Jika mereka tidak sepemahaman, mereka bukanlah orang musyrik
Sebagian mereka yang berpemahaman bahwa Nabi Muhammad SAW seorang manusia biasa, juga kemungkinan berpemahaman bahwa tongkat itu lebih berguna daripada Muhammad SAW, karena tongkat bermanfaat, bisa dipakai untuk memukul ular, sedang Muhammad SAW telah wafat dan tidak ada sedikitpun kemanfaatan yang tersisa darinya.
Oleh karenanya jika seorang muslim ketika berziarah ke makam Nabi SAW, dan sedikit berlama disitu untuk bersholawat dan berdoa, membelakangi Ka’bah maka segeralah laskar-laskar wahabi melarangnya dengan asumsi mencegah perbuatan syirik (berdasarkan pemahaman mereka) dan pemahaman mereka bahwa Nabi Muhammad SAW seorang manusia biasa dan telah wafat.
Benar-benar sebuah kesalahpahaman yang luar biasa.
Cobalah lihat situs-situs sejenis inihttp://abufahmiabdullah.wordpress.com/2010/07/26/nabi-maupun-wali-adalah-manusia-biasa-tidak-berhak-disembah/
Perhatikan kesimpulan mereka bahwa, “setiap orang akan bertanggung jawab masing-masing di hadapan Allah Ta’ala, maka janganlah seseorang bergantung kepada manusia yang lain. Karena sesungguhnya seluruh manusia itu tidak akan dapat memberikan manfaat dan madhorot, kecuali sekadar apa yang telah Allah tetapkan. Begitu pula dengan para rasul, manusia yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah Yang Maha Kuasa, mereka tidak dapat berbuat apapun terhadap kekuasaan Allah Ta’ala“.
Mereka seolah tidak mempercayai bahwa seorang muslim dapat memberikan manfaat (menolong) muslim lainnya dengan cara memohonkan ampunan untuk muslim lainnya.
Firman Allah, yang artinya, “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)“. (QS al Maaidah [5] : 55 )
‘…. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya diri, mereka datang kepadamu lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun kepada Allah SWT untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.’ – ( QS An-Nisa [4]: 64 )
Selengkapnya, bacalah tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/08/02/mohonkan-ampunan/
Yang dilarang oleh Allah adalah memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrik, sebagaimana firmanNya yang artinya
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam” (QS at Taubah [9]: 113).
Bagi saya, seorang yang telah mengucapkan syahadat adalah seorang muslim dan bukan orang musyrik walaupun muslim itu telah berdosa.
Jadi jika ada seorang muslim yang berdosa (menganiya diri), meminta pertolongan kepada seorang ulama, syaikh, wali Allah, untuk memohonkan ampunan kepada Allah, tentu tidak menyalahi firman Allah yang artinya,
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (QS al fatihah: 5)
Tentu ketika ulama, syaikh, wali Allah yang memohonkan ampunan bagi muslim yang berdosa itu, terlebih dahulu memberikan nasehat dan petunjuk kepada yang meminta seperti petunjuk untuk bertobat.
Suatu kesalahpahaman mereka yang besar lainnya adalah menganggap / menilai bahwa muslim yang mendalami tasawuf, asya’riah dan muslim lainnya yang tidak sepamahaman dengan mereka adalah termasuk orang musyrik
Lihatlah
Ini cuplikannya,
Para pengikut ajaran wahabi adalah kelompok yang sangat membencikan orang-orang sufi dan mengkafirkan mereka, mereka menganggap bahwa orang -orang sufi menyembah kuburan-kubura wali sehingga halal darahnya di bunuh, pemahaman ini bersumber dari aqidah merea yang menyatakan bahwa tauhd itu terbagi kepada tiga bahagian, tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, tauhid asma` dan sifat, orang-orang sufi hanya percaya dengan tauhid rububiyyah dan tidak menyakini tauhid uluhiyyah, sebab itulah mereka kafir dan boleh di bunuh, bahkan mereka mengatakan bahwa orang-orang kafir qurasy lebih bagus tauhidnya daripada orang-orang sufi.
Juga ada wahabi yang beranggapan orang-orang tua muslim terdahulu (mungkin termasuk orang tua mereka sendiri), ulama-ulama terdahulu baik yang sudah meninggal atau masih ada, yang tidak sesuai dengan pemahaman mereka adalah orang-orang musyrik.
Umumnya mereka menganggap sebagai orang musyrik karena (berdasarkan pemahaman mereka) muslim-muslim yang lain, diliputi perbuatan bid’ah, tahayul dan kurafat. Muslim-muslim yang hanya bertauhid Rububiyah. Inilah kemungkinan maksud mereka membagi tauhid menjadi tiga, agar muslim lainnya yang tidak sepemahaman dengan mereka, dapat dimasukkan kedalam kelompok yang bertauhid Rububiyah saja.
Mereka meyakini bahwa pemahaman mereka diatas hadits-hadits yang shahih dan pemahaman yang mereka dapati dengan ilmu yang otentik walaupun mereka hanya mempelajari atau memahamai dari tulisan atau literatur semata. Ulama-ulama merekapun dapat menshahih sebuah hadits walaupun hidup mereka lebih kemudian.
Mereka dikenal sebagai kaum yang tidak mau memahami lebih dalam tentang Ihsan (akhlak/tasawuf) atau ulama-ulama mereka secara tidak sadar mendangkalkan ajaran agama Islam dengan mengingkari salah satu pokok ajaran agama Islam yakni tentang Ihsan (akhlak/tasawuf) sebagaimana yang disampaikan perantara malaikat Jibril.
Dengan adanya pendangkalan ajaran agama Islam tersebut, kita menjadi paham kaum mereka “membatasi” ajaran Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, sebatas apa yang bisa mereka pahami.
Sehingga umat muslim lainnya yang berbeda pemahaman dengan pemahaman kaum mereka dianggap “diluar” ajaran Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam atau seolah-olah “penambahan” ajaran Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam atau dengan kata lain apa yang mereka sangka sebagai bid’ah.
Mereka yakin apa yang mereka pahami atau pemahaman mereka adalah sebagaimana pemahaman Salafush Sholeh sehingga mereka memberi nama atau mengatasnamakan manhaj mereka adalah manhaj salaf atau kita kenal dengan salaf(i) atau wahabi
Itulah yang saya telah uraikan dalam tulisan kesalahpahaman tentang pemahaman
Wassalam
Zon di Jonggol
16 Tanggapan
pada 8 Agustus 2010 pada 8:04 am | Balassunan
Tulisan yang tidak bermutu.
Tidak nyambung antara argumentasi dan dalil.
memang, antara yang haq dan batil itu telah jelas.
Tulisan batil dan tidak bermutu ini dalilnya “tidak nyambung”.
namanya juga sufi lawannya sunni (ahlusunnah),
Sufi adalah agama yg bersumber dari mimpi para imam tasawuf, yang sebelumnya mereka bersemedi, mengaku berjumpa dengan Alloh, kemudian membuat syariat baru, sholawat baru, amalan baru (zikir ribuan kali).
Sufi bukanlah sunni atau ahlusunnah. Ahlusunnah menyandarkan seluruh amalan sesuai dengan yang dicontohkan nabi saw dan para sahabat. (Dalil)
Indonesia ini 90% adalah mengikut sufi, ratusan torekot sufiah yang sesat dan menyesatkan tersebar di bumi persada. Amalan tiap thorekot berbeda2 tergantung pada “MIMPI” sang imam pembuat agama thorekot sufiah.
Sufi menyandarkan amalan bukan dari DALIL, tapi baik buruk menurut sang mursyid/wali/habib/orang yang berhak membuat syariat baru.
Sufi di indonesia telah berhasil membuat ayat baru bernama “YASIN FADHILAH”. Ayat baru ini konon mempunyai keutamaan yang melebihi ayat aslinya yaitu “YASIN”, inilah bukti “PRESTASI KESESATAN” sufi indonesia. Firman Alloh swt pun dirubahnya, Alloh swt pun ditandinginya.
masih pengen sesat, IKUTILAH TASAWUF, dijamin SESAT.
pada 8 Agustus 2010 pada 12:44 pm | Balasmutiarazuhud
Terima kasih atas penilaiannya.
Silahkan baca pula tulisan lainnya tentang kesalahpahaman
Tentang Tasawuf, http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/07/20/tasawuf-dalam-islam/
Tentang Generasi Terbaik,http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/07/24/generasi-terbaik/
Tentang Manhaj Salaf,http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/07/26/salahpaham-pemahaman/
pada 8 Agustus 2010 pada 3:28 pm | Balassunan
Saya udah baca artikel link diatas, maaf kurang bermutu pak.
Saya mau tanya, kenapa anda tidak tulis artikel tentang “SYIRIK” sebagai bahaya terbesar umat ini, apalagi bangsa indonesia yang secara sejarah adalah mantan penganut Hindu dan Budha. Penuh dengan klenik, perdukunan, penyembahan pada kuburan dsb.
Ibadah yang anda tulis harus dengan ikhlas dan ihsan itu betul sekali, tapi apa gunanya kalau masih bergelimang kesyirikan seperti sebagian besar kamu muslimin di indonesia.
Kenapa anda tidak buat artikel tentang “KESYIRIKAN” pak, takut berbenturan dengan teman-teman anda ya?, atau takut di cap sebagai wahabi? atau takut blog anda tidak laku? atau justru anda ngga peduli dengan fenomena kesyirikan di negeri kita? tidakkah anda tahu bahwa banyak masarakat kita membisikkan keinginannya di kuburan wali/habib? apakah anda tutup mata?
atau anda takut di kecam oleh link blog anda yang sebagian besarnya para pemuja kuburan?
pada 8 Agustus 2010 pada 6:55 pm | Balasmutiarazuhud
Astaghfirullah, mengapa antum menilai bahwa sebagian besar kaum muslimin di Indonesia masih bergelimang kesyirikan. Bagaimanakah antum sendiri di hadapan Allah ? sudah amankah antum dengan keimanan sekarang ini ?
Juga Antum belum paham membedakan pemuja kuburan dengan ziarah kubur
pada 8 Agustus 2010 pada 9:41 pm | Balassunan
pak, kita tidak perlu menyembunyikan kondisi masyarakat kita. Di lingkungan saya tinggal (cirebon) yang dikenal sebagai kota wali, fenomena kesyirikan begitu nyata, diantaranya :
- upacara munggah suwunan, ketika akan membangun atap rumah, bikin tumpeng, bagian atas ditaruh di atap rumah, kemudian dililit bendera merah putih. jika tidak akan mendapat musibah (tolak bala). mereka meyakini ada kekuatan lain yang ditakuti dan harus diibadahi selain Alloh swt, ini jelas syirik.
- Upacara 7 bulan kehamilan, dengan berbagai keyakinannya (aqidah) yang bukan dari islam, gambar wayang, bendera, dll, yang aneh2, jika tidak dilakukan takut terkena musibah.
- sedekah bumi, laut, makam, dengan berbagai keyakinan dari hindu dan budha.
- Tahlilan hari 1s/d 7 kematian, roh masih berada di rumah, s/d hari ke 40 ada di atap, hari ke 100 di halaman, 1000, haul dan haul (ulang tahun kematian). ini jelas suatu keyakinan yang batil, jika tidak dilaksanakan dianggap anak durhaka, bakal ada musibah yang menimpa.
- ketika hajatan selalu menyediakan kopi dan sesajen pada sudut rumah.
- Pada sawah dan ladang memberikan sesajen.
- Anda cek siapa yang pergi ke dukun?..ya umat islam, dan dukun di negeri kita sangat laris pak, dari ki joko bodo, hingga yang pake baju koko (dukun ngaku kyai)
- Anda bisa cek dari mulai karyawan, pedagang, pegawai pemerintahan, siapa yang tidak punya dukun, hampir semuanya punya penasehat spiritual.
- Penasehat Feng Sui (dukun tiong hoa) juga laris, pasiennya ya umat islam juga. Rumah kalo mau banyak rejeki harus ada ikan arwana, patung macan, astagfirulloh.
-kalo lewat jembatan harus klakson 3x, kencing harus “dehem” 3 x, ada suara gagak pertanda kematian.
- Puncaknya pada acara “MAULID NABI” seluruh benda keramat, berhala, dikeluarkan, dicuci, air cuciannya dianggap mengandung berkah untuk cuci muka dsb, kemudian di arak keliling kampung, setelah itu “ULAMA TASAWUF” berceramah tentang keutamaan maulid nabi, mereka “TUTUP MATA” dengan “KESYIRIKAN”. Mereka menjadikan hari lahir nabi kita untuk memuja tuhan lain selain Alloh swt, nauzubillah….
- Anda bisa tanyakan pada mereka yang ziarah kubur pada makam2 wali itu untuk apa? mereka akan menjawab : usaha saya ingin maju, saya pengen sembuh, saya ingin punya jodoh, ujian biar lulus, anak saya sakit, dsb. kalau bukan meminta pada kuburan, sejak kapan syariat ini mengajarkan berdoa di kuburan itu diijabah? mana dalilnya? tempat yang paling mulia adalah masjid, bukan kuburan.
Mana peranan tasawuf, torekot2 dalam memahamkan tentang bahaya syirik? atau justru menyuburkan kesyirikan-kesyirikan baru? Orang yang memerangi kesyirikan malah anda musuhi, difitnah, diusir….taubatlah wahai saudaraku…sebelu bicara amal, kita bicara aqidah dulu.
pada 9 Agustus 2010 pada 3:59 am | Balasmutiarazuhud
oOo, kalau yang antum uraikan tentang “upacara” adat seperti itu sudah jelas perlu kita luruskan secara baik-baik
pada 22 Agustus 2010 pada 9:51 pm | Balassunan
Mana peranan tasawuf, torekot2 dalam memahamkan tentang bahaya syirik? atau justru menyuburkan kesyirikan-kesyirikan baru? Orang yang memerangi kesyirikan malah anda musuhi, difitnah, diusir….taubatlah wahai saudaraku…sebelu bicara amal, kita bicara aqidah dulu.
pada 22 Agustus 2010 pada 11:08 pm | Balasmutiarazuhud
Setahu saya, umumnya ulama-ulama dengan tarekat tidak “membicarakan” amal-amal mereka
pada 26 Agustus 2010 pada 1:59 pm | Balassunan
Ya, ulama torekot tidak peduli terhadap ketauhidan atau kesyirikan yang merajalela di masyarakat kita, mereka sih cuma berfikir yang penting mau sholat dan zikir bareng, beres.
“Bagaimana mungkin pohon berbuah (sholatnya diterima)jika akarnya (tauhid) tidak ada?”
“Bagaimana mungkin setelah sholat mereka memberikan sesajen, dan menyembelih untuk sesembahan selain Alloh swt?”
Jawab ulama torekot : ah…yang penting mah udah mau syahadat dan sholat….
ini adalah musibah terbesar yang menimpa dunia tasawuf….
pada 26 Agustus 2010 pada 3:35 pm | Balasmutiarazuhud
Tidak baik berprasangka buruk terhadap saudara muslim sendiri, ulama-ulama tarekat.
Astaghfirullah, antum telah melampaui batas, mengatakan mereka tidak ada tauhid.
Astaghfirullah, sesajen ? menyembelih untuk sesembahan selain Allah swt ? Itu jelas bukan dilakukan ulama tarekat sesungguhnya.
Mungkin itu yang mengaku-aku saja.
Insyaallah, ulama-ulama tarekat sesungguhnya setiap melakukan perbuatan selalu mengingat Allah.
Nasehat Imam Malik ra,
“dia yang sedang Tasawuf tanpa mempelajari fikih rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawuf rusaklah dia . hanya dia siapa memadukan keduannya terjamin benar .
wahabi super ngaur , gak ketulungan ngaurnya. awas hati-ahati terhadap bahaya lateng sekte wahabi.
pada 29 Agustus 2010 pada 11:57 pm | Balassunan
Ulama torekotnya mungkin paham, namun yang jadi masalah mereka tidak memberikan pemahaman pada masyarakat kita tentang bahaya kesyirikan, mungkin karena takut dianggap sebagai wahabi yang identik dengan dakwah tauhid.
Sehingga masyarakat dilingkungan thorekot tidak paham tauhid, tidak paham syirik, yang mereka paham adalah zikir bersama, mengagungkan sang guru. Dan beberapa torekot sangat senang dan dekat terhadap kuburan, karena menganggap bahwa kuburan/ orang sholeh yang sudah mati mempunyai karomah (walaupun sudah mati), inilah kesyirikan terbesar. Sehingga banyak dari mereka yang ngalap berkah, minta kesembuhan, dsb kepada mayit orang sholeh.
Kebanyakan masyarakat kita adalah mengikut torekot, karena ngga perlu banyak belajar dan tahu tentang ilmu agama, yang penting bisa menjalankan ritual berjamaah seperti sholawatan, nariyahan, yasinan, tahlilan, ….yang ada ahiran an,…an. Dan pada malam jum’at mereka pergi ke kuburan tertentu, jika malam kliwon ke kuburan orang sholeh (kramat). Berbagai sesajen pun masih semarak di lingkungan guru-guru torekot, tanpa upaya memberantas sedikitpun dari mereka. nauzubillah…
pada 30 Agustus 2010 pada 8:42 am | Balasmutiarazuhud
Astaghfirullah, akhi Sunan tampaknya antum sudah melampau batas.
Kenapa antum berprasangka seperti itu kepada ulama-ulama Tarekat bahwa mereka tidak memberikan pemahaman atau memperingatkan bahaya syirik ?
Tarekat = Jalan = Manhaj.
Ulama Tarekat, ulama yang mengadakan perjalanan menuju kepada Allah, mengharapkan ridho Allah semata
Anta maksudi Waridhoka matlubi, Engkau adalah Tujuanku, dan Ridho Mu adalah yg kucari.
Antum sebaiknya tidak dzalim, kita tahu yang salah adalah salah yang benar adalah benar. Yang sesajen, ya keliru, yang penyembah kuburan, ya keliru, yang meminta pertolongan kepada orang yang sudah mati, ya keliru. Sebaiknya tidak menyamaratakan semuanya.
Kalau antum sudah paham tentang Islam (fiqih), Iman (Ushuluddin) dan belum mau memahami lebih lanjut tentang Ihsan (tasawuf/akhlak) silahkan.
Kalau belum mau mendalami tasawuf, atau belum mempunyai pengetahuan tentang tasawuf, sebaiknya jangan mengomentari tentang tasawuf apalagi memperolok-olok. Terlebih kita mendapatkan peringatan dari Allah melalui firmanNya yang artinya.
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. ” (QS Lukman [31]:6 )”
pake nama sunan omongan kaya setan, naudzubillah
Masya Allah…
Kanjeng Sunan, coba di cek supaya tidak “gebyah uyah” / pukul rata kepada sodara sodara kita terlebih pada ulama ulama kita…
Antum seharusnya bisa cek dan klarifikasi.
Kalo emang ga mau ngecek memang bener bener ga mau tau dan hanya asal tuduh saja seperti kebanyakan orang pengikut wahabi
Dan bisa jadi anda tidak tahu apa apa tentang apa yang dikerjakan ulama ulama kita dari ahlus sunnah
Wallahu A’lam
pada 16 Oktober 2011 pada 3:37 pm | Balasindra
@ sunan hati2 kalo berkata2 bsa2 dgn kata2 tersebut berbalik ke sendiri,,
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, dia berkata, “Telah bersabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , “Sesungguhnya Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman, “Barang siapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku umumkan perang terhadapnya. Tidak ada bentuk taqarrub seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai dibanding (mengerjakan) apa yang Aku wajibkan kepadanya. Dan terus menerus seorang hamba bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Ku dengan nawafil (amalan sunnah) sehingga Aku mencintainya. Dan jika Aku mencintai nya maka Aku menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang dia melihat dengannya, menjadi tangannya yang dia gunakan memukul, serta menjadi kakinya yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku maka Aku pasti memberinya, dan jika dia minta tolong kepada-Ku niscaya Aku pasti menolongnya.” (HR al-Bukhari),,
@sunan bnyk2 beristigfar,,
=====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar