Firqah MUSYABBIHAH adalah firqah dengan pemahaman yang menyerupakan Allah dengan Makhluk :
- Bersifat BENDA
- Punya organ tubuh (MUJASIMAH)
- Mengambil tempat di tempat tertentu
- Terikat dengan arah tertentu
- Melakukan gerakan transposition : turun, datang.
Pembahasan tentang Firqoh Musyabbihah secara lebih detail ada di kitab :
- Maqolat Islamiyyin karangan Imam Abu Hasan Asy’ari.
- Al Farq Bain Al Firaq karangan Imam Abu Qahir Muhammad Al Baghdadi.
- Al Milal Wa An Nihal karangan Imam Syarastani.
Siapakah kaum MUSYABBIHAH ?
Imam Qurthubi dalam kitab tafsirnya Al Jami li Ahkaam Al Qur’an (Tafsir Qurthubi) dalam penafsirannya tentang lafadz “Tsumma ASTAWA” pada QS Al Baqarah : 29 menjelaskan secara ringkas :
“…Ayat ini termasuk musykilat (sulit dipahami). Berkaitan dengan ayat musykilat ini para ulama terbagi menjadi tiga kelompok :
Kelompok pertama : Kita membacanya dan mengimaninya, tetapi tidak boleh menafsirkannya.
Kelompok kedua : Kita membacanya dan boleh menafsirkannya sesuai (dzahirnya) bahasa. Ini adalah pendapat AL-MUSYABBIHAH (yang menyerupakan Allah dengan makhluk).
Kelompok ketiga : Kita membacanya dan boleh mentakwilkannya serta mengalihkan maknanya kepada makna yang layak bagi Allah.
Penjelasan yang hampir sama dijelaskan oleh Imam Badaruddin Zarkasy (lahir : 745H – wafat : 794H) menerangkan dalam kitabnya “Al Burhan fi ‘Ulumil Quran”
‘Sesungguhnya telah terjadi perbedaan pendapat dalam mengartikan ayat-ayat mutasyabih atas 3 aliran :
1. Golongan pertama yang memperlakukan ayat-ayat itu menurut lafazhnya yang dzahir, tidak boleh dita’wilkan sedikitpun. Cara yang begini dianut oleh firqah Musyabbihah.
2. Golongan kedua ialah golongan yang berpendapat bahwa ayat-ayat yang mutasyabih itu mesti dita’wilkan, yaitu dialihkan artinya ke arti lain, tetapi apa “arti lain” itu kita tidak tahu, serahkan saja kepada Tuhan yang paling mengetahui, tetapi kita tetap mengi’tiqadkan bahwa Tuhan itu Maha Suci dari akan menyerupai makhluk dan Maha Suci dari akan tidak mempunyai sifat. Cara yang begini adakah aliran Salaf.
3. Golongan ketiga ialah golongan orang-orang Khalaf yang menta’wilkan ayat-ayat mutasyabih, yaitu mengalihkankan artinya ke arti lain yang layak bagi Allah.
Saat ini ada suatu kaum menyerupai kaum Musyabbihah
Kaum Musyabbihah artinya kaum yang menyerupakan.
Kaum Musyabbihah digelari kaum Musybih (menyerupakan) karena mereka menyerupakan Tuhan dengan makhlukNya.
Mereka mengatakan bahwa Allah, bertangan, bermuka, berkaki, bertubuh seperti manusia,
Kaum Musyabbihah memfatwakan bahwa Allah bermuka dan bertangan.
Mereka mengemukakakn dua dalil dari ayat al-Qur’an yaitu, yang artinya
‘Dan yang kekal muka Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan” (Ar- Rahman : 27)
“Tangan Tuhan di atas tangan mereka” (al Fath : 10)
Kaum Musyabbihah mengatakan bahwa dalam ayat-ayat ini nyata benar bahwa Tuhan mempunyai muka dan itulah yang kekal dan mempunyai tangan yang lebih tinggi dari tangan manusia.
Kaum Musyabbihah berpendapat bahwa Allah itu duduk/bersemayam di atas Arsy.
Dalil yang dikemukakannya ialah, yang artinya
“Ar Rahman itu duduk / bersemayam di atas ‘Arsy” (Thaha : 5)
Kaum Musyabbihah mengatakan bahwa Tuhan di atas langit
Dallil yang dikemukakannya ialah, yang artinya
“Adakah kamu merasa aman dengan yang ada di langit, bahwa kamu akan ditenggelamkan ke dalam bumi ketika ia bergoncang dengan kerasnya” (al Mulk: 16)
Dalam sebuah hadits yang panjang yang tersebut dalam kitab Hadits Bukhari, bahwa Saidina Umar Rda, memanggil Ibnu Abbas berkumpul bersama Sahabat-Sahabat tertua, yaitu sahabat-sahabat yang menghadiri peperangan Badara.
Saidina Umar bertanya kepada mereka:
Artinya :
Bagaimana pendapatmu tentang ayat “apabila datang pertolongan Tuhan dan kemenangan” ?
Jawab sebagian mereka: Kita diperintah apabila datang pertolongan Tuhan dan kemenangan supaya memperbanyak Tahmid dan Tasbih.
Sebagian sahabat yang lain tidak menjawab.
Dan engkau hai Ibnu Abbas, Bagaimana pendapatmu?
Jawabku: Tidak, bukan begitu, itu adalah ajal Rosulullah diberi tahukan sudah dekat. Apabila datang pertolongan Tuhan dan kemenangan itu suatu tanda bahwa ajal engkau sudah dekat. Pada ketika itu tasbihlah, tahmidlah dan istighfarlah karena Tuhan itu penerima taaubat.
Lalu Saidina ‘Umar berkata : Saya baru sekarang mengetahui arti serupa itu (HSR Bukhari – Shahih Bukhari III hal 158 ).
Berkata Iman Ibnu Hajar Asqalani pada ketika mensyarahkan hadits ini, bahwaini adalah suatu pertanda boleh menta’wilkan Quran, dengan apa yang difahamkan dari isyarat-isyarat. Yang mengerjakan yang demikian adalah orang-orang yang dalam ilmunya (Fathul Bari Syarah Bukhari juz 10 halaman 367)
Masalah ayat atau hadist tasybih (kesaruan makna) atau mutasyabihat dalam ilmu tauhid terdapat dua pendapat dalam menafsirkannya.
1. Pendapat Tafwidh Ma’attanzih
2. Pendapat Ta’wil
Madzhab Tafwidh Ma’a Tanzih yaitu mengambil dhahir lafadz dan menyerahkan maknanya kepada Allah swt, dengan I’tiqad Tanzih (mensucikan Allah dari segala penyerupaan)
Ditanyakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal masalah hadist sifat, ia berkata ”Nu’minu biha wa nushoddiq biha bilaa kaif wala makna”, (Kita percaya dengan hal itu, dan membenarkannya tanpa menanyakannya bagaimana, dan tanpa makna) Madzhab inilah yang juga dipegang oleh Imam Abu Hanifah (imam hanafi).
Madzhab Takwil yaitu menakwilkan ayat atau hadist tasybih sesuai dengan ke-Esaan dan Keagungan Allah swt, dan madzhab ini arjah (lebih baik untuk diikuti) karena terdapat penjelasan dan menghilangkan awhaam (khayalan dan syak wasangka) pada muslimin umumnya, sebagaimana Imam Syafii, Imam Bukhari, Imam Nawawi dll. (Syarah Jauharat Attauhid oleh Imam Baajuri)
Dengan Takwil kita dapat pula menghindari dari kekufuran.
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad menyatakan:
“Sunu ‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”
“Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabihat, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran”.
Wassalam
Satu Tanggapan
pelajar
Mari kita basmi fitnah kaum MUSYABBIHAH/MUJASIMAH.
=====
25 Juli 2010 oleh mutiarazuhud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar