Allah Azza wa Jalla memberinya pengetahuan mendalam tanpa harus membaca, merujuk, menyandarkan pendapat para ahli (‘ulama) kecuali al-Qur’an dan sabda nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam. Ulasannya datang dengan sendirinya dari hati, bukan dari otaknya. Karena itu, dia tidak pernah merencanakan atau membuat outline ketika akan menulis! Tulisannya seketika terjadi bila muncul petunjuk untuk menulis!
Perkataan Ahli Hikmah merupakan anugerah Allah! Allah Azza wa Jalla berfirman, “Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Qur’an dan as Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (QS al-Baqarah [2]:269).
Para wali Allah adalah Ahli Hikmah, tetapi tidak semua Ahli Hikmah adalah wali-Nya! Ketentuan tentang siapa di antara mereka adalah wali-Nya, hanya Allah Yang Maha Memiliki Kekuasaan. Yang pasti Ahli Hikmah yang ditunjuk ayat al-Qur’an di atas adalah kaum mu’min yang akalnya tunduk dan patuh hanya kepada Allah Azza wa Jalla!
Allah Azza wa Jalla menganugerahkan al-Hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Keputusan Allah Azza wa Jalla adalah ketetapan-Nya! Dia Maha Kuasa atas semua yang dikehendaki-Nya! Bagi-Nya sangat mudah untuk berbuat sebagaimana kehendak-Nya! Pikiran manusia hanya sebatas mengetahui dari yang dapat dijangkau oleh kemampuan intelegensinya. Oleh karena itu, berpikir tidak menjadikan orang yang menggunakannya dapat memahami isi yang dikandung di dalam al-Qur’an. Allah SWT hanya menganugerahkan pemahaman terhadap ayat-ayat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, yaitu orang-orang yang memperoleh al-Hikmah, yang akalnya tunduk dan patuh kepada-Nya!
Jadi perkataan yang pasti benar adalah firman Allah Azza wa Jalla dan perkataan Rasulullah shallallahu alaihi serta perkataan ahli hikmah yang akalnya tunduk dan patuh kepada-Nya!
Sedangkan perkataan kami baik lisan maupun tulisan bisa benar dan bisa pula salah.
Untuk itulah, di hari kemenangan, di hari ruhani telah terlatih mengendalikan jasmani, kami menghaturkan Minal Aidin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan bathin
Malulah kita dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang kelak memanggil “ummati …. ummati … ummati” sedangkan kita dapat melihat sesama yang telah bersyahadat (muslim) berselisih dan saling memanggil dengan panggilan yang buruk seperti, ahlul bid’ah, kuburiyyun, hizbiyyun, kadzdzab (pendusta), sesat, bahkan kafir dan panggilan-panggilan buruk lainnya
Perbedaan pemahaman adalah kehendak Allah Azza wa Jalla. Sedangkan berselisih adalah perbedaan pemahaman yang diikuti oleh hawa nafsu
Sekali lagi, Minal Aidin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan bathin.
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
2 Tanggapan
salamualikum .mas zon tulisan2nya keren dan terarah. ane ingin ktm bwt silaturahmi dunk dgn mas zon. ane di kota bogor. salam shofwan
mutiarazuhud
Walaikumsalam, silahkan mas shofwan jika memungkinkan untuk bersilaturahim.
=====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar