Madzhab Salaf pada hakikatnya tidak ada

Kalau dibalik lembaran sejarah Islam dari zaman Nabi sampai zaman Sahabat, sampai zaman Tabi’in dan zaman  Tabi’ Tabi’in, tegasnya sampai tahun 300 hijriyah, tidak dijumpai adanya suatu madzhab yang bernama “Madzhab Salaf”
Juga kalau dibalik Al-Quran yang 30 Juz dan Hadits-hadits Nabi yang tertulis dalam kitab-kitab Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Nisai, Ibnu Majah, Muwatha’, Musnad Ahmad bin Hanbal dll, tidak pernah dijumpai tentang adanya satu madzhab dalam Islam yang bernama Madzhab Salaf.
Bahkan batas waktu yang tegas antara yang dinamai zaman Salaf dan zaman Khalaf tidak ada keterangan, baik dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadits. Apakah yang dinamakan zaman Salaf itu 100 tahun, 200 tahun, 300 tahun, 400 tahun atau 500 tahun sesudah Nabi ? tidak ada keterangannya yang pasti.
Yang ada terlukis dalam sejarah hanyalah Madzhab Hanafi yang dibangun oleh Imam Abu Hanifah di Kufah (lahir 90H – wafat 150H), Madzhab Maliki yang dibangun oleh Imam Malik bin Anas di Madinah (lahir 93H – wafat 179H), Madzhab Syafi’i yang dibangun oleh Imam Muhammad bin Idris as Syafi’I di Bagdad dan di Mesir (lahir 150H – wafat 204H) dan Madzhab Hambali yang dibangun oleh Imam Ahmad bin Hanbal di  Bagdad (lahir 164H – wafat 241H).
Semuanya itu adalah Madzhab dalam furu’ syariat, dalam fiqih.
Disamping itu ada Madzhab-madzhab pada zaman Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in yang tidak panjang usianya dan sekarang tidak terkenal lagi seperti Madzhab Auza’i di Syam, Madzhab Leits di Mesir, Madzhab Tsuri di Iraq, Madzhab Daud Zhahiri di Andalus, Madzhab Zaidiyah di Yaman dan lain-lain, tetapi dapat dipastikan bahwa Madzhab Salaf tidak ada
Sebagai dimaklumi, bahwa arti  “Salaf” ialah “orang yang terdahulu”. Orang yang terdahulu itu ada yang baik dan ada yang buruk. Pada zaman Nabi, bukan saja yang ada itu orang Islam, tetapi ada juga orang Yahudi, Nashara, Munafiq dan pada zaman Sahabat selain orang Islam sejati ada juga orang yang sesat seperti kaum Mu’tazilah, Khawarij, Syi’ah, Qadariyah, Jabariyah dan pada zaman Tabi’in muncul macam-macam manusia disamping orang-orang yang saleh-saleh.
Pendeknya, di zaman dulu itu ada orang yang saleh dan ada pula orang yang taleh (bahasa minang untuk “tidak saleh” atau “tidak berpendirian”).
Kalau kita dianjurkan mengikuti Madzhab Salaf, dengan arti Madzhab orang yang terdahulu, maka itu berarti kita dianjurkan bukan saja mengikuti orang-orang yang baik-baik tetapi juga mengikuti orang yang jelek-jelek.
Sumber : “40 Masalah Agama” Buku keempat. Alm. KH Siradjuddin Abbas, 153-155, cetakan 7 Januari 2008. Buku keempat ini cetakan awal bulan Agusutus 1976. Tentang Masaah Salaf dan Khalaf, Beliau uraikan dari halaman 149 s/d 211
Pembaca dapat merujuk pada buku-buku beliau untuk mengetahui lebih lanjut tentang madzhab salaf sesungguhnya. Sebuah peninggalan yang bermanfaat buat generasi-generasi berikutnya. Semoga Beliau dirahmati Allah.
Kesimpulan kami,  Syaikh Ibnu Taimiyah mempergunakan nama madzhab “generic” agar dikalangan muslim beranggapan sesuai dengan yang dimaksud sebagai “generasi terbaik”.  Padahal sesungguhnya untuk “membungkus” nama Madzhab Taimiyah
Bahkan Syaikh Ibnu Taimiyah menfatwakan sendiri bahwa madzhab beliau adalah pasti benar.
“Barangsiapa mengingkari penisbatan kepada salaf dan mencelanya, maka perkataannya terbantah dan tertolak ‘karena tidak ada aib untuk orang-orang yang menampakkan madzab salaf dan bernisbat kepadanya bahkan hal itu wajib diterima menurut kesepakatan ulama, karena mazhab salaf itu pasti benar” [Majmu Fatawa 4/149]
Berikut tulisan saudara-saudaraku kaum Salaf(i)  (nama pengikut Syaikh Ibnu Taimiyah) yang merujuk kepada fatwa tersebut,  http://www.almanhaj.or.id/content/1474/slash/0
Bagi pembaca yang memahami tulisan saya
Oleh karena banyak fitnah atas metode pemahaman mereka maka saya sarankan bebaskanlah diri kita dari mereka.
Jadi sudah saatnya kita merujuk (fanatik) kepada Al-Qur’an dan Hadits

Sesuai firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 59 yang artinya:
“Jika kamu berselisih pendapat maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnah-nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.”
Bebaskan akal dan hati kita untuk mempersiapkan menerima anugerah Al-hikmah dari Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang sebagaimana firman Nya yang artinya.
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (Al-Baqarah – 269)

Kesimpulan:
Sebaiknya tidak membatasi diri kita dengan terbatasnya atau sebatas anugerah al-hikmah yang diterima orang lain.

18 Tanggapan
farid
blog kagak laku ….



Yusuf Ibrahim

pernah dengar pengertian menurut bahasa dan pengertian menurut istilah ga Om?
Om ini hanya menjelaskan sebatas pengertian Salaf secara bahasa aja, ga dijelaskan pengertian secara istilah…..akhirnya menimbulkan kerancuan yang ujung-ujungnya adalah fitnah…..
Kata salaf itu sendiri sudah pernah disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya kepada Fathimah, ”Sesungguhnya sebaik-baik pendahulu (salaf) bagimu ialah aku” [Hadits Shahih Riwayat Muslim No. 2450]
Jadi, berdasarkan sabda Rasul diatas, tentu kita tau salaf mana yang wajib kita ikuti….
memang secara bahasa, Salaf adalah orang-orang yang terdahulu, akan tetapi jika kita ingin menyebut kata Salaf dengan pengertian secara bahasa, tentu kita harus menyebutnya dengan sebutan ‘Salafush Shalih’ yang artinya orang-orang terdahulu yang shalih-shalih…
Jadi, ga usah bingung lagi maksud ‘salaf’ disini itu orang-orang terdahulu yang ‘taat’ atau yang ‘maksiat’….?
Sedangkan menurut istilah (terminologi), Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari ummat Islam ini yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan oleh Allah (Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah : hal.34), sebagaimana sabda Rasulullah :
“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (masa para Sahabat), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).” (Muttaafaq ‘alaih. H.R Al-Bukhari (no.2652) dan Muslim (no.2533 (212)), dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud).
Menurut al-Qalsyani : “Salafush Shalih adalah generasi pertama dari umat ini yang pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk Nabi dan menjaga sunnahnya. Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya….” (Al-Mufassiruun bainat Ta’wiil wal Itsbaat fii Aayatish Shifaat (I/11)
Maka, jika berdasarkan pengertian salaf diatas, salaf itu bukanlah suatu madzhab ‘buatan’ Ibnu Taimiyah Om, salah besar kalau Om berpikiran seperti itu….
Jadi, bagaimana bisa salaf itu dikatakan tidak ada? seandainya pada hakikatnya salaf itu tidak ada, ini hanya akan membatalkan pengertian salaf itu sendiri karena arti salaf adalah orang-orang terdahulu, itu artinya wujud dan jasad mereka ada…bagaimana bisa dikatakan tidak ada?



mutiarazuhud

Paham, salaf yang akhi uraikan.
Syaikh Ibnu Taimiyah mempergunakan nama madzhab “generik” agar dikalangan muslim beranggapan sesuai dengan yang dimaksud sebagai “generasi terbaik”. Padahal sesungguhnya untuk “membungkus” nama Madzhab Taimiyah.



Yusuf Ibrahim
Om ini kata siapa sih kalo Ibnu Taimiyah itu membuat madzhab baru yakni ‘Madzhab Taimiyah’? kalo alasannya berdasarkan fatwa beliau tersebut, itu artinya Om sebenarnya belum paham dengan penjelasan saya tentang arti Salaf, walaupun Om berkata sudah paham arti Salaf yg saya jelaskan….
Adapun maksud Salaf yg ada di dalam fatwanya Ibnu Taimiyah itu merupakan pengertian Salaf menurut istilah, jadi apakah salah jika Ibnu Taimiyah mewajibkan umat muslim mengikuti orang-orang terdahulu yang shalih-shalih?



mutiarazuhud
Pendapat kami “madzhab Salaf” hakikatnya tidak ada. Yang kita temukan adalah metode pemahaman (madzhab) Syaikh Ibnu Taimiyah. Klo Generasi Salaf kami tentu paham.



Tawangalun

Saya akui Salafy memang paling menggigit Sunah dari pada aliran lainnya,tapi ada beberapa yg saya masih ragu2 yakni soal :
1.Borobudur Prambanan itu nanti kalau salafy berkuasa akan diratakan dg tanah,padahal penghasil devisa.
2.Beranggapan bahwa Matahari mengelilingi bumi,jadi astronomi yg diajarkan disekolah itu katanya keliru soale bumilah yg dikelilingi.Padahal Amerika wis bolak balik kebulan opo ya petanya NASA tadi keliru?
3.Saya gak kuat kalau gak punya TV,dan sekali sekali kan pengen dengerin Gending Kebo Giro,ini juga dilarang.
Tawangalun.



Yusuf Ibrahim

koq bahasanya jadi kemana-mana ini…..
tapi gpp, menarik juga untuk saya komentari….
1. tenang aja mas, ga usah khawatir, orientasi dakwah salaf itu bukanlah kekuasaan, melainkan dakwah tauhid agar umat muslim itu menjauhi perbuatan syirik dan bid’ah…..seandainya dakwah tauhid ini disebarkan ke seluruh umat muslim, saya rasa candi borobudur dan prambanan akan benar-benar ‘pure’ dan murni sebagai tempat wisata, bukan tempat orang meminta-minta kepada Allah melalui perantara patung-patung….
keliatannya mas ini lebih mementingkan devisa deh, saya juga khawatir nih kalo misalnya orang-orang seperti mas Tawangalun yg berkuasa, bisa-bisa mas langsung membangun casino dan bar terbesar se-Asia Tenggara lagi demi mengundang turis-turis demi menambah devisa, soalnya kan mas Tawangalun ini lebih mementingkan devisa…jadi saya khawatir aja, boleh donk saya khawatir?
2. saya aneh, koq mas ini lebih percaya dengan teorinya orang-orang kafir ya dari pada teorinya umat muslim yg berdasarkan Al-Quran dan Hadits? padahal para pencetus teori bumi mengelilingi matahari seperti Aristoteles, Phytagoras, Ptolomeus dan Copernicus itu tidak ada satupun yg beriman kpd Allah….jgn2 mas ini percaya juga lagi dengan teori Darwin?……

saya juga pengen tanya, mas percaya Amerika pernah ke bulan? Amerika itu baru sekali ke bulan mas, ga sampe bolak balik…..
padahal pada waktu itu Uni Soviet (pesaing no.1 Amerika dibidang teknologi saat itu) aja bilang kalo manusia itu sangat mustahil bisa ke bulan…kalo benar pada saat itu Amerika pernah ke bulan, kenapa hal tsb tidak bisa terulang lagi sekarang? padahal teknologi saat ini jauh lebih canggih daripada dulu….
3. lagian juga yang mengharamkan tv itu siapa? yg haram itu bukan tv-nya, tapi sebagian besar acara-acaranya seperti infotaintment, sinetron dll,



Yusuf Ibrahim
Sumpah…saya ga paham jalan pikirannya pemilik blog ini, penjelasannya membingungkan….mungkin karena pemilik blog ini kebanyakan belajar tasawuf kali ya? jadi kalimat-kalimatnya itu sulit sekali untuk dipahami maksudnya….kalimatnya seperti di awang-awang yg sulit dicapai oleh orang-orang…..

mengkritisi pemahaman Ibnu Taimiyah, tapi ga dijelasin pemahaman bagian yang mana yg dikritisi? pemahaman dalam hal apa yang Om ini ga setuju?
apakah karena beliau mewajibkan umat muslim untuk mengikuti orang-orang terdahulu yang shalih-shalih?
sebenarnya sih saya tau, kenapa Om ini ga suka dg Ibnu Taimiyah, karena Ibnu Taimiyah menolak ajaran tasawuf kan? bukankah begitu? perlu diketahui, bukan hanya Ibnu Taimiyah doank Om yg menolak ajaran tasawuf, Imam Syafi’i dan gurunya Imam Malik juga menolak ajaran tasawuf, karena Islam tidak mengenal yang namanya tasawuf……
trz juga saya mo tanya, komen saya dalam artikel ‘Kelemahan Salafiyah’ yg isinya pendapat Imam Malik dan Imam Syafi’i tentang bathil-nya ajaran tasawuf koq ga dipublish-publish sih Om? yang fair donk…..



mutiarazuhud

Imam Ahmad berkata, “Zuhud ada tiga macam:
Pertama, meninggalkan perkara haram, dan ini adalah zuhudnya orang awam.
Kedua, meninggalkan perkara halal yang tidak berguna, dan ini adalah zuhudnya orang khas / khusus.
Ketiga, meninggalkan hal-hal yang menyibukkan seorang hamba sehingga melupakan Allah, dan ini adalah zuhudnya orang-orang arif.”
Orang-orang arif adalah orang yang menyibukkan dirinya dengan Allah dan hanya melakukan perbuatan jika Allah yang berkenan bukan karena keinginan mereka sendiri.
Mereka paham bahwa Allah memberi mereka sesuatu yang lebih daripada apa yang mereka berikan untuk diri mereka sendiri.
Jalan untuk dapat selalu menyibukkan diri dengan Allah adalah dengan “mengenal” Allah, yakni yang kita kenal marifatullah.

Ilmu untuk mempelajari tentang marifatullah itulah Ilmu Tasawuf.
Oleh karenanya saya katakan kelemahan metode Syaikh Ibnu Taimiyah dengan metode pemahaman lahiriah atau tekstual, kelemahanya salah satunya adalah melarang pengikutnya mempelajari ilmu Tasawuf.
Jadi menurut kajian saya, pengikut Syaikh Ibnu Taimiyah dengan metode pemahaman secara lahiriah atau tekstual akan mencapai pemahaman di atas pemahaman orang awam/umum yakni orang-orang khas / khusus.
Sedangkan untuk mencapai pemahaman orang-orang arif tidak cukup dengan metode pemahaman secara harfiah atau tekstual akan tetapi melalui metode pemahaman yang lebih dalam / maknawi atau dikenal “mengambil pelajaran” dengan hikmah.
Sesuai dengan firman Allah,
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran(dari firman Allah).” (Al-Baqarah – 269)



Yusuf Ibrahim
kalo menurut Om ‘zuhud’, salafy itu mengambil pemahamannya Syaikh Ibnu Taimiyah, lalu Om ‘zuhud’ sendiri “mengambil pelajaran” dengan hikmahnya itu berdasarkan pemahaman siapa? Ibnu Arabi, al-Hallaj atau pemahaman Om sendiri?



mutiarazuhud

Seperti anjuran klo kita berselisih pendapat maka kita wajib merujuk langsung kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Upayakan sendiri untuk mengikuti Sunnah dan Salafush Sholeh, sebaiknya tidak terpaku dari hasil upaya metode pemahaman Syaikh Ibnu taimiyah yang terkenal bahwa metode pemahaman beliau ditentang oleh jumhur ulama pada zamannya dibuktikan oleh pengadilan.
Andaikata kita terbatas oleh sesuatu hal sehingga tidak memungkinkan menggali langsung Sunnah dan Salafush Sholeh atau sulit memperoleh sumber ilmu yang primer, maka bolehlah kita mengikuti hasil upaya imam mujtahid yang sudah diakui oleh jumhur ulama.dengan tetap merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits



Yusuf Ibrahim
Iya saya tau, jika kita berselisih, kita kembalikan ke Al-Quran dan Hadits, dan jika kita memiliki keterbatasan dalam memahami dalil, maka kita boleh mengikuti pemahaman ulama….
Om sendiri merujuk kpd pemahaman siapa?



danie
alergi aha ma wahabi



mas mutiara zuhud kalo menurut saya, manhaj salaf itu manhaj yang terlalu umum bahkan nyaris tidak jelas, sebab salaf itu sendiri bisa salaf yang sholeh atau salaf yang tholih, meskipun jika kita maksudkan salaf dengan salafusholihin tetap masih rancu, sebab para salafusholihin sendiri mempunyai metodologi atau manhaj yang berbeda beda dalam memahami Nushusyari`ah, bahkan kita mengenal 13 madzhab pada masa itu belum termasuk beberapa madzhab Shohabat rodliallahu anhum, bagi saya orang yang mengaku mengikuti manhaj salaf adalah orang yang keblinger (tidak jelas manhajnya) selalu akan timbul pertanyaan manhaj salaf mana yang diikuti ? pasti dijawab salasholihin, salafusholihin yang mana ? sebab salafusholihin sendiri memiliki metodologi yang berbeda ? oleh karena itu menurut saya yang aman dan jelas adalah mengikuti salah satu manhaj salafholihin seperti saya mengikuti Imam Syafi`i. jika hanya mengatakan mengikuti manhaj salaf jelas keblinger.



Bachtiar
Melihat dialog antara mutiara zuhud dan yusuf ibrahim, menarik untuk dicermati. saya tidak tahu mutiara zuhud berafiliasi ke madzab apa, tapi yang jelas yusuf ibrahim pasyilah pendukung/pengikut madzab salafy. Menarik bagi saya karena dari penggunaan bahasa sangat berbeda. kalau mutiara zuhud menurut saya menggunakan kata-kata yang normatif cenderung sopan, beda dengan yusuf ibrahim (mohon maaf) bernuansa provokatif, merasa benar sendiri. dari sini orang akan menilai Anda berdua…



syits
menilik judul artikel ini, seputar “madzhab salaf”. saya melihat apa yang disampaikan yusuf ibrahim seharusnya bisa melengkapi artikel mas mutiarazuhud, yang hanya menjelaskan “salaf” secara bahasa saja / hanya mencakup makna secara general.
lagipula mas mutiarazuhud hanya mengambil satu poin dari fatwa ibnu taimiyah namun langsung mengambil kesimpulan bahwa Ibnu Taimiyah mempergunakan nama madzhab “generic”. Secara ilmiah, pola penarikan kesimpulan seperti ini terlihat seperti men-generalisir topik bahasan, karena mas mutiarazuhud tidak menjelaskan “salaf” mana yang dimaksud ibnu taimiyah.
dan tentu kita sudah faham bahwa salaf yang wajib diikuti adalah salaf yang sholih. dan penyebutan “salaf” saja dalam merujuk salafus sholih, merupakan suatu gaya bahasa yang sudah jamak digunakan dalam literatur global, yaitu majas Sinekdok Totem Pro Parte, menyebutkan keseluruhan untuk pengganti sebagian saja.
imho, mas mutiarazuhud yang seorang penulis aktif, seharusnya bisa memahami pola gaya bahasa seperti ini.
saya menulis ini semata demi memberi masukan TS; dipublish syukur, ga dipublish minimal udah dibaca.



mutiarazuhud
Alhamdulillah, antum tidak perlu berprasangka kepada kami. Insyaallah kami akan mempublish seluruh komentar apapun sejauh tidak melampaui batas kesopanan atau komentar yang tidak memperturutkan hawa nafsu.
Bagaimanakah atau apa yang dimaksud dengan Manhaj Salaf atau apa yang dimaksud menisbatkan pada Salafush sholeh atau apa yang dimaksud/cara mengikuti Salafush Sholeh ? Perihal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada
Bagaimanakah kita mengetahui telah berhasil mengikuti Rasulullah dan para Salafush Sholeh ? Perihal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada



elida
hmmmm…-______-
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar