Potret Salafiyyah

Banyak pihak melalui email, milis, forum yang menanggapi tulisan saya sebelumnya
Mereka sebagian besar menanyakan metode pengkajian yang telah saya lakukan terhadap metode pengajaran Salaf(i)  atau paling tidak, sumber atau buku mana saja yang saya pergunakan dalam pengkajian. Untuk mengetahui beberapa sumber pustaka silahkan merujuk ke blog sayahttp://mutiarazuhud.wordpress.com disana ada beberapa tercantum buku-buku yang saya pergunakan.
Namun kali ini saya akan menuliskan fakta kondisi global dunia muslim, khususnya  potret kaum Salaf(i) yang merupakan hasil pengkajian saya selama ini.  Semoga bermanfaat.
Sebelumnya mari kita bersama ulangi ucapkan “Bismillaahirrahmaanirrahiim”.
Kita samakan persepsi terlebih dahulu dengan apa yang dinamakan ulama sezaman salaf dan membedakannya dengan ulama wahabi atau salaf(i).
Salaf menurut para ulama adalah sahabat, tabi’in (orang-orang yang mengikuti sahabat) dan tabi’ut tabi’in (orang-orang yang mengikuti tabi’in). Tiga generasi awal inilah yang disebut dengan salafush sholih (orang-orang terdahulu yang sholih). Merekalah tiga generasi utama dan terbaik dari umat ini, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya kemudian generasi sesudahnya lagi.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi ‘Ashim, Bukhari dan Tirmidzi).
Sezaman dengan generasi terbaik yakni sebelum 300 Hijrah,  Ulama yang kita kenal sebagai  Empat Imam Madzhab
Imam Hanafi (lahir 81H, wafat 150 H)
Imam Malik bin Anas (lahir 83H, wafat 179 H)
Imam Syafi’i  (lahir 150 H, wafat 204 H)
Imam Ahmad bin Hambal (lahir 162H, wafat 241 H)
Ulama salaf(i) adalah ulama yang “mengaku” bersandar / bermanhaj kepada ulama salaf.
Diawali oleh Syaikh Ibnu Taimiyah (lahir 661 H, wafat 724 H) diikuti oleh Syaikh Ibnu Qoyyim Al-jauziyah dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab (1115H  – 1206H).
Kita setuju bahwa umat muslim harus bersandar pada salaf.
Namun bukan berarti kita diharuskan bersandar pada ulama salaf(i) !
Mana yang lebih dahulu kehidupannya, apakah ulama salaf(i) atau empat imam madzhab ?
Banyak saudara-saudara muslim kita dalam pengajian, jama’ah minal muslimin atau pondok pesantren bersandar pada salaf namun  bukan bersandar pada ulama salaf(i) atau dengan kata lain mereka bukan Salaf(i).
Mereka dalam pengkajian memakai rujukan Al-Qur’an dan Tafsir, Hadist-Hadist dan Syarahnya. Kitab-Kitab Fiqih empat madzhab, Kitab-Kitab Ushuluddin, Kitab-Kitab Tasawuf, Kamus-Kamus, dll
Umat Islam sekarang ini dalam belajar agama sebagian mau serba instan.
Mereka mau bersandar pada salaf atau bermanhaj salaf namun sejatinya adalah bersandar pada ulama salaf(i) atau paling tidak mereka membaca karya-karya tulis ulama salaf(i) dan sekali-kali memeriksa ayat-ayat yang dicantumkan pada karya-karya tulis ulama salaf(i) dengan Al-Qur’an dan Hadits. Selebihnya kadang-kadang mereka tidak memeriksa kembali dan percaya saja dengan ulama salaf(i).
Inilah bahayanya !
Pada saat kita berulang-ulang memeriksa pada Al-Qur’an dan Hadits bahwa apa yang dituliskan itu benar adanya dan kemudian lengah, maka selanjutnya apapun perkataan / pendapat ulama salaf(i), kita menerimanya sebagai kebenaran.
Inilah yang disebut indoktrinasi atau cuci otak ! Saya tidak mengatakan bahwa semua perkataan ulama Salaf(i) itu keliru namun saya hanya menganjurkan untuk selalu merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits. Jangan lengah !
Ulama-ulama Salaf(i) mengatakan bahwa akal tunduk kepada Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sebagian pengikut ulama-ulama Salaf(i) menundukkan akal pula terhadap semua perkataan / pendapat ulamanya
Indoktrinasi dari ulama salaf(i) yang saya tidak sepahaman diantaranya adalah bahwa empat imam madzhab (dengan rendah hati) mengatakan jikalau pendapat/perkataan mereka keliru maka kembalilah pada Al-Qur’an dan Hadist.
Para ulama salaf(i) mengatakan  “Imam-Imam Madzhab melarang dan mewanti-wanti orang lain agar tidak taqlid kepada mereka dalam beragama. Dan mereka memerintahkan orang lain agar mengkonfirmasi perkataan mereka dengan nash-nash kitab Allah dan sunnah Rasululla Saw. Jika cocok, maka hendaklah dilaksanakan, dan jika tidak cocok maka hendaklah di campakkan”
Perkataan ulama-ulama salaf(i) ini benar adanya namun seolah-olah mereka mengatakan bahwa perkataan-perkataan Imam-imam Madzhab banyak yang dicampakkan dan perkataan-perkataan mereka yang dilaksanakan. Sehingga sebagian pengikut-pengikut ulama salaf(i) keliru menjadi anti-madzhab.
Dalam karya-karya tulis ulama Salaf(i) ada kemungkinan indoktrinasi, memasukkan pendapat / perkataan Syaikh-Syaikh yang sesuai “kepentingan” diantara dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits sehingga pengikut-pengikut Salaf(i) terbagi dua “kepentingan” besar yakni,
Kelompok pertama, Syaikh-syaikh yang menghasilkan pengikut Salaf(i) yang berkeras untuk berjihad, berperang melawan orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.
Kelompok kedua, Syaikh-syaikh yang menghasilkan pengikut Salaf(i) yang taat kepada penguasa muslim asalkan masih sholat walaupun bersekutu dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.
Kelompok pertama mengatakan kelompok kedua “murtad”
Kelompok kedua mengatakan kelompok pertama “sesat”
Kedua kelompok inipun dimanfaatkan oleh “mereka” yakni orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik.
Kelompok pertama dimanfaatkan “mereka” untuk alasan berperang dan kepentingan “mereka” membunuh saudara-saudara muslim kita.
Sedangkan kelompok kedua digunakan untuk menumpuk kekayaaan dengan mengeruk hasil sumber daya alam, minyak bumi dari negeri penguasa-penguasa  yang bersekutu dengan “mereka”. Selanjutnya kekayaan yang didapat digunakan untuk membiayai peperangan dengan kelompok pertama.
Sehingga secara tidak langsung kita sesama muslim saling membunuh. Naudzubillah Min Zalik.
Nyatalah peringatan Allah dalam firmanNya, yang artinya
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” (Al Maaidah: 82).
Untuk saudara-saudara muslim yang bersekutu dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik, ingatlah firman Allah yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman,  janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” ,  (Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (Ali Imran, 119)
Inilah potret salaf(i) sesungguhnya, keadaan dunia muslim saat ini. Semoga dengan potret ini kita dapat mengetahui kondisi global sesungguhnya dan membuat kita bersatu menegakkan ukhuwah Islamiyah sehingga kita tidak diperdaya atau dicerai-beraikan oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.
Apa yang dikerjakan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah dkk adalah apa yang disebut dengan modernisasi agama. Modernisasi agama adalah isu yang dihembuskan oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik.
Menurut alm. K.H. Siradjuddin Abbas, bagi kita sesungguhnya tidak menolak seluruh modernisasi. Modernisasi dianjurkan untuk bidang-bidang keduniaan yang belum ada aturannya dari Allah dan Rasul. Namun dalam soal kegamaan, soal syariat, soal ibadah, soal i’tiqad (aqidah) maka kita menolak sekuat-kuatnya akan modernisasi. Agama adalah dari Allah dan Rasul, kita wajib menerima bagaimana adanya, sebagai yang diajarkan Rasulullah.
Nabi Rasulullah bersabda: “Dari Anas bin Malik Rda, beliau berkata, Rasulullah telah bersabda: Apabila ada sesuatu urusan duniamu maka kamu yang lebih tahu, tetapi apabila dalam urusan agamamu maka Saya yang mengaturnya”. (HR Imam Ahmad bin Hanbal).
Agama tidaklah mengikuti zaman tetapi sebaliknya zaman yang harus tunduk kepada agama.

Kalau agama dimodernisir dan disesuaikan dengan zaman maka akibatnya agama itu akan hapus dengan sendirinya, karena tuntutan zaman itu berobah-obah terus dan agama akan berobah pula sesuai dengan zaman itu.
Marilah kita menjadi muslim yang terbaik dimana dapat mencapai tingkatan sseolah-olah melihat Allah atau paling tidak mencapai tingkatan yang  meyakini  bahwa Allah melihat seluruh perbuatan kita.
Sehingga sebelum melakukan perbuatan dapat merujuk pada Al-Quran dan Hadits, karena sesungguhnya kita diciptakan Allah, semata – mata untuk  menyembah Allah.

5 Tanggapan
sebenarnya arah tulisan diatas itu apa ya?
Apakah tulisan diatas ini merupakan kritik thd ulama-ulama salaf ataukah kritik thd umat islam yg taklid thd mereka ataukah luapan kekecewaan penulis karena ulama-ulama salaf menolak ilmu tasawuf?




pada 14 April 2010 pada 12:04 pm | Balasmutiarazuhud
Tulisan ini kritikan untuk ulama-ulama salafi atau salafiyyah bukan ulama salaf !



Rupanya saudara al farizi keburu emosi sebelum membaca dan menelaah dengan sungguh sungguh tulisan diatas. jaman sekarang “ulama” yg tampil diumum kebanyakan “ulama” yg menjual ayat ALLAH SWT dengan murah. lalu yg mana ulama salaf? bacalah lagi tulisan diatas dengan hati yg dingin. setahu saya ciri ulama salaf yaitu tdk akan mau menerima materi dari tamu yg minta tolong karena dia mempunyai harga diri yg sangat tinggi dan rendah hati, bisa menghidupi keluarganya dgn cara yg halal walau hidupnya sederhana. tdk memberi benda utk dikeramatkan selain doa dan nasehat. tasawuf yg murni tdk akan pernah didapat manusia selain dari anugerah dan ridho ALLAH SWT.



Anda menyuruh saya untuk berpedoman pada qur’an dan hadits jangan mengekor pada ulama salafi karena bisa saja keliru.
Tapi anda tidak sepaham dengan ulama salafi yang menyuruh umat untuk kembali berpedoman pada qur’an dan hadits kalau seandainya terdapat kesalahan para imam mahdzab.



Alhamdulillah, saya beruntung menemukan blog ini.. Isi blog ini insya Allah telah menambah wawasan saya dlm menajamkan pikiran dan mengasah akal saya.. Saya sependapat dgn akhi..krn Allah memerintahkan kita utuk berpikir dlm menerima pelajaranNya. BUKAN mengekor / menelan mentah2 apalagi “meyakini” apa yg diucapkan org2 jaman sekarang yg mengaku mengerti agama scr mendalam TANPA “mengechek & me-recheck” dr dirinya sendiri melalui Al Qur’an sbg dalil yang kuat, dibantu As sunnah yg menjelaskan juga dr bbrp sumber2/buku2 yg bs dipercaya sbg referensinya.
Saya yg sdg proses belajar memahami agama yg diridhai Allah ini, kdg bingung thd org2 yg sll menulis di comment di Facebook “saya dengar dan saya patuh” stelah mrk mbaca artikel seseorang/kelompok yg penuh dgn dalil2 dr hadits shahih, dan lsg mrk mengekor & “MENGANGGAP” tulisan itu merupakan sebuah kebenaran, TANPA hrs susah payah & melakukan “check & recheck”. Parahnya lg, si penulis itu mengajak para pembacanya pada sebuah kebenaran sesuai dgn Al Qur’an/hadits shahih DAN mempengaruhi (“mengajak”) si pembaca mengecam bahkan “menghujat” org lain/kelompok yg menentang ide si penulis.. Astaghfirullah Ya Ghafuur..
Bukankah kebenaran adalah HAK MUTLAK Al Haqq? dimana Allah sendiri yg menghujamkannya ke dalam hati setiap hamba2Nya yg benar2 mau belajar & berpikir dgn akal yg sehat? Alangkah lebih baiknya bila si penulis mengajak si pembaca utk membuka pikirannya dgn dalil yg kuat sbg dasar dukungannya dan merasakannya melalui hati mrk utk mengkaji tulisannya tanpa berambisi utk mendukung tulisannya? Sepengetahuan saya, bila kepentingan pribadi mendominasi seseorang , maka kepentingan Allah menjadi nomor dua..
Semasa rasulullah masih hidup dan menjelaskan sesuatu, banyak pengikutnya mengucapkan “saya dengar dan saya patuh”, krn mmg tak perlu lg DIRAGUKAN apa yg dikatakan rasulullah & mrupakan kwajiban pgikutnya utk mngatakan “saya dengar dan saya patuh”. TAPI di jaman sekarang ini, dgn teknologi serba canggih, dgn keduniaan (materi) yg semakin kuat lewat pengaruh dr media cetak & elektronik, dgn keinginan orang2 yg maunya serba mudah & instant dlm pemenuhan kbutuhan mrk, ditambah lagi ada individu2 (kelompok/golongan) yg mengerti agama yg menganggap bhw mrk lah yg benar & selain dari kelompok mrk adalah salah dan sampai berani mengatakan sesat!
SALAH KAPRAH nya lg adalah, mrk yg menjadi pengikutnya bangga ketika telah mjd anggotanya, kemudian ikut2an menyalahkan yg bukan kelompoknya.. Setiap ketuanya mngatakan sesuatu, mrk membenarkannya tanpa m’cerna kembali dgn akal pikiran mrk & merasakan dgn akal sehat yg ada di hati. Mrk hanya mengekor & patuh saja pd apa yg diperintahkan si ketua.. BAHKAN membela sepenuh jiwa & raga ketika ketua/kelompoknya dikecam/dihina. Bukankah ini yg namanya “CUCI OTAK”? Wallahu..
Bukankah umat islam itu satu? Bukankan sesama umat itu saling bersaudara, saling menasehati, saling mengajak kpd kebenaran sesuai dgn Al Qur’an & As sunnah TANPA harus memaksa apalagi mengecam org lain yg “DIANGGAP” nya salah menurut persepsi/kaca mata mrk. Bukankah manusia tempatnya sgl kesalahan dan Allah tempatnya sgl kebenaran? Kembalikan saja segalanya kpd Allah jika kita melihat saudara kita berbuat salah dgn mendoakannya agar Allah mbuka hatinya & mberikan petunjukNya.. TANPA hrs menambah kotornya hati kita dgn lisan yg mengecam, menghina apalagi menghujat saudara kita yg sdg khilaf.
Sepengetahuan saya, ada tingkatan dlm bljr memahami agama & adalah HAK PREROGATIF ALLAH semata yg memberikan pmahaman pd stiap hambaNya yg mau b’pikir & mau mnerima pelajaranNya.. BUKAN MENGEKOR. Pemahaman adalah sebuah “PROSES”, & Allah sendiri yg tahu sampai dmn kemampuan & kesiapan seseorg utk menerima pelajaranNya. Semoga kita bs bersabar & saling mnetapi dlm ksabaran, serta bdoa agar Allah memperkuat kesabaran kita.. BUKANKAH Allah sll bersama hamba2Nya yg sabar.. Biarlah kita tdk dihargai org lain bahkan dihina sekalipun, ASAL Allah tdk menghina kita.. Sebegitu pentingkah kita mengejar penilaian & penghargaan org lain kpd kita?
Bukankah org yg mengerti agama TAHU bhw Allah saja yg berkuasa utk memuliakan & merendahkan derajat hamba2Nya.. & BUKAN manusia yg sering dikuasai ambisi, yg sering tertipu dgn kulit luar, yg suka mengekor pd apa yg dianggapnya benar tanpa mau bersusah payah utk check & recheck Al Qur’an dan As sunnah, serta membuka sendiri literatur2 dr sumber yg bs dipercaya..
Ya Ghafuur ampunilah sgl dosa2 kami. Bukalah hati&pikiran kami Ya Fattaah.. Tuntunlah kami Ya Haadii, hamba2Mu ini yg sdg belajar memahami agamaMu menuju jalanMu yg lurus & benar.. menuju cahayaMu Ya Nuur dan perkuatlah kesabaran kami Ya Shabuur.. Limpahkanlah kebaikan dlm kehidupan kami di dunia & di akhirat serta lindungilah kami dari siksa pedih api nerakaMu.. Amiin Ya Mujiib Ya Rabbal ‘Aalamiin..
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar