Fitnah Kubur

Fitnah Kubur bagi Orang Beriman dan Orang Kafir
Imam Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad menyebutkan bahwa Al-Bara’ ibn ‘Azib pernah berkisah sebagai berikut:
Kami pernah keluar bersama Rosululloh untuk mengantarkan jenazah serang laki-laki dari shahabat Anshar, kemudian sampailah kami ke pekuburan tersebut. Setelah mayat tersebut dikebumikan, Rosululloh duduk, kami pun duduk di sekitarnya dengan tenang sehingga seakan-akan kepala kami dihinggapi seekor burung. Tangan beliau memegang sebatang kayu dan mencocok-cocokkan ke tanah. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan bersabda, “Berlindunglah kalian kepada Alloh dari adzab kubur.”
Beliau mengatakan itu sebanyak dua kali atau tiga kali, setelah itu beliau bersabda lagi sebagai berikut:
Jika seorang hamba yang beriman telah meninggal dunia dan menghadap ke akhirat, akan turun kepadanya sejumlah malaikat dari langit yang berwajah putih bersih seakan-akan matahari. Mereka membawa kafan dari kafan-kafan penghuni surge dan juga wewangian dari surga. Mereka kemudian duduk di suatu tempat yang dapat dilihat oleh sejauh mata memandang. Kemudian datang malaikat pencabut nyawa, lalu duduk di dekat kepalanya sambil berkata, “Keluarlah, wahai jiwa yang tenang, keluarlah untuk menuju ampunan dan keridhaan Alloh.”
Lantas keluarlah nyawanya dengan mengalir bagaikan mengalirnya air yang menetes dari tempat air. Malaikat pencabut nyawa kemudian mengambil ruh orang tersebut dan membungkusnya dengan kain kafan yang telah ditaburi wewangian dari surga.
Dari kafan itu tercium semerbak bau wangi yang melebihi bau wangi misik yang pernah ditemui di bumi. Para malaikat kemudian naik ke langit dengan membawa kafan tersebut. Mereka tidak pernah melewati satu malaikat pun dari para malaikat penduduk langit melainkan mereka ditanya, “Ruh siapakah yang berbau wangi itu?”
Para malaikat pembawa ruh itu menjawab, “Ini adalah ruh Fulan bin Fulan, “Berkat nama-namanya yang paling baik yang mereka sebutkan sewaktu berada di dunia, mereka kemudian memohon agar dibukakan pintu langit untuknya, Lalau terbukalah pintu langit itu. Dari setiap langit, semua malaikat yang dekat dengan Alloh mengantarkannya sampai ke langit berikutnya hingga mereka sampai ke langit yang ke tujuh.
Setelah mereka sampai ke langit yang ke tujuh, Alloh berfirman: “Tulislah kitab hamba-Ku ini di dalam ‘Illiyyin lalu kembalikanlah dia ke bumi karena Kami telah menciptakan mereka dari bumi (tanah). Kepadanya Aku kembalikan mereka dan dari dalamnya Aku mengeluarkannya sekali lagi.”
Ruhnya kemudian dikembalikan ke bumi, lalu datanglah dua orang malaikat yang kemudian mendudukkannya, Mereka lantas bertanya kepadanya, “Siapakah Tuhan Anda ?” Ia menjawab, “Tuhanku adalah Alloh .”
Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Apakah agama Anda?” Ia menjawab, “Agamaku adalah Islam.”
Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada Anda?”
Jawabnya, “Beliau adalah (Muhammad) Rosululloh.” Malaikat itu bertanya, “Dari mana Anda tahu ?” Ia menjawab, “Aku telah membaca Kitab Alloh. Aku mengimani dan membenarkannya.”
Lalu terdengarlah sebuah panggilan dari langit, “Jika memang hamba-Ku ini benar, maka hamparkanlah untuknya (permadani) dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya pintu yang menuju surga.” Kemudian ruh orang yang beriman dikembalikan ke jasadnya beserta bau wamgi-wangiannya, lalu diluaskan kuburannya sejauh mata memandang.
Selanjutnya datanglah seorang laki-laki tampan yang berpakaian bagus dan berbau harum. Ia berkata, “Berbahagialah dengan segala yang membahagiakan Anda. Ini adalah hari kebahagiaan Anda yang telah Alloh janjikan.” Orang beriman tersebut bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu tampan sekali.” Ia menjawab, “Aku adalah amal saleh Anda.”
Orang beriman itu kemudian berkata: “Tuhanku datangkanlah hari kiamat. Tuhanku datangkanlah hari kiamat sehingga kau dapat kembali pada keluarga dan hartaku.”
Rosululloh lalu meneruskan sabdanya:
Sementara seorang hamba yang kafir, ketika ia mati dan menghadap ke akhirat, akan turun kepadanya dari langit beberapa malaikat yang mukanya hitam sambil membawa kain kasar. Mereka duduk di suatu tempat sejauh mata memandang.Datanglah kemudian malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya dan berkata, “Hai jiwa yang busuk, keluarlah kamu menuju pada kemurkaan dan kemarahan Alloh.”
Ruh orang tersebut lalu dipaksa keluar dari jasadnya seperti besi yang dicabut dari bulu domba yang basah dan kemudian diambil oleh malaikat tersebut. Setelah itu mereka tidak membiarkan ruh tersebut ada di telapak tangannya barang sekejap. Mereka langsung memasukkannya ke dalam kain kasar tersebut. Dari kain kasar tersebut keluar bau busuk melebihi busuknya bangkai yang pernah ditemui di dunia.
Mereka kemudian membawanya ke langit. Mereka tidak pernah melewati satu malaikat pun dari kalangan penduduk langit melainkan mereka ditanya, “Ruh siapa yang busuk ini?”
Mereka menjawab, “Ruh Fulan bin Fulan.” Lantaran menyebut nama-namanya yang paling buruk yang pernah ia sebut di dunia, kemudian ia mohon dibukakan pintu langit, tetapi pintu langit tidak dibukakan untuknya.
Rosululloh kemudian membaca Firman Alloh yang artinya, “Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.” (QS. Al-A’raf (7): 40).
“Tulislah buku catatan amalnya di Sijjin yang berada di bumi paling bawah.” Ruhnya kemudian dilemparkan begitu saja. Kemudian Rosululloh membacakan sebuah Firman Alloh yang artinya, “Barangsiapa yang menyekutukan sesuatu dengan Alloh, maka ia adalah seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh seekor burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj (22): 31).
Ruhnya kemudian dikembalikan ke jasadnya. Selanjutnya datanglah kepadanya dua orang malaikat lantas mendudukkannya. Mereka bertanya kepadanya, “Siapakah Tuhanmu?” Ia menjawab, “Ee..ee..ee.. saya tidak tahu.” Mereka bertanya lagi, “Apa agamamu?” Ia menjawab, “Ee..ee..ee.. saya tidak tahu.”
Setelah itu terdedengar sebuah pamggilan dari langit, “Jika ia benar-benar berdusta, hamparkanlah untuknya sebuah hamparan yang terbuat dari api neraka, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu yang menuju ke neraka.” Ketika pintu itu dibuka, maka panas dan racunnya langsung menembus badannya dan kuburannya pun menjadi semakin sempit dan menghimpit badannya sehingga tulng-tulangnya berserakan.
Ia kemudian didatangi seorang laki-laki yang berwajah buruk, berpakaian buruk dan berbau busuk. Orang itu berkata kepadanya, “Berbahagialah kamu dengan sesuatu yang membinasakanmu. Hari ini adalah hari kesengsaraanmu yang telah Alloh janjikan!” Orang yang mati durhaka itu kemudian bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu sangat buruk.” Ia menjawab, “Aku adalah amal burukmu.”
Orang durhaka itu berkata, “Tuhanku, jangan Engkau datangkan hari kiamat.”
Di dalam teks Imam Ahmad disebutkan, “Ketika itu Alloh menjadi ‘buta’, ‘tuli’ dan ‘bisu’ terhadap orang tersebut. Di tangan-Nya ada sebatang besi. Jika besi tersebut ditimpkan pada sebuah gunung, niscaya gunung tersebut akan hancur menjadi debu.
Alloh lantas mengembalikan orang tersebut seperti sediakala. Orang tersebut dipukul lagi dengan satu pukulan hingga menjerit, sementara jeritannya dapat didengar oleh semua makhluk selain jin dan manusia.”
Al-Bara’ berkata, “Setelah itu dibukakan sebuah pintu untuknya menuju neraka dan dihamparkan untuknya sebuah hamparan yang terbuat dari api neraka.”
MERENUNGI KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN
Setiap jiwa pasti akan menemui ajalnya. Tiada setiap jiwa pun yang kekal abadi hidup di dunia. Bila ajal telah tiba tak ada yang bisa menghindar dan lari darinya. Bukan berarti telah berakhir sampai disini. Tetapi telah berpindah ke alam berikutnya, yaitu alam kubur atau alam barzakh, yang termasuk bagian dari beriman kepada hari akhir.
Setiap yang telah memasuki alam kubur maka akan mengalami fitnah kubur. Yaitu ujian berupa pertanyaan dua malaikat kepada si mayit, tentang Rabbnya, agamanya dan Nabinya. Dari ujian ini akan diketahui apakah dia termasuk hamba-Nya yang jujur keimanannya sehingga berhak mendapatkan nikmat kubur, atau apakah dia termasuk yang dusta keimanannya sehingga berhak mendapakan adzab kubur.
Ini merupakan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang wajib setiap mumin untuk meyakini kebenaran adanya fitnah kubur, nikmat kubur dan adzab kubur. Termasuk konsekuensi dari beriman kepada Allah ? dan Rasulullah ? adalah meyakini kebenaran apa yang dikhabarkan di dalam Al Quran dan As Sunnah tentang kejadian-kejadian di alam ghaib. Di awal-awal ayat Al Quran Allah ? mengkhabarkan ciri orang-orang yang mendapatkan hidayah dan keberuntungan di dunia dan di akhirat, diantaranya adalah orang yang beriman tentang perkara ghaib. Allah ? berfirman (artinya):
Orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, menunaikan shalat dan menginfaqkan sebagian yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka pula beriman kepada apa yang diturunkan kepada mereka (Al Quran) dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al Baqarah: 3-5)
Dalil Dalil Tentang Fitnah Kubur
Dalil-dalil yang menunjukan adanya fitnah kubur, diantaranya;
Dalam Al Quran firman Allah ?:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
Allah meneguhkan dengan al qauluts tsabit kepada orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27)
Di dalam ayat di atas menetapkan akan adanya fitnah kubur. Karena Allah ? memberikan kemulian kepada orang-orang yang benar-benar beriman dengan diteguhkannya al qaulul tsabit. Yaitu keteguhan iman si mayit di alam kubur ketika ditanya oleh dua malaikat. Sebagaimana hadits dari shahabat Al Barra bin Azib ? bahwa Rasulullah ? bersabda:
إِذَا أُقْعِِدَ الْمُؤْمِنُ فِي قَبْرِهِ أُتِيَ ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لاَ إِله إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ فَذَالِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى : يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ
Jika seorang mumin telah didudukkan di dalam kuburnya kemudian didatangi (dua malaikat dan bertanya kepadanya) maka dia akan (menjawab) dengan mengucapkan dua kalimat syahadat:
أَنْ لاَ إِله إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
itulah al qauluts tsabit sebagaimana yang tertera dalam firman Allah ? di atas. (H.R. Al Bukhari no. 1379 dan Muslim no. 2871)
Ayat di atas juga sebagai dalil bahwa peristiwa fitnah kubur ini merupakan bagian dari hari akhir. Karena Allah ? menyebutkan peristiwa fitnah kubur ini dengan lafadz wafil akhirah yaitu di hari akhir.
Demikian pula dari As Sunnah, dari shahabat Al Barra bin Azib yang diriwayatkan oleh Abu Dawud 2/281, Ahmad 4/287 dan selain keduanya, bahwa Rasulullah ? mengisahkan peristiwa fitnah kubur yang akan dialami oleh orang mumin dan orang kafir. Keadaan orang mumin ketika ditanya oleh dua malaikat, maka dia akan dikokohkan jawabannya oleh Allah ?. Siapakah Rabb-mu? Dia akan bisa menjawab: Rabb-ku adalah Allah. Apa agamamu? Dia akan bisa menjawab: Agamaku adalah Islam. Siapakah laki-laki ini yang diutus kepadamu? Dia pun bisa menjawab: Dia adalah Rasulullah ? (Demikianlah Allah ? pasti memenuhi janji-Nya sebagaimana dalam Q.S. Ibrahim: 27 di atas). Sebaliknya keadaan orang kafir ketika ditanya oleh dua malaikat, maka dia tidak akan bisa menjawab. Siapakah Rabb-mu? Dia akan menjawab: Hah, hah, saya tidak tahu. Apa agamamu? Dia akan menjawab: Hah, hah, saya tidak tahu. Lalu siapakah laki-laki ini yang diutus kepadamu? Dia pun akan menjawab: Hah, hah, saya tidak tahu.
Demikian pula hadits dari Ummul Muminin Aisyah, bahwa Rasulullah ? bersabda:
فَأُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُوْنَ فِي قُبُورِكُمْ مِثْلُ أَوْ قَرِيْبٌ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
Telah diwahyukan kepadaku sungguh akan ditimpakan fitnah kepada kalian di dalam kubur-kubur kalian seperti atau hampir mirip dengan fitnah Al Masih Ad Dajjal. (H.R. Al Bukhari no. 87 dan Muslim no. 905)
Padahal fitnah Al Masih Ad Dajjal merupakan fitnah terbesar dari fitnah-fitnah yang terjadi sejak diciptakan Adam sampai hari kiamat nanti. Rasulullah ? bersabda:
مَا بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ أَمْرٌ أكْبَرُ مِنَ الدَّجَّالِ
Tidak ada fitnah yang paling besar sejak diciptakan Adam sampai hari kiamat dibanding dengan fitnah Dajjal. (Muslim no. 2946)
Sehingga fitnah kubur itu pun amat ngeri seperti atau hampir mirip dengan fitnah Dajjal, kecuali bagi orang-orang yang jujur keimanannya. Oleh karena itu bila si mayit telah dikuburkan maka dianjurkan bagi kita untuk mendoakannya. Rasulullah ? bersabda:
اسْتَغْفِرُوا لأَخِيْكُمْ وَاسْأَلُوا لَهُ التَثْبِيْتَ فَإِنَّهُ الآنَ يُسْئَلُ
Mohonkan ampunan untuk saudaramu, dan mohonkan untuknya keteguhan (iman), karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya. (Shahihul Jami no. 476)
Adapun nama dua malaikat tersebut adalah malaikat Munkar dan Nakir, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi no. 1071, Ibnu Hibban no. 780 dan selain keduanya dari shahabat Abu Hurairah ?. Hadits ini dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1391.
Dalil Dalil Adzab Kubur Dan Nikmat Kubur
Setelah mengalami proses fitnah kubur, maka akan mengalami proses berikutnya, yaitu proses nikmat kubur dan adzab kubur. Bila dia selamat dalam fitnah kubur maka dia akan mendapatkan nikmat kubur dan sebaliknya bila ia tidak selamat dalam fitnah tersebut maka dia akan mendapatkan adzab kubur.
Para pembaca, proses ini pun merupakan perkara ghaib yang harus diyakini kebenarannya. Karena Allah ? dan Rasul-Nya telah mengkhabarkan peristiwa ini di dalam Al Quranul Karim dan As Sunnah An Nabawiyyah.
Di antara dalil dalam Al Quran yaitu firman Allah ? (artinya): , Alangkahnya dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang zhalim (kafir) berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut sedang para malaikat memukul dengan tangan mereka, sambil berkata: Keluarkanlah nyawamu. Pada hari ini (sekarang ini, sejak sakaratul maut) kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan. Karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah dengan perkataan yang tidak benar dan selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (Al Anam: 93)
Berkata Asy Syaikh Abdurrahman As Sadi dalam kitab tafsirnya Taisirul Karimir Rahman: Ayat ini sebagai dalil tentang adanya adzab di alam barzakh dan kenikmatan di dalamnya. Dan adzab yang diarahkan kepada mereka dalam konteks ayat ini terjadi sejak sakaratul maut, menjelang mati dan sesudah mati.
Dalam Q.S. Ghafir ayat ke 46 Allah ? berfirman (artinya): (Salah satu bentuk azdab di alam barzakh nanti) Neraka akan ditampakkan di waktu pagi dan petang kepada Firaun dan para pengikutnya. Kemudian pada hari kiamat (dikatakan kepada malaikat): Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.
Berkata Al Imam Ibnu Katsir Asy Syafii: Ayat di atas merupakan landasan utama yang dijadikan dalil bagi aqidah Ahlus Sunnah tentang adanya adzab di alam kubur. (Lihat Al Mishbahul Munir)
ALAM BARZAKH
Alam Barzakh adalah Alam Kubur dimana manusia melakukan ‘penantian’ untuk dibangkitkan pada hari Kiamat. Jadi waktunya bisa berjalan jutaan tahun atau mungkin malah miliaran tahun. Sejak dia meninggal sampai Kiamat, dan kemudian dilanjutkan sampai hari Berbangkit.
QS. Al Mukminun (23): 99 – 100
“Hingga apabila datang kematian kepada sesoorang di antara mereka, dia berkata : Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)”
“Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding (barzakh) sampai mereka dibangkitkan.”
Yang menarik dari keberadaan alam Barzakh ini adalah waktunya. Banyak sekali ayat Al Qur’an yang menjelaskan bahwa masa peralihan antara Alam Dunia dan Alam Akhirat itu terasa demikian singkat. Kebangkitan kita dari Alam Kubur itu diibaratkan orang tidur, yang kemudian dibangunkan. Dia tidak merasakan berapa lama tidur yang barusan dialaminya.
QS. Yasin (36) : 52
“Mereka berkata : Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkit-kan kami dari tempat tidur kami (kubur)?
QS. Al Israa (17) : 52
“Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhiNya sambil memujiNya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja”
QS. Ar Ruum (30) : 55 – 56
“Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa : “mereka tidak berdiam (di dalam kubur) melainkan sesaat saja. ” Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). “
“Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan : sesungguhnya kamu telah berdiam (di dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit, maka inilah hari berbangkit itu, akan tetapi kamu selalu tidak meyakininya.
Kita memperoleh kesan terhadap ayat-ayat di atas, bahwa ketika berada di alam kubur itu manusia seperti tidak sadar sebagaimana ketika masih hidup. Sehingga ketika dibangkitkan, ya seperti orang yang terbangun dari tidurnya.
Sewaktu ditanyakan kepada mereka tentang lamanya tinggal di alam kubur itu, mereka tidak bisa menjawab dengan benar. Kata mereka, hanya sebentar saja. Dan Allah mengatakan, itu tidak benar. Karena mereka sebenarnya telah tinggal di alam kubur itu selama jutaan tahun atau bahkan miliaran.
Mereka tidak merasakan apa-apa. Seperti orang yang tidur atau pingsan. Bahkan di beberapa ayat lainnya, mereka dibuat terkejut oleh peristiwa kebangkitan itu.
QS. Ash Shaaffaat (37) : 20
“Dan mereka berkata Aduhai celakalah kita! Inilah Hari Pembalasan.”
QS. Thahaa (20) : 103 – 104
Mereka berbisik-bisik di antara mereka : kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sepuluh (hari).
“Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sehari saja.
Alam Barzakh adalah alam penantian jiwa yang akan dibangkitkan. Ketika seseorang mati, badannya hancur terurai menjadi unsur-unsur dalam tanah. Tetapi jiwanya ‘melayang’ memasuki Alam Barzakh. Sebuah alam yang memiliki dimensi berbeda dengan dunia manusia. Di sana kata Allah, ada dinding yang membatasi jiwa supaya tidak bisa kembali ke dunia.
Seorang manusia atau pun jin yang telah meninggal, jiwanya tetap hidup di Alam Barzakh. Kebanyakan kita tidak bisa melihatnya atau mendengamya lagi. Akan tetapi orang-orang tertentu bisa mengobservasinya. Secara umum, Allah mengatakan bahwa eksistensi mereka itu tertangkap secara samar-samar.
QS. Maryam (19) : 98
“Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. Adakah kamu melihat seorang dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar?”
QS. Al Baqarah (2) : 154
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Allah, mati. Bahkan mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.”
QS. Ali Imran (3) : 169
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki.”
Demikianlah, Allah memberi informasi kepada kita bahwa di sekitar kita ada alam Barzakh yang berisi jiwa-jiwa yang menanti kebangkitan. Mereka hidup di sana, meskipun kita tidak bisa mengobservasinya secara jelas. Kadang-kadang, ada di antara kita yang bisa menangkap keberadaannya, meskipun samar-samar saja, kata Allah.
Dan yang menarik, jiwa-jiwa itu ternyata memiliki ‘kesadaran’ yang berbeda dengan ketika hidup di dunia. Terbukti ketika dibangkitkan kelak, mereka terkejut. Tidak menyangka.
Antara orang tidur dengan orang terjaga. Keduanya memiliki ‘kesadaran’ yang berbeda. Orang tidur, sebenarnya memiliki ‘kesadaran’. Tetapi di alam tidurnya sendiri. Sehingga ia bisa bermimpi. Mengalami ‘kejadian’ di alam tidur itu. Mimpi, sesungguhnya adalah sebuah ‘kenyataan’ di Dunia Mimpi itu sendiri. Dan sebenarnya, juga memiliki korelasi atau hubungan tertentu dengan dunia kenyataan.
Sehingga, bagi orang yang memiliki kemampuan untuk menafsirkan mimpi, ia bisa tahu bahwa suatu mimpi, memiliki makna tertentu dalam kehidupan nyatanya. Kemampuan seperti itu diceritakan di dalam Al Qur’an dimiliki oleh nabi Yusuf as. Beliau bisa melihat korelasi antara mimpi dengan dunia nyata.
Jiwa di alam Barzakh suatu ketika akan kembali kepada badan masing-masing. Dan sebagian mereka yang tidak percaya pada hari Berbangkit akan dibuat terkejut saat itu. Mereka memperoleh kesadaran Kehidupannya kembali. Bahkan inderanya lebih tajam dibandingkan dengan ketika masih hidup di dunia, Mereka justru bisa mengobservasi banyak hal yang tidak bisa diobservasinya pada saat hidup di dunia.

3 Tanggapan
assalamu’alaikum
izin copas

mutiarazuhud
Walaikumsalam.
Silahkan dengan tetap menyebut sumber tulisan.



insyaAllah…
cek it
rafaqo.wordpress.c
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar